Semua Bab Takdir Cinta Naila: Bab 101 - Bab 110
139 Bab
Kejutan demi kejutan
  "Ade!" Teriakannya tertahan seketika saat ia menyadari seorang gadis kecil yang tertidur pulas di dekat mereka. "Kenapa Ade ngomong seperti itu? Ade mau bilang kalau sebenarnya Adelia itu anak Abang?" Naila membuka mata dan buru-buru memeluk tangan sang suami. "Ade hanya membandingkan, Bang. Itu pun menurut penglihatan ade yang hanya sepintas lalu," ralat Naila.  "Abang kenapa?" Jemari tangannya kembali bergerak membelai dada laki-laki itu. "Perkataan Ade itu." Laki-laki itu tercekat. Kilatan kenangan kembali memenuhi isi otaknya. "Bukankah hal yang biasa kalau seorang keponakan itu mirip dengan om-nya? Kenapa Abang sensitif seperti ini? Memangnya sudah sejauh apa hubungan Abang dengan kak Ratri di masa lalu?" tanya Naila. Kali ini ia menatap tajam suaminya. "Abang tidak pernah melakukan apapun, De. Hubungan Abang dengan Ratri memang dekat, tetapi bukan berarti Abang menyentuhnya di luar batas," bela Kha
Baca selengkapnya
Ratri dan Adelia
Pagi berselimut embun dengan derai suara azan subuh yang sayup-sayup terdengar dari kejauhan, memaksa Naila membuka matanya. Dia tetap memaksakan diri walaupun masih terasa berat mengingat dirinya hampir tak tidur semalaman. Dia menatap di sampingnya, sesosok laki-laki tampan yang juga masih tertidur. Sebuah kecupan manis yang mendarat di dahinya membuat laki-laki itu menggeliat. "Sayang." Suaranya serak. "Kamu sudah bangun?" Khairul merentangkan kedua tangan, menarik tubuh indah itu hingga membuat sang istri jatuh di atas tubuhnya. "Biarkan dulu seperti ini, Sayang." Laki-laki itu meresapi keintiman yang tercipta, membangkitkan gelembung hasrat di tubuhnya. Khairul mendekatkan wajahnya, meski dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. Sebuah benda kenyal nan basah seperti biasa mengabsen setiap inci di wajah manisnya. Tak ada yang terlewat sedikitpun. Laki-laki itu bersikap begitu memujanya bak seoran
Baca selengkapnya
Yang lalu biarlah berlalu
  Mereka kembali beradu pandang. Naila, Nayra, Ratri dan Adelia. Meskipun tidak terlihat secara kentara anggota keluarga yang lain, tapi Naila merasa tatapan itu sungguh menyimpan arti yang dalam. Entah apa yang tersembunyi di dalam pikiran mereka. Setelah selesai sarapan, Naila memilih untuk keluar dari rumah itu, berjalan menuju samping rumah. Dia mendudukkan tubuhnya di kursi panjang menghadap kolam ikan. Ikan-ikan yang tengah berenang saling berkejaran membuat dia merasa nyaman, seperti terapi untuk menenangkan perasaannya. Naila memilih menikmati waktunya sendiri, sementara Nayra sedang bersama dengan Khairul. Entah kemana mereka, tapi yang jelas laki-laki itu sedang berusaha mengakrabkan diri dengan Nayra, seperti halnya dulu yang pernah dilakukan oleh Ammad kepada putrinya. "Boleh aku duduk disini?" Tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya. Seorang perempuan cantik yan
Baca selengkapnya
Senjata makan tuan
Hari masih pagi dan sinar matahari masih malu-malu kucing. Suasana yang indah tiba-tiba terasa gerah bagi Naila. Perempuan itu menoleh ke samping, menatap Ratri yang balas memandangnya begitu dalam, penuh arti. "Nayra adalah putri Khairul meskipun hanya sekedar putri sambung, tapi dia berhak atas kasih sayang dan perhatian dari ayah sambungnya," tegas Naila. "Nada bicara Kak Ratri seperti tidak suka dengan kehadiran Nayra. Kenapa ya, Kak?" "Aku bukan tidak suka dengan kehadiran Nayra, tapi aku hanya tidak ingin Adelia kehilangan perhatian dari om-nya. Asal kamu tahu ya, sebelum kamu ada, setiap kali bertemu dengan Adelia, dia begitu perhatian. Menggendong, menyuapi makan, bahkan menemani Adelia sampai tertidur. Sekarang Khairul malah sibuk dengan anak kamu. Dia sudah melupakan keponakannya!" "Baiklah, nanti akan aku bilang kepada Bang Khairul, agar dia menghabiskan waktunya bersama Adelia, biar nanti Nayra
Baca selengkapnya
Penyesalan
  Brakk! Ratri menatap kosong ketika sang suami keluar dari kamar setelah menutup pintunya dengan kasar. Deraian air mata jatuh membasahi pipinya. Sungguh, bukan hal mudah untuk menahan sakit. Sepuluh tahun dia menikah dan tak pernah sekalipun ia dianggap sebagai seorang istri. Bahkan anaknya pun tak diakui, padahal jelas-jelas ia mengetahui kalau Adelia adalah darah daging Doni. Demi Tuhan, ia tak pernah sekalipun berhubungan intim dengan Khairul. Laki-laki itu begitu baik dan pandai menjaga diri. Kenapa begitu keras hati Doni sehingga mengaburkan fakta yang ada di depan mata?  Ratri sudah kehilangan kekasihnya dan terpaksa menikah dengan Doni. Masih kurang cukupkah penderitaannya selama ini? Belum termasuk harus menyaksikan Doni yang seringkali pulang dalam keadaan mabuk, pulang dari tempat hiburan malam dengan mulut bau minuman keras dan dan dari tubuhnya tercium parfum perempuan?
Baca selengkapnya
Lelaki idaman
Umar mengangkat wajahnya. Dia tak lagi menyahut panggilan sang ibunda. Anak laki-laki itu memutar tubuhnya melangkah menuju pintu, keluar dari kamar dan meninggalkan ibunya yang hanya bisa menggelengkan kepala.Umar melangkah perlahan melintasi beberapa ruangan hingga sampai ke teras rumah. Anak laki-laki itu duduk bersila di lantai yang dingin. Matanya kosong menatap kerimbunan pohon kecil yang tumbuh di halaman rumah neneknya.Matanya menyipit tatkala menatap ke depan. Sebuah motor masuk ke halaman rumah dan berhenti tepat di depannya."Umar." Khairul mengerutkan kening melihat sang keponakan duduk bersila, termangu dengan pandangan kosong. Dia bergegas menghampiri dengan Nayra yang berdiri di belakangnya."Umar, kamu kenapa, Nak?" Laki-laki itu berjongkok di hadapannya. Dia menepuk pundak anak laki-laki itu."Tidak ada apa-apa, Om.  Barusan
Baca selengkapnya
Kenangan pahit
"Ade juga wanita idaman. Kalau nggak, mana mungkin Abang jauh-jauh balik lagi ke Banjarbaru buat jemput kamu.""Oh,ya?" Naila memutar bola matanya malas."Untung Adek terima lamaran Abang. Kalau nggak, gimana nasibnya berkas-berkas yang sudah Abang persiapkan sebelum berangkat ke sana." Naila tertawa. Suaranya lantas tertahan ketika menyadari sang putri yang tertidur di dekatnya."Berani benar Abang ambil spekulasi. Padahal belum tentu juga Adek terima.""Abang berpatokan pada sebuah keyakinan bahwa jodoh itu sudah diatur oleh Allah. Mungkin memang jalannya harus berliku. Abang harus menikah dengan Nana lebih dulu sebelum bisa menikahi Ade.""Abang harus pacaran dulu dengan kak Ratri," ketus Naila. Dia masih saja teringat cerita masa lalu sang suami. Sebuah cerita masa lalu yang membangkitkan rasa cemburunya, tapi sengaja ia pendam sendiri dalam hati."Astaga, Ade, masih b
Baca selengkapnya
Sumber kebahagiaan
"Nayra sedang tidur, Bang." Naila menoleh pada suaminya seraya menyodorkan ponsel itu. "Angkat aja, De. Tidak apa-apa, cuma bang Ammad itu yang telepon," jawab Khairul seolah ia bisa membaca kegelisahan di hati istrinya. Naila menggeser layar hijau dan terlihat jelas wajah Ammad di seberang sana." "Ade," tegurnya setelah laki-laki itu mengucapkan salam. "Iya, Bang, ini Ade. Abang lagi apa?" Naila mendekatkan layar ke wajah sang suami. "Abang lagi di rumah, De. Kebetulan kerjaan Abang hari ini sudah selesai, jadi cepat pulang. Kamu gimana kabarnya, De? Apa sudah sampai di Pekanbaru?" "Iya, Bang. Ade sudah di Pekanbaru." "Bang, tiga hari lagi kami akan mengadakan resepsi." Kali ini Khairul yang bicara. "Abang harus datang ya. Kan tidak jauh juga, dari Padang Sidempuan ke Pekanbaru. Tidak sampai sehari semalam perjala
Baca selengkapnya
Mengunjungi Rosita
"Alhamdulillah."Laki-laki itu sudah selesai dengan makannya. Dia mencuci tangan dan mengeringkannya dengan menggunakan tisu yang tersedia di meja tamu.Pemandangan seisi rumahnya terlihat tidak terlalu baik. Di sana-sini terlihat berantakan, karena memang tak ada yang merapikan. Ammad sendiri tidak pandai mengurus rumah, di samping dia memang sibuk dengan pekerjaannya sehari-hari sebagai pengawas lapangan sebuah proyek pembangunan sebuah pusat perbelanjaan di daerahnya.Tanpa menghiraukan situasi rumahnya yang berantakan, Ammad mengambil ponsel dan kunci motor. Dia bergegas melangkah menuju pintu depan kemudian keluar dari rumah ituSekejap kemudian laki-laki itu sudah dalam perjalanan menuju rumah Rosita. Hatinya mulai terasa menghangat dengan perhatian kecil yang ditunjukkan oleh Rosita dengan mengirimkan makan siang. Sesuatu hal yang dulu pernah begitu di rindukannya.Dul
Baca selengkapnya
Wanita yang penuh dosa
"Tumben Abang main kemari? Biasanya selalu sibuk." "Hari ini Abang tidak sibuk, karena pekerjaan sudah hampir selesai. Tinggal finishing saja. Mungkin satu atau dua hari ke depan proyek itu selesai." Ammad tersenyum. "Alhamdulillah ... semangat ya, Bang!" Ah, kata-kata yang terdengar dari mulut Rosita begitu manis. Andai saja dulu dia  selalu mengucapkan kata-kata itu, pasti dia tidak akan pernah tergoda oleh pesona Naila. "Di mana Fitri?" tanyanya. Ada perasaan canggung saat berhadapan dengan wanita itu sekarang. "Dia sedang tidur, Bang. Kalau Abang mau melihat Fitri, silakan Abang masuk ke dalam kamarku Ammad menggelengkan kepala. "Nanti saja, De. Abang mau ngobrol dulu sama kamu." Rosita mengerutkan kening. "Apakah penting, Bang?" "Nggak terlalu penting juga," sahut Ammad. "Kapan Ade selesai nifa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status