Lahat ng Kabanata ng WANITA KEDUA SUAMIKU: Kabanata 11 - Kabanata 20
30 Kabanata
BAB 11
Seminggu sudah aku berada ditempat persembunyian, tak ada tanda-tanda mencurigakan dari Bang Heru dan Papa. Sudah jelas, pengkhianat dalam keluarga ini adalah, Bang Hilman dan Tante Ira. Bodohnya aku mencurigai Papa dan Abangku sendiri. "Bang, sampai kapan kita disini?" Tanyaku. Jujur saja, aku mulai jenuh berada disini. Aku tak bisa mengakses sosial mediaku seperti biasa, aku tak bisa jalan-jalan. Aku bagai burung dalam sangkar, tak tahu kapan akan dilepaskan untuk terbang bebas. "Besok kita pulang," jawabnya tanpa menatapku. Aku mendesah lega, jadi penasaran bagaimana keadaan rumahku setelah kutinggal seminggu. Apa mereka masih betah disana? Atau sudah pergi, karena tak mendapatkan apa yang mereka mau. Bang Heru menatapku. "Sertifikat rumah, gak kamu tinggal 'kan?" Tanyanya. Aku menggeleng. "Ada kubawa," jawabku. Bang Heru menunjukkan pesan dari temannya, rumahku
Magbasa pa
BAB 12
Jantungku berdebar ketika mobil sudah berhenti didepan rumahku sendiri, ada perasaan tak nyaman menelusup dihati. Rumah terlihat sepi, padahal setengah jam sebelum kami sampai, mereka masih ada di rumah. Sekarang kemana mereka? Kamera CCTV mendadak rusak, hanya menampilkan layar hitam, sepertinya ada yang tak beres. Mereka sudah mengetahui bahwa aku memakai kamera tersembunyi. Apa sekarang mereka sedang menyusun rencana untuk menjebakku?"Kita tunggu polisi dulu, baru turun," ucap bang Heru. Aku bergeming, menatap rumahku dari jendela mobil. Halamannya begitu kumuh tak terawat, padahal baru seminggu aku pergi. Rumahku sudah seperti tak berpenghuni, mereka manusia-manusia jorok! Lima menit kemudian ada mobil honda jazz berhenti dibelakang mobil kami, sepertinya itu polisi yang melakukan penyamaran, mereka keluar dari mobil tanpa seragam. Hanya memakai kaos biasa. "Mereka akan menyamar jadi pembeli rumahmu,
Magbasa pa
BAB 13
Aku terpaku menatap perempuan dihadapanku. Dia, Anita, sahabat kecilku dulu. Aku menyeringai menatapnya, dulu memang kami bersahabat tapi sekarang dia adalah pengkhianat. Kuhempaskan tangannya dengan kasar, matanya berembun ekspresinya berubah ketakutan seraya menutupi perut buncitnya dengan blazer. "Anak siapa itu?" tanyaku datar. Anita bergeming, dia melangkah mundur berusaha menjauhiku. "Kamu tak akan bisa lari," ketusku. Anita menunduk. "Ma-af," lirihnya. Aku berdecih. "Apa maafmu, bisa merubah keadaan?" Sinisku. "Anak siapa itu?!" Aku mengulang pertanyaan yang sama. "A-anak, Azlan," jawabnya gugup dengan bahu bergetar. Tapi aku tak langsung percaya, apalagi aku sempat melihatnya bergumul dengan bang Hilman melalui CCTV. "Bukan anaknya Hilman?" tanyaku sinis. Anita terkejut mendengar pertanyaanku, mungkin dia tak menyangka jika
Magbasa pa
BAB 14
Perutku terasa diisi kupu-kupu, membuat perutku geli membayangkan perut ini membuncit seiring membesarnya janin di perutku. Tak sabar rasanya, kurebahkan tubuhku diranjang. Tak sabar menanti pagi untuk periksa kesehatan sekaligus kehamilanku. Ternyata benar janji Allah yang tertulis di Al Qur'an dalam surah Al Insyirah ayat 5 sampai 6. Dibalik setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dibalik setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kehamilan ini, membawa kebahagiaan untukku, meskipun rumahtanggaku tak lagi utuh. Aku berharap dia menjadi penerang dalam hidupku, dan penenang dalam jiwaku. Allah memberiku banyak ujian dalam rumah tanggaku, tapi Allah juga memberikan kejutan. Kulirik ponselku yang bergetar di nakas, ada panggilan dari polisi bernama Ageng. Untuk apa dia menelfonku tengah malam begini? Kuraih ponselku seraya menggeser icon hijau, mengangkat panggilan."Halo, selamat malam! Maaf mengganggu is
Magbasa pa
BAB 15
(Spesial PoV Azlan)Aku terbangun dengan kepala terasa berat, dan bagian bawah perutku terasa sangat sakit. Aroma obat menyeruak menusuk indera penciumanku, kuperhatikan sekelilingku aku bukan lagi didalam penjara, tapi disebuah ruangan serba putih. Ditanganku sudah menempel jarum infus. Aku mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya, saat digelandang keluar rumah dalam keadaan tubuh masih melekat dengan Tante Ira, membuatku teramat malu dan hina dihadapan Nayra. Tatapan sinis dari para tetangga membuatku semakin malu, penyesalan menyeruak didalam dada. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit untuk melepaskan 'barangku' dari milik Tante Ira, aku terus memikirkan bagaimana caranya untuk merayu Nayra agar mau kembali padaku. Tak kugubris, jeritan Tante Ira yang mengerang kesakitan karena organ intimku terlalu lama berada didalam miliknya. Kepalaku berdenyut nyeri, ditambah rengekan tante Ira membuat kepalaku terasa
Magbasa pa
BAB 16
POV Nayra Papa dan bang Heru pamit keluar sebentar ada yang diurus, hanya ada dua bodyguard yang berjaga didepan pintu apartemenku. Kurebahkan tubuhku di sofa, fikiranku berkelana memikirkan bagaimana menjebloskan Tante Ira dan Hilman. Benar kata Papa mereka begitu licik dan licin sekali, susah untuk ditangkap. Begitu banyak tempat mereka bersembunyi, bahkan mereka begitu pintar mencari kesempatan saat para petugas sipir lengah. Aku memijit kepalaku, lalu tangan kananku mengelus perutku yang terasa kram. Mungkin karena aku terlalu banyak fikiran, hingga berdampak pada kandunganku. Kupejamkan mata, beristirahat sejenak melupakan masalah yang datang silih berganti. Aku jadi ingat ucapan teman SMP dulu. "Selagi nafas masih berhembus, kehidupan terus berjalan, masalah itu pasti akan ada. Tergantung bagaimana kita menghadapinya," ucap Puji waktu itu.Bagaimana kabarnya dia sekarang, ya? Apakah cita-citanya menjadi hakim
Magbasa pa
BAB 17
Adelia meringkuk dibalik jeruji besi, tubuhnya menggigil, selangkangannya terasa basah karena terus mengeluarkan cairan berbau busuk. Tahanan yang lain, duduk menjauhinya tak ada satupun yang mau menolong atau mendekatinya. Bahkan sipir pun acuh tak acuh dengan keadaannya. Bahkan, Ibunya yang selama ini dia bela tak pernah mengunjunginya. "Tunggu aku, Nayra, jangan kau fikir setelah aku mendekam seperti ini kau bisa bebas! Akan kubuat kau menyusul Ibumu di neraka!" gumam Adelia. Begitulah jika hati diselimuti dengan iri dan dengki, ditambah dendam masa lalu karena termakan hasutan orang lain. Bukannya menyesali perbuatannya, dia malah semakin dendam dan menyalahkan orang lain. "Pak! Tolong dong, ini perempuan j*l*ng dipindahkan, bau busuk!" teriak salah satu tahanan. Semua orang memanggilny dengan sebutan 'j*l*ng', kabar tentang dia ditangkap dalam keadaan ganc*t menyebar keseluruh sel tahanan. Terlebih, sekarang di
Magbasa pa
BAB 18
Heru menatap Adelia tajam, sedangkan yang ditatap sedari tadi masih menunduk dalam. Heru sengaja mendatangi Adelia untuk membongkar semua kisah kelam masa lalu, agar nama Ibunya bersih. "Apa alasanmu menyakiti adikku?" Tanya Heru. Adelia mendongak dengan wajah angkuh. "Bukan aku yang menyakiti adikmu! Dia yang menyakitiku, tak memberikan hidup layak, seharusnya aku juga mendapatkan hak yang sama, aku juga istri mas Azlan!" ucapnya panjang lebar. Heru menaikkan alisnya sebelah. "Tak sadar diri!" Ketusnya. "Dendam yang menguasai hatimu, ternyata membuat hatimu mati, sampai kamu tak bisa menyadari kesalahan dirimu sendiri, sibuk mencari kesalahan orang lain!" Cerca Heru. Adel mendelik tak suka mendengar ucapan Heru, dia mengatupkan rahangnya dengan tangan terkepal. "Kamu salah sasaran dalam membalaskan dendam, jika kamu mau tahu, seharusnya kami yang balas dendam padamu! Karena Ibumu y
Magbasa pa
BAB 19
Adelia semakin merasakan sakit disekujur tubuhnya, untuk menggerakan tubuhnya saja dia tak mampu. Setiap malam dia merasa seperti dihantui arwah anak-anaknya yang tlah dia bunuh. Adelia menangisi nasibnya yang malang, berakhir dipenjara dengan keadaan yang mengenaskan. Dia fikir menikah dengan Azlan bisa menjadi sosialita kaya raya dan akan dengan mudah menyingkirkan Nayra. Dia salah mencari lawan, ternyata Nayra perempuan kuat tak ada yang bisa menyingkirkannya. "Tolong!" Lirih Adel saat merasakan tubuhnya sangat tak nyaman dia buang air kecil dan buang air besar di tempat tidurnya. Bau busuk sangat menyengat didalam ruangannya, para sipir yang berjaga didepan entah kemana dari tadi pagi belum ada yang datang. Adel berada diruangan paling belakang, tak ada yang bisa melihatnya atau mendengarnya sekalipun dia berteriak. Karena ruangannya kedap suara. Adel merasakan sakit yang teramat sangat ketika cairan kental berbau busuk keluar d
Magbasa pa
BAB 20
Pak Broto menghela nafas berat mendengar kabar duka yang disampaikan Ageng, Hilman anak tirinya meninggal dunia terkena serangan jantung. Entah apa yang menyebabkannya terkejut hingga berpengaruh pada jantungnya, sejahat apapun Hilman, tetap saja rasa sayang Pak Broto masih tersimpan didalam hati. Hilman dibesarkan dengan tulus olehnya, bahkan beliau tak pernah pilih kasih. Kasih sayang untuk anak-anaknya terbagi rata, Adelia semakin merasakan sakit disekujur tubuhnya, untuk menggerakan tubuhnya saja dia tak mampu. Setiap malam dia merasa seperti dihantui arwah anak-anaknya yang tlah dia bunuh. Adelia menangisi nasibnya yang malang, berakhir dipenjara dengan keadaan yang mengenaskan. Dia fikir menikah dengan Azlan bisa menjadi sosialita kaya raya dan akan dengan mudah menyingkirkan Nayra. Dia salah mencari lawan, ternyata Nayra perempuan kuat tak ada yang bisa menyingkirkannya. "Tolong!" Lirih Adel saat merasakan tubuhnya sangat tak nyaman dia buang air kecil dan bu
Magbasa pa
PREV
123
DMCA.com Protection Status