Kisah tentang gadis bernama erika, hidup seadanya dengan seorang ibu tanpa sosok seorang ayah. Erika belum sempat mengenal sosok ayahnya karena ketika masih dikandungan ia sudah terlebih dahulu ditinggal ayah yang pergi untul selama - lamanya karena kecelakaan. Tanpa sosok ayah tersebutlah kehidupan yang dilalui erika sangat penuh perjuangan ketika masalah - masalah kehidupan yang selalu datang. Semakin dewasa erika semakin berusah mengapai mimpi - mimpimya untuk bisa bahagia dari sekedar bahagianya sekarang. Ditengah perjuangan menuju kesuksesan ia dapat merasakan benih - benih cinta yang tak pernah ia rasakan selama ini, kepedulian dan apresiasi yang di dapat atas kegigihannya dari orang lain membuat ia lebih berarti mewujudkan itu semua karena selama ini hanya sosok ibu yang hanya peduli ataupun menjadi teman bercerita. Bagaimanakah kisah erika sosok wanita seadanya Yuk ikuti kisah ini.
Lihat lebih banyakErika masih berkutat dengan berkas-berkas lamaran yang akan ia masukan esok pagi ke beberapa tempat, bermodalkan ijazah smanya. Erika sendiri masih mahasiswa semester dua yang masuk tahun lalu di kepeguruan tinggi swasta dengan modal beasiswa, beruntung sma kemaren satu yayasan dengan kepeguruan tersebut. Jadi erika bisa lanjut kuliah karena ia termasuk siswa berprestasi dan tergolong keluarga kurang mampu.
"Ada saja jalan tuhan, jika ingin mengangkat derajat hambanya". Kalimat inilah yang selalu jadi pedoman erika dengan yakin suatu saat nasibnya akan berubah. "Belum tidur nak?". Pintu kamar erika dibuka oleh ibu yang melihat lampu kamarnya masih menyala "Belum buk.". Erika membuka pintu "Kenapa? Jangan suka begadang nggak baik lo ka. Udah jam 10 malam". "Hehe ya buk maaf, ini erika lagi siapi berkas-berkas lamaran kerja kan erika udah pernah cerita sama ibu. Mau kerja buat nambah-nambah penghasilan keluarga kita". "Erika. Kan ibuk sudah bilang nggak usah kerja dulu fokus aja kuliah toh kita masih bisa makan dari hasil jualan kue ibu. Kasian kamu mana harus kerja mana harus kuliah, yang sarjana saja masih banyak nganggur. Ibu bukan matahi semangat kamu sayang tapi nggak mau kamu terlalu berlebihan biarlah kita hidup seadanya begini yang penting kita masih bisa makan". Ibu mengakhiri perkataannya dengan helaan nafas panjang "Ibu. erika cuma punya ibu erika nggak ada ayah kita nggak ada penopang hidup, cuma ngandalin hasil jual kue ibu yang kadang sepi yang kadang laris dan itu harus bagi hasil lagi sama yang punya kue bukan erika nggak bersyukur tapi ada namanya status sosial yang harus kita ubah erika tahu gimana omongan para tetangga kalo setiap ibu belanja cuma beli sayur sama tempe giliran arisan dirumah kita tetangga banyak yang ngomongin karena cuma dikasih donat sama air putih, erika nggak mau kita dalam keadaan yang seadanya selalu buk". Erika punya tekad yang kuat merubah kehidupannya sekarang, status sosisl yang berada dibawah membuatnya hidup dengan sengsara karena dibeda - bedakan oleh lingkungan. Mendengar jawab erika membuat ibu pasrah dan paham bahwa erika sudah beranjak dewasa. Ia tak bisa lagi menutupi kekurangan dengan kata syukur pada putrinya. Toh benar kata erika bukan tidak bersyukur tapi hanya ingin merubah nasib dan tak kan berubah nasib suatu kaum itu kalo mereka tak ingin merubahnya. Mengandalkan hasil penjualan kuenya yah mungkin hidup dia dan erika hanya akan seperti ini terus. Ibu menatap erika dengan bendungan air mata yang sengaja ditahan "Yasudah erika maafkan ibu ya. Karena hanya mengandalkan ibu kamu jadi menderita andai saja ada ayah mungkin kamu jauh lebih bahagia, kamu sudah dewasa nak ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik". "Erika sudah bahagia bu, erika akan berusaha bukan hanya untuk sekedar bahagia, ibu hanya perlu mendoakan. erika. Ibu nggak salah ini udah takdir erika nggak ada ayah tapi erika bersyukur masih punya ibu, maafin erika ya bu jika omongan erika sudah lancang menjawab perkataan ibu tadi". Erika memeluk tubuh wanita itu dengan hangat. "Makasih ya nak udah jadi kuat dengan keadan seperti ini". Batinnya pada erika "Sudah ayo tidur udah malam". Ibu melepas pelukan putrinya beranjak memamatikan lampu kamar erika. Ada air mata yang dari tadi ditahan. "Tuhan mudahkan kesuksesanku, kuatkan hatiku". Doa erika sebelum terlelap dengan mimpinya Bersambung... Bagaimana perjuangan erika? Ikuti kisah ini terus.Erika sudah berada dirumah riski, ia mengamati rumah dua lantai tersebut dari ruang tamu yang bisa melihat kesemua sisi, matanya tak menemukan siapapun selain dirinya yang berdiri mengigil kedinginan. Riski sudah hampir 10 menit meninggalkannya pergi kekamar."Ngapain berdiri disitu?"Suara riski mengagetkan erika."Lo yang nyuruh gue tunggu disini"Erika mengernyitkan dahi atas pertanyaan riskiRiski tertawa, "Maksud gue kenapa nggak duduk aja, takut kursinya basah? "Erika berdehem mendengar riski yang memberikan pertanyaan yang di jawab sendiri."Udah ada balasan dari ibu lo?""Belum, tapi dia pasti khawatir banget".Erika menatap handphonenya, ketika di mobil tadi erika sudah mengirimkan pesan ke ibu untuk menandakan dirinya baik - baik saja. Namun, sampai sekarang belum ada balasan. Erika sudah berusaha menelpon tapi tidak ada jawaban dari ibunya. Perasaan bersal
Rintik - rintik gerimis sudah berubah menjadi tetes hujan. Erika memeluk erat tas yang sudah dimantelkan agar tidak terlalu basah, gadis tersebut masih enggan meneduhkan dirinya. Lalu lalang kendaraan melaju begitu cepat dijalanan tak peduli ada dia yang sedang kehujanan. Erika tidak tahu sudah pukul berapa sekarang, hpnya disimpan ditas agar tidak ikut basah. Ia sendiri sudah basah keseluruhan badan. Beberapa mobil melaju kencang digenangan air jalan menambah penderitaan dengan cipratan, tidak ada makian atau umpatan kepada pengendara. Erika sibuk memikirkan nasibnya dan berharap akan ada angkot meski dikeaadaan seperti ini. Erika mengangkat kakinya berbalik badan menuju emperan toko yang sudah tutup setelah berapa lama dia berdiri dia hujan. Dia menyerah menunggu angkot dipikiran erika tidak akan ada lagi angkot yang lewat melihat sudah berapa lama ia berdiri menunggu, dirinya sekarang har
Sudah pukul sembilan malam. Erika masih mengobrol bersama tori, dika dan pak wiranto yang baru sempat berkenalan dan bicara banyak dengannya. Sungkan erika meninggalkan obrolan tersebut ditambah pak wiranto orang yang senang bicara."Udah yok pak pulang, udah jam sembilan lewat nih"Dika memotong pembicaraan pak wiranto yang asik bicara tentang banyak hal, kata tori pak wiranto memang seperti itu terlebih jika bertemu orang baru seperti erika.Laki - laki umur 40an itu melirik jam tangannya.Kemudia tertawa " Oh yaampun kebanyakan ya cerita bapak. Yaudah kita lanjut besok lagi ya" yang kembali ia akhiri dengan tawa menatap semua orang."Iya kebanyakan, udah malem nih" Dika mendorong badan pak wiranto menuju pintu keluar."Eh tunggu" pak wiranto membalik tubuhnya menoleh kepada erika dan tori yang berjala
Erika sudah siap untuk berkerja hari ini, dipikirannya masih terpikir akan perkataan yang riski ucapkan tadi. Apakah dia begitu lemah selama ini dimata orang-orang.Erika sudah sampai di luar cafe, kondisi cafe tidak begitu ramai, hanya ada beberapa penggunjung yang sepertinya mahasiswa. Mungkin karena belum jam makan siang jadi belum terlalu ramaiTanpa langkah ragu erika melangkahkan kaki memasuki cafe tiada gengsi atau malu yang menganggu pikirannya jika akan bertemu dengan orang yang akan mengenalinya.Erika menyemangati dirinya sendiri,"Okeh erika fighting, gue bisa semangat jangan sampai mengecewakan hari ini. Okay"Erika meletakkan tangannya didada......"Permisi kak",Erika menghampiri kasir."Eh iya, udah siap kerja hari ini kak? ""Siap kak, jadi saya boleh mulai dari mana?? "."Ini kak di ganti dulu bajunya, bisa ganti dibelakang ada khusus karyawan".Sikasi
Erika sudah siap untuk berangkat kuliah dengan dandanan seadanya namum tak memungkiri wajah cantik akan tetap cantik meski tidak didandani pakaian mewah ataupun make up mahal."Ibu, nenek. Erika berangkat kuliah dulu ya"."Pulang jam berapa nanti??","Nanti erika kabari ya bu"."Emang anak kamu mau kemana? Pake ditanya pulang jam berapa? Dia kuliahkan ya pulang seperti biasa"."Dia ada kerjaan buk katanya kemaren habis kuliah""Kerjaan?""....Erika masih berdiri menunggu angkot, tapi pikirannya dipenuhi pesan dari riski semalam, akan menjemputnya kekampus hari ini. Meski erika sudah menolaknya semalam namun tak ada jawaban yang membuat erika ragu, bagaimana jika riski tetap menjemputnya."Gue naik angkot apa nunggu dia jemput ya, tapi kan semalaman udah gue tolak tapi nggak ada balasan, Gimana nanti kalo dia jemput?? Terus gue udah pergi?? Nan
Erika berjalan mengikuti riski sampai kemobilnya, ketimbang harus membayar apa yang riski bicarakan tadi."Jadi pulang sama gue??".Riski yang menyadari erika yang mengikutinya keparkiran kampus."Gue nggak ada duit buat bayar traktiran tadi, tau gitu gue bakal nolak ditraktir lo."Riski tersenyum melihat erika yang bicara menunduk kebawah. Dengan suara yang cukup lantang, erika bukan tidak terlihat merutuk ke riski namun terlihat seperti merutuki diri sendiri di mata riski dengan caranya seperti itu."Gue bercanda kali soal traktiran tadi"."Maksud lo apa?, jelas - jelas tadi lo bikin dua opsi? ""Jadi lo pikir gue serius?, gue nggak sejahat itu kalo meras orang kayak lo"."Yaudah masuk gue antar lo pulang kalo yang ini nggak bercanda dari awal".....Mobil sport riski yang seharusnya bisa membawa erika lebih cepat sampai kerumah, justru
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen