Semua Bab Sang Villainess Ingin Bikin Baby Dulu, Balas Dendam Kemudian: Bab 21 - Bab 30
94 Bab
Kata Rumor
“Itu bukanlah sebuah … rumor, Yang Mulia.” Jawabanku membuat mereka berdua, ah tidak, membuat mereka bertiga syok.“Fuschiaku, apa maksudmu dengan itu?”Oh! Aku sangat suka menyaksikan wajah Hayden terlipat seperti itu. Ekspresi Sarah juga tidak  kalah menghibur.“Jika mereka mengatakan kalau aku bermain dengan pria di tempat terpencil lalu membawanya ke Istana Melati, maka itu bukan sebuah rumor, tapi fakta.”“Tapi kenapa?” Sarah melirik Hayden sekilas, aku pun demikian.“Sebentar, Yang Mulia. Apa yang kau pikirkan saat aku mengatakan kalau aku bermain dengan seorang pria? Tidak  mungkin... kau tidak mungkin berpikir kalau aku melakukan hal senonoh, bukan? Hohoho.”“Ten-tentu saja, Yang Mulia. Lantas apa yang kau lakukan bersama pria itu?” Sarah menyahuti.“Oh, kami menjadi teman. Dia adalah tukang kebun yang merawat taman di dekat Danau Hi
Baca selengkapnya
Karma Keluarga
“Jadi ini benar, Yang Mulia? Ada seseorang yang mencoba meracunimu melalui bahan kimia? Itukah sebabnya kau lebih sering jatuh sakit sejak datang ke Istana?” Kekuatiran Elysian membuat hati Fuschia sedikit lebih hangat.“Mungkin iya, mungkin juga tidak .”Tubuhku memang jauh lebih rentan sakit setelah aku memasuki Istana. Tapi kupikir itu semua terjadi karena mentalku yang sangat lelah. Terutama setelah aku kembali dari masa lalu seperti saat ini. Namun, jika bukan karena stres, mungkinkah Hayden telah melakukan sesuatu?Kalau ingatanku benar, di masa lalu kepalaku terasa berat setelah aku menghabiskan malam bersama Hayden. Waktu itu aku berusaha untuk tampak baik-baik saja sambil menahan pening yang dahsyat. Hingga Hayden memberiku obat itu, yang harus kuminum setiap hari sebagai vitamin.Tapi sekarang, kepalaku sudah terasa berat bahkan sebelum aku menghabiskan malam bersamanya. Apakah aku telah terekspos bahan kimia jebakan Hayd
Baca selengkapnya
Alasan Membenciku
“Tidak ada. Saya hanya ingin mengirimkan pesan dari Putra Mahkota kepadamu. Beliau tidak  ingin orang sembarangan yang menyampaikan pesan itu kepadamu. Jadi saya lah yang diutus.” Ekspresi datar Raymon tampak seperti biasanya, hanya saja Fuschia menangkap kesenduan dari sorot matanya.‘Mengapa kau tampak … tidak  tenang? Hampir tidak pernah aku melihatmu gugup seperti itu. Atau jangan-jangan,’“Hmm, begitukah? Kalau kau ada di sini, apa artinya sekarang Putra Mahkota sedang bersama Tuan Sergei di kantornya?”Raymon memandangi Fuschia. “Benar, Tuan Sergei yang menjaga Putra Mahkota.”‘Ohohoho, jadi kau diusir ke mari karena dua orang itu sedang ingin bersama? Itukah sebabnya kau tampak sedikit gelisah? Aku tak mengira seorang yang tangguh dan dingin sepertimu bisa merasa gelisah karena seorang wanita, Raymon.’“Putra Mahkota pasti mengirimmu ke sini agar kau beristira
Baca selengkapnya
D-1
“Haaaa.” Aku menghela nafas semalaman.Mataku bengap karena aku tidak  tidur semalaman. Benar-benar tidak  memejamkan mata sejenakpun. Perasaanku campur aduk. Banyak cemas, gelisah, marah, risih, tapi juga excited. Karena akhirnya aku maju selangkah menuju tujuanku, yakni hamil.Tapi tetap saja, berbaring di atas kasur empuk bak marshmallow ini pun tidak  membuatku terlelap. Membayangkan besok aku akan menghabiskan malam bersama pria yang tidak  aku kenal di atas ranjang ini cukup membuatku terjaga.Aku masih berguling ke sana ke mari menguasai kasurku yang luas. Memporak-porandakan sprei putih yang tiap hari ditata rapi oleh para pelayan. Aku membenamkan kepalaku ke bantal.“Aaaarrrghhh!” Kutarik nafas dalam-dalam, lalu membenamkan kepalaku lagi ke bantal. “Aaaaaaarrrrggghhh!”Di sela-sela jariku sudah banyak rambutku yang rontok akibat tarikan kuatku. Aku bisa saja botak karena mengkhawatirk
Baca selengkapnya
D-2 (2)
Aku menatap kedua mata mereka. Keduanya tampak serius. Tapi wajah serius mereka super menggemaskan. “Pfthehehe. Kalian menggemaskan.” Pujiku, tapi mereka malah mendelik heran.“Hey! Berani-beraninya kau! Mengatai peri menggemaskan!”“Ayolah, itu adalah pujian. Anyway, jadi kenapa aku tidak  boleh datang ke tempat itu? Apa kalian tahu sesuatu?”“Huh! Dasar manusia! Bagaimana kau bisa tak tahu padahal kau hidup dekat dengan mereka!”Aku memiringkan kepala karena bingung. Setahuku, kuil adalah tempat untuk berdoa kepada dewa Drachen, pencipta dunia ini, serta yang memberkahi sihir ke tanah ini. Kami sebagai bangsawan lumayan sering mengunjungi tempat itu untuk memberikan offering. Dan offering itu akan disalurkan kepada rakyat jelata yang membutuhkan. Aku pun sesekali mengunjunginya bersama Ibu. Di sana, orang-orangnya ramah dan berkelas. Aku cukup menikmati kunjunganku ke sana karena di sana memiliki efek
Baca selengkapnya
Di Kuil
Perjalanan ke kuil tidak membutuhkan waktu yang lama. Perjalanannya pun mulus. Kereta kuda tidak  seberapa goyang karena jalanan telah diaspal dengan baik. Menunjukkan betapa terurusnya kuil ini.Kereta kudaku telah tiba terlebih dahulu. Disusul dengan kereta kuda Yang Mulia Ratu.“Selamat dating, wahai Matahari kecil kerajaan Drachentia, Yang Mulia Ratu. Serta bulan kecil kerajaan Drachentia, Yang Mulia Putri Mahkota.” Seorang pendeta laki-laki dengan pakaian besar warna putih menyambut kami. Ia tersenyum ramah dan menuntun kami memasuki gedung serba putih itu.Sejak perkenalan dengannya, aku sudah was-was. Karena bisa jadi orang ini adalah seorang alkemis yang sedang menyamar. Entah bahan kimia apa yang telah dibuatnya. Bisa jadi dia adalah alkemis yang membantu Hayden menciptakan senjata itu.“Kau tampak gugup, Putri Mahkota.” Kata Ratu yang duduk di sebelahku.Sekarang kami berada di sebuah ruangan khusus berdoa. Ka
Baca selengkapnya
Perang Antar Wanita
Sesekali Nyonya Bellrose akan datang bersama dengan nona dayang lainnya untuk menanyakan bagaimana kabar Fuschia kala itu. Fuschia yakin mereka ingin dirinya akan kedinginan lalu mengemis untuk keluar dari kolam. Tapi Fuschia tidak akan memberikan kepuasan seperti itu pada mereka.Di saat itulah, Fuschia akan bersandiwara sekuat hatinya. Dengan tangan memeluk tubuh menggigilnya. Serta mata yang dibuat sayu, dan bibir pucat gemetar. Siapapun yang menyaksikan pasti tahu bagaimana dinginnya tubuh Fuschia. Bahkan sesekali, Laura dan Sophie tampak sungguhan kuatir. Hal itu membuat Fuschia semakin menahan tawanya.Berkat Mbayu, Fuschia bisa mengontrol suhu air di dalam kolam. Ketika air di dalam kolam tampak mengeluarkan kepulan asap panas, Fuschia segera menggantinya dengan suhu dingin agar tidak  ada yang curiga. Ia tidak  ingin ada yang tahu kalau ia bisa menggunakan sihir di dunia yang ‘menganggap’ telah kehilangan sihirnya. Membayangkan apa yang ak
Baca selengkapnya
Ibu dan Anak Laki-Lakinya
“Putra Mahkota, mengapa kau ada di sini?” Yang Mulia Ratu tampak tercengang dengan kehadiran Hayden yang tiba-tiba petang itu.Seumur-umur dia belum pernah mendengar seorang Putra Mahkota datang ke kuil yang sedang mengadakan ritual untuk isteri sah kerajaan. Meskipun Hayden adalah putranya, ia tidak  bisa menebak apa yang ada di dalam otak putranya itu.Sama halnya dengan Fuschia. Dia terlampau kaget karena kedatangan Hayden yang tiba-tiba serta bertepatan dengan dirinya yang sedang dalam masalah. Bak seorang tokoh utama pria yang selalu datang menyelamatkan tokoh utama wanitanya. Bedanya, Fuschia bukanlah tokoh utama wanitanya.Apalagi di masa lalu Hayden tidak datang ke kuil di hari ritual ini. Lalu, apa yang terjadi sekarang? Apa yang membuat pria angkuh dan penuh perhitungan ini datang kemari?“Terlepas dari posisimu yang tinggi, anda punya banyak sekali waktu luang, Yang Mulia Ratu.” Hayden menyombongkan senyum sinisnya.
Baca selengkapnya
Ayah dan Anak Perempuannya
Fuschia mengerjap-erjap. Ia merasakan tubuhnya begitu lemas. Pemandangan langit-langit kamarnya lah yang menyambutnya kembali. Rasanya persis sama seperti ketika ia baru kembali dari masa lalu. Dan itu membuatnya takut.Fuschia meringis kecut. Ia tak menyangka akan jatuh pingsan di hadapan dua anjing itu sekaligus. Ia mendengus kesal. ‘Sial. Karena aku tampak lemah begini makanya mereka leluasa mempermainkanku. Ukh!’ Fuschia hendak bangkit, namun kepalanya terasa seperti dibelah dua.Ia kembali merebahkan kepalanya yang terasa berat. Ia keheranan, padahal kepalanya lumayan kosong karena dia malas belajar, tapi kenapa rasanya ia ingin sekali mencopot kepalanya lalu meletakkannya jauh dari tubuhnya? Fuschia semenderita itu.Ketika ia hendak memejamkan matanya, ia merasakan ada hal aneh di tubuhnya. Saat matanya melirik ke bawah, ia melihat dua peri sedang duduk bersila di atas dadanya.“Erm, aku tahu kalian tidak memiliki jenis kelamin. Ta
Baca selengkapnya
Ayah dan Anak Perempuannya (2)
Ketika aku pertama kali masuk ke tubuh Fuschia, aku pikir hidupku di dunia ini tidak  akan sulit. Sebab aku adalah putri sulung keluarga kaya raya dari keluarga terpandang, Mountravven. Jadi aku tidak begitu khawatir soal makanan, pakaian, tempat tinggal, keamanan, serta status sosial. Kekhawatiran terbesarku waktu itu adalah bagaimana caranya agar aku terpisah dari Hayden sehingga aku tidak dibuang ke pengasingan. Yang ternyata itupun gagal. Aku tetap terjerat di dalam takdir buruk novel ini.Duke Mountravven mengabaikanku. Seolah aku adalah udara yang tidak terlihat. Sedangkan Duchess Mountravven, ibu tiriku, ia terlalu memerhatikanku. Sehingga aku merasa tertekan atas semua perlakuannya terhadapku. Dua adik laki-lakiku pun mengikuti jejak Duke Mountravven, mereka mengabaikanku bahkan ketika aku dalam bahaya.Melihat perlakuan majikannya terhadapku begitu buruk, para pelayan pun turut memperlakukanku dengan buruk. Kalau masih sebatas mengabaikan, aku masih bisa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status