Heru menatap Adelia tajam, sedangkan yang ditatap sedari tadi masih menunduk dalam. Heru sengaja mendatangi Adelia untuk membongkar semua kisah kelam masa lalu, agar nama Ibunya bersih.
"Apa alasanmu menyakiti adikku?" Tanya Heru. Adelia mendongak dengan wajah angkuh. "Bukan aku yang menyakiti adikmu! Dia yang menyakitiku, tak memberikan hidup layak, seharusnya aku juga mendapatkan hak yang sama, aku juga istri mas Azlan!" ucapnya panjang lebar. Heru menaikkan alisnya sebelah. "Tak sadar diri!" Ketusnya. "Dendam yang menguasai hatimu, ternyata membuat hatimu mati, sampai kamu tak bisa menyadari kesalahan dirimu sendiri, sibuk mencari kesalahan orang lain!" Cerca Heru. Adel mendelik tak suka mendengar ucapan Heru, dia mengatupkan rahangnya dengan tangan terkepal. "Kamu salah sasaran dalam membalaskan dendam, jika kamu mau tahu, seharusnya kami yang balas dendam padamu! Karena Ibumu yAdelia semakin merasakan sakit disekujur tubuhnya, untuk menggerakan tubuhnya saja dia tak mampu. Setiap malam dia merasa seperti dihantui arwah anak-anaknya yang tlah dia bunuh. Adelia menangisi nasibnya yang malang, berakhir dipenjara dengan keadaan yang mengenaskan. Dia fikir menikah dengan Azlan bisa menjadi sosialita kaya raya dan akan dengan mudah menyingkirkan Nayra. Dia salah mencari lawan, ternyata Nayra perempuan kuat tak ada yang bisa menyingkirkannya."Tolong!" Lirih Adel saat merasakan tubuhnya sangat tak nyaman dia buang air kecil dan buang air besar di tempat tidurnya.Bau busuk sangat menyengat didalam ruangannya, para sipir yang berjaga didepan entah kemana dari tadi pagi belum ada yang datang. Adel berada diruangan paling belakang, tak ada yang bisa melihatnya atau mendengarnya sekalipun dia berteriak. Karena ruangannya kedap suara.Adel merasakan sakit yang teramat sangat ketika cairan kental berbau busuk keluar d
Pak Broto menghela nafas berat mendengar kabar duka yang disampaikan Ageng, Hilman anak tirinya meninggal dunia terkena serangan jantung. Entah apa yang menyebabkannya terkejut hingga berpengaruh pada jantungnya, sejahat apapun Hilman, tetap saja rasa sayang Pak Broto masih tersimpan didalam hati. Hilman dibesarkan dengan tulus olehnya, bahkan beliau tak pernah pilih kasih. Kasih sayang untuk anak-anaknya terbagi rata, Adelia semakin merasakan sakit disekujur tubuhnya, untuk menggerakan tubuhnya saja dia tak mampu. Setiap malam dia merasa seperti dihantui arwah anak-anaknya yang tlah dia bunuh. Adelia menangisi nasibnya yang malang, berakhir dipenjara dengan keadaan yang mengenaskan. Dia fikir menikah dengan Azlan bisa menjadi sosialita kaya raya dan akan dengan mudah menyingkirkan Nayra. Dia salah mencari lawan, ternyata Nayra perempuan kuat tak ada yang bisa menyingkirkannya."Tolong!" Lirih Adel saat merasakan tubuhnya sangat tak nyaman dia buang air kecil dan bu
Pak Broto menghela nafas berat mendengar kabar duka yang disampaikan Ageng, Hilman anak tirinya meninggal dunia terkena serangan jantung. Entah apa yang menyebabkannya terkejut hingga berpengaruh pada jantungnya, sejahat apapun Hilman, tetap saja rasa sayang Pak Broto masih tersimpan didalam hati. Hilman dibesarkan dengan tulus olehnya, bahkan beliau tak pernah pilih kasih. Kasih sayang untuk anak-anaknya terbagi rata, Adelia semakin merasakan sakit disekujur tubuhnya, untuk menggerakan tubuhnya saja dia tak mampu. Setiap malam dia merasa seperti dihantui arwah anak-anaknya yang tlah dia bunuh. Adelia menangisi nasibnya yang malang, berakhir dipenjara dengan keadaan yang mengenaskan. Dia fikir menikah dengan Azlan bisa menjadi sosialita kaya raya dan akan dengan mudah menyingkirkan Nayra. Dia salah mencari lawan, ternyata Nayra perempuan kuat tak ada yang bisa menyingkirkannya."Tolong!" Lirih Adel saat merasakan tubuhnya sangat tak nyaman dia buang air kecil dan bu
Pov NayraSetelah seminggu perawatan, akhirnya aku kembali pulih dan diizinkan pulang meskipun hati dan jiwa ini belum sepenuhnya pulih. Luka itu masih menganga lebar meneteskan darah, setelah mengetahui bahwa belahan jiwaku yang bersemayam didalam rahim ini telah pergi selamanya. Bahkan dia pun enggan bertahan, tak ingin melihat dunia yang penuh konspirasi ini."Nay, mau makan apa?" Tanya Bang Heru seraya ikut duduk di sampingku.Aku menggeleng. "Masih kenyang," jawabku singkat.Bang Heru mengangguk, lalu kembali fokus dengan gawainya. Aku hanya diam menikmati semilir angin sore yang menerpa wajah, kami berada ditepi danau didekat rumah mendiang nenek kami. Aku memilih pulang kekampung halaman nenek untuk menenangkan jiwa yang tengah terguncang.Dua minggu lagi, aku sudah resmi berstatus janda. Aku akan terbebas dari ikatan pernikahan, kututup cerita pahit bersama bang Azlan. Akan kubuka lembaran b
POV AuthorSudah hampir seminggu Azlan berada didalam ruangan sempit semenjak kabur dari rumah sakit, tangan dan kakinya terikat tali tambang. Dia terus memanggil Ayah dan Ibunya tapi tak ada yang menggubris, dia seperti dibuang, tak ada yang merawat. Bahkan makan pun hanya diberi roti tawar selembar tanpa selai maupun minuman.'Sebenarnya apa maksud mereka membawaku kabur? Kalau seperti ini lebih baik aku dipenjara!' Batin Azlan seraya menatap sekeliling ruangan kumuh dan sempit. Hawa didalam ruangan begitu pengap karena tak ada jendela, bau busuk karena lendir yang keluar dari kemaluannya bercampur menjadi satu dengan kotorannya.Azlan mengerang frustasi, dia tak menyangka akhir hidupnya akan seperti ini. Tak ada lagi kesempatan untuk kembali bersama Nayra, terlebih kini dia penyakitan, bahkan perempuan lain pun pasti enggan mendekatinya."Seandainya aku tak selingkuh, mungkin hidupku bahagia bersama istri dan ana
Herman berdiri didepan gundukan tanah yang bertaburan kembang tujuh rupa, didepan nisan ada foto perempuan muda yang tengah menggendong bayi laki-laki. Herman berjongkok, mengusap nisan dengan mata berembun."Dik, Mas menemukan anakmu, walaupun dalam kondisi sedang sekarat. Mas akan berusaha menyembuhkannya," gumamnya dengan air mata berlinang."Mas tak ikhlas, melihat mereka memperlakukan Azlan bak hewan, aku yakin kamu juga pasti sakit hati melihat anakmu diperlakukan seperti itu, akan Mas balas semua kejahatan mereka," ucapnya lagi dengan tatapan penuh amarah.Herman, mengusap wajahnya. Lalu beranjak dari pemakaman adiknya, yang tak lain Ibu kandung dari Azlan. Duapuluh sembilan tahun yang lalu, Azlan dititipkan pada pasangan suami istri yang belum dikaruniai anak, Pak Ginting dan Bu Maya. Saat itu, orangtua Azlan berada diambang perceraian. Sehingga mau tak mau, Ibu kandungnya menitipkan anaknya pada orang lain.Semua
Waktu berlalu begitu cepat, tak terasa sudah hampir sebulan Nayra berada di kampung halaman kakek dan neneknya. Kini dia sudah siap menjalani hari dan melanjutkan kembali pekerjaannya di kota, hatinya sudah berdamai dengan orang-orang di masa lalu. Kalaupun dipertemukan kembali, dia sudah biasa saja tak akan merasa sakit hati."Nay, sudah siap?" tanya Heru setelah merapikan kerah bajunya.Hari ini, Heru akan melamar Syifa sebelum mengantar adiknya pulang ke kota. Heru tak mau berlama-lama menggantung hubungannya dengan Syifa, karena dia tahu semua perempuan selalu ingin kepastian bukan hanya janji manis tanpa bukti."Gantengnya, abangku!" puji Nayra seraya menepuk bahu Heru.Heru tersenyum tipis. "Iya dong, ganteng!" sahut Heru jumawa.Aldo dan Aldi yang ada dibelakang mereka hanya tersenyummelihat tingkah abang dan adiknya. Mereka bahagia bisa berkumpul kembali, tak ada lagi pengkhianat yang
Nayra bergeming menatap perempuan paruh baya yang juga menatapnya di balik jeruji besi. Tubuhnya sangat kurus, pipinya terlihat cekung, seperti tak ada semangat dan gairah untuk hidup. Perempuan paruh baya itu, Ira. Perlahan dia mendekati Nayra yang masih mematung, meskipun Ira sempat membenci Nayra, tapi rasa sayangnya pada Nayra masih ada. Sedari kecil dia merawat Nayra hingga dewasa, demi mendapatkan hati sang suami. Tapi ternyata, cintanya tetap bertepuk sebelah tangan.Dendam masa lalu, tak terbalaskan dan kini dirinya harus menghabiskan hidup didalam tahanan. Matanya mengembun saat melihat Nayra, terlintas bayangan wajah Amira perempuan yang dahulu dia sakiti karena dendam.Nayra reflek mundur ketika tangan Ira hendak menyentuh pipinya."Nay, ini mama nak," lirih Ira dengan suara parau.Nayra menundukkan wajahnya, air mata meluncur bebas membasahi pipinya. Hatinya merasa tak terima, walaupun dia sudah berusaha