All Chapters of Takdir Cinta Naila: Chapter 91 - Chapter 100
139 Chapters
Patah hati
  "Sekarang sih sudah tidak perjaka lagi sejak tadi malam." Laki-laki mengecup pipi Naila sekilas. "Jadi nggak adil dong. Abang nggak dapat perawannya Ade," ucap Naila malu-malu "Ade tidak boleh ngomong seperti itu. Bagi Abang, Ade itu tetaplah perawan selamanya." "Kita jangan mengikuti pendapat orang lain tentang sebuah virginitas. Keperawanan yang sesungguhnya ketika seorang wanita itu tidak tersentuh oleh laki-laki lain selain suaminya. Kalau yang menjadi ukuran hanya selaput dara, itu tidaklah adil, karena selaput dara itu bisa saja robek meskipun seorang wanita tidak berhubungan intim dengan laki-laki. Ada banyak hal yang menyebabkan robeknya selaput dara seperti kecelakaan tertentu, bukan sekedar lantaran berhubungan intim dengan laki-laki." "Kalaupun Adek pernah berhubungan intim dengan suami Ade yang terdahulu dan menghasilkan Nayra, itu kan wajar. Sudah seh
Read more
Lelah
 "Abang sudah pulang?" Perempuan itu merengkuh dan mencium tangannya dengan takzim."Adek kok ada disini, sejak kapan? Bukannya kemarin Adek ada di rumah ayah dan mama?" Ammad melepas sepatunya kemudian meneruskan langkahnya masuk ke dalam rumah."Adek sengaja menunggu kedatangan Abang," ucapnya tersenyum. "Kan tadi malam Abang yang kasih kabar kalau pesawat lagi transit di Jakarta?" Ammad menepuk jidatnya."Alhamdulillah, terima kasih ya." Ammad mendudukkan tubuhnya di sofa. Rosita menyusul duduk di hadapan laki-laki itu. Sejenak keduanya diam dan terpaku pada pemikirannya masing-masing. Rosita mengangkat wajahnya menatap sang suami yang terlihat begitu kusut."Abang masih kepikiran Naila?" tebaknya.Laki-laki itu mengangguk. "Maaf, De. Iya, Naila sudah menikah dengan Khairul, salah seorang teman Abang satu tim sewaktu masih proyek di Banjarbaru
Read more
Apa kabar, anak ayah?
 "Wa alaikum salam." Ammad melambaikan tangannya ke hadapan kamera. "Apa kabar, anak ayah?""Nayra baru pulang sekolah, Ayah. Ayah di mana?""Ayah sudah sampai di rumah, Nak." Laki-laki itu mengamati penampilan putri angkatnya yang masih mengenakan jilbab putih. Benar, gadis kecil itu memang terlihat baru pulang sekolah."Bagaimana tadi di sekolahnya?" Senang?""Senang, Ayah, tapi ....""Tapi apa, Nak?" potong Ammad tak sabar."Lusa Nayra harus pindah sekolah," keluhnya. "Padahal teman-teman di sini baik-baik sama Nayra, jadi sedih harus meninggalkan mereka.""Nayra akan ikut papa dan mama pindah ke Pekanbaru, jadi Nayra harus pindah sekolah." Ammad berusaha memberi pengertian."Nayra tahu tapi Nayra tetap sedih. "Kenapa sih kami harus pindah? Dulu kan papa pernah kerj
Read more
Kalian yang terbaik
 Nayra melirik boneka kecil berbentuk beruang yang pernah dibelikan Ammad sekitar 2 tahun yang lalu. Itu pertama kali dia mendapatkan hadiah dari laki-laki dewasa yang entah kenapa dia merasakan sesuatu yang berbeda dari sekian banyak orang dewasa yang dekat dengan ibunya.Nayra masih ingat ketika dia jatuh sakit, Ammadlah yang lebih dulu datang menemuinya. Ammad yang mengurusnya semalaman, mengompresnya, memberi minum obat, menyuapinya makan, bahkan tidur di dekatnya. Ammad yang menggendongnya ke kamar mandi saat paginya mereka mau berwudhu untuk melaksanakan shalat subuh.Ammad lah yang melakukan semua itu, bukan Khairul yang sekarang sudah menjadi suami ibunya. Apakah dia salah jika kemudian  menginginkan Ammad lah yang menjadi ayah sambungnya?"Nayra!" Suara sang ibunda membuyarkan lamunan NayraPerempuan itu tengah berdiri di muka pintu kamar. Dia tertegun men
Read more
Pertemuan keluarga besar
  Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan dari Banjarbaru, transit di Jakarta sampai akhirnya ke Pekanbaru, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Perempuan muda itu termangu, begitupun juga dengan putri kecilnya, menatap sebuah rumah besar dengan halaman luas. "Ini rumah Abang?" tanya Naila. "Rumah ini adalah rumah orang tua Abang. Nanti saja kita ke rumah kita. Hari ini ada sedikit acara untuk menyambut kedatangan kita di rumah Mama," jelasnya. Naila melirik putrinya yang masih saja berdiri di sampingnya. Terlihat jelas gurat kecemasan di wajah mungil itu. "Jangan takut, Nak. Ada Papa dan Mama di sini," hibur Khairul menepuk pundak gadis mungil itu. "Yuk, mari kita masuk. Keluarga Papa sudah berkumpul di rumah." Ketiganya melangkah beriringan masuk ke halaman dan berakhir di muka teras. Khairul maju beberapa langkah dan akhirnya sampai di dep
Read more
Tatapan yang berbeda
Keduanya tampak saling bersitatap, berusaha menyelami kedalaman isi pikiran masing-masing. Naila mendesah dalam hati. Entah kenapa ia merasa takut bercampur cemas. Dia tidak pernah melihat suaminya seserius ini sebelumnya, selain saat meminangnya beberapa waktu yang lalu. "Apa yang ingin Abang sampaikan kepada Ade?" Perempuan berwajah manis itu mengecup punggung tangan suaminya sekilas "Ade tadi sudah berkenalan dengan Bang Doni, kan?" Darahnya tersirap. Perempuan itu menundukkan wajah, tak berani menatap sang suami. "Jangan takut, Ade. Abang hanya bertanya, Ade tadi sudah kenalan dengan Bang Doni? "Iya, Bang. Ada apa?" tanya Naila. "Abang harap Ade tidak usah terlalu dekat dengan Bang Doni." Laki-laki itu menghela napas. "Abang tidak mau kalau Bang Doni sampai mengganggu Ade." "Memangnya kenapa, Bang? Ada apa dengan Bang
Read more
Di mana anak itu?
Perempuan itu merendahkan tubuh, balas memeluk putrinya.  Dia membiarkan basah di dadanya. Nayra menangis. Gadis kecil itu terisak dengan suaranya yang lirih. Naila mengangkat tubuh mungil itu lalu mendudukkannya di sisi pembaringan."Sekarang cerita sama Mama. Kenapa Nayra menangis?" Perempuan itu mengamati wajah putrinya yang sembab. Penampilan yang acak-acakan dengan jilbab yang tak terpasang dengan semestinya."Ada apa, Nak? Kenapa penampilanmu berantakan seperti ini?" selidik Naila."Bang Umar, Ma," isaknya. Nayra tak meneruskan kata-katanya. Gadis kecil itu memilih memegang tangan sang ibu. Tubuhnya bergetar hebat."Bang Umar?" Naila berusaha mengingat nama-nama anggota keluarga suaminya."Siapa dia, Bang?" Naila memandang sang suami yang masih berdiri di hadapannya."Apa yang dilakukan Umar kepadamu, Nak?" tanya Khairul lembut. Tanga
Read more
Peniru ulung
"Tentu saja boleh, Umar, tapi caranya itu yang Om tidak suka. Kalau memang kamu mau berteman dengan Nayra, kamu harus jaga sikap. Kalau mau berbicara, ya kamu jaga jarak." "Nggak asyik dong, Om. Masa kalau ngobrol harus jaga jarak? Kayak orang berantem saja!" "Umar lihat sendiri kok, Papa Umar kalau ketemu sama temen-temen ceweknya juga sering cium pipi kiri kanan. Makanya tadi Umar heran, pas Umar mau mencium pipi Naira, dia malah lari dan menangis." Laki-laki itu sontak menepuk jidatnya. "Aduh ... Bang Doni!" makinya dalam hati. Laki-laki itu mengepalkan tangannya. "Itu kan teman-temannya papa. Kalau anak perempuan om Khairul, jelas berbeda. Dia tidak seperti itu. Nayra tidak suka kalau ada anak laki-laki dekat dengannya, apalagi sampai berani cium pipi!" tegas Khairul. Secepatnya ia harus menemui abangnya untuk membicarakan masalah ini. Tingkah laku abangny
Read more
Bayangan masa lalu
Khairul tidak pernah menyangka kalau akhirnya dia harus berhadapan lagi dengan abangnya.  Ini benar-benar buruk. Dia benar-benar tak memperhitungkan kemungkinan seperti ini saat akan mengajak Naila bertemu dengan keluarga besarnya.Meskipun secara fisik Naila tidak terlihat terlalu cantik, tetapi wanita itu sungguh mempesona, bahkan di tempat asalnya saja dia begitu diinginkan oleh banyak lelaki. Nayra pun mewarisi kecantikan ibunya, meskipun umurnya belum genap 10 tahun. Namun, dari wajah mungilnya terlihat jelas gambaran bagaimana cantiknya gadis kecil itu tatkala dia dewasa kelak.Laki-laki itu menyandarkan tubuhnya di bangku panjang menghadap kolam ikan, lantas memijat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa nyeri."Apa yang harus kulakukan sekarang?!" Tiba-tiba saja laki-laki itu berteriak.Sungguh, betapa ia ingin memuaskan segala rasa yang bergejolak di dadanya. Dia begitu lelah dengan jalan hidup
Read more
Hanya masa lalu
"Ade sudah menjadi istri Abang. Jadi alangkah baiknya kalau Ade mengetahui bagaimana masa lalu Abang. Malam ini Abang akan menceritakan itu, agar ke depannya tidak ada lagi saling prasangka dan kita bisa terbuka dalam segala hal satu sama lain.""Abang mau cerita apa? Apakah mengenai bang Doni?" tanya Naila.Khairul menggelengkan kepala. Dia merentangkan kedua tangannya mendekap sang istri yang tengah bersandar di dadanya. Posisi wajah keduanya sangat dekat, bahkan aroma nafas Naila bisa Khairul rasakan.Saat-saat seperti ini lah yang pernah menjadi mimpi malamnya sebelum dia berhasil mempersunting Naila menjadi istrinya. Sekarang semuanya menjadi nyata.Apakah setelah Naila mengetahui masa lalunya, perempuan muda itu masih mau dan tetap bertahan untuk mendampinginya? Tiba-tiba perasaan ragu menghantui pikirannya."Ini mengenai masa lalu Abang, Sayang." Laki-laki itu menjeda
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status