All Chapters of Takdir Cinta Naila: Chapter 51 - Chapter 60
139 Chapters
Belajar dari semua ini
Wanita berumur 35 tahunan itu menatap kosong ke langit-langit kamar. Tangannya masih memegang tespek yang memunculkan garis dua berwarna merah itu. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin minta pertanggungjawaban dari bang Irwan, karena dia tak akan mungkin mau bertanggung jawab. Bang Ammad pun pasti juga tidak akan mungkin mau bertanggung jawab, karena memang bukan dia yang menabur benih," gumam Rosita. "Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan nama baik dan keluargaku hanyalah dengan membuat Bang Ammad kembali denganku," katanya dalam hati, "tapi bagaimana caranya ya?" Suaminya itu sudah terlanjur mengetahui perselingkuhannya dengan Irwan. Ammad sudah membuangnya dengan menyuruhnya pulang kepada kedua orang tuanya. Dia mengenali karakter suaminya. Laki-laki itu memiliki hati yang lembut, tetapi sekali disakiti, dia tidak akan mau memaafkan dengan mudah Aahhhh... Kenapa demikian sial nasibnya? ❣️❣️❣️ Seminggu kemu
Read more
Minta tanggung jawab
Rosita menghempaskan tubuhnya di ranjang. Dia menghela napas panjang. Hari ini begitu melelahkan buatnya. Bersikap merendahkan harga dirinya untuk memohon belas kasihan suaminya, agar laki-laki itu mau kembali lagi kepadanya. Kalau bukan karena janin yang tumbuh di rahimnya dan nama baik keluarga besarnya, rasanya Rosita enggan melakukan hal itu. Dia benar-benar takut dengan keluarganya. Dia merasa dunianya akan segera runtuh kalau keluarga besarnya mengetahui kalau dia hamil dari laki-laki selingkuhannya. "Apa yang harus aku lakukan?" gumamnya. "Apakah aku harus meneror wanita itu secara terus-menerus, agar dia mau melepaskan Bang Ammad?" tiba-tiba Dia teringat kembali sosok wanita yang menjadi wallpaper di ponsel suaminya. "Ya, siapa tahu saja kalau wanita itu yang meminta Bang Ammad untuk kembali kepadaku maka hati laki-laki itu akan luluh," gumamnya. Wanita berumur 35 tahunan itu mengeluarkan ponsel dari dalam tas branded miliknya. Dia seg
Read more
Air penawar hati
"Sebenarnya aku sudah sering menghubungi wanita itu. Aku sudah maki-maki dia, tapi dia selalu menyangkal, kalau dia memiliki hubungan dengan bang Ammad. Dia selalu bilang kalau bang Ammad adalah sahabat dan saudaranya," ucap Elfira. "Terlepas apapun bentuk hubungan mereka, nyatanya Bang Ammad tak pernah bisa melupakannya, bahkan sampai sekarang." Rosita tersenyum kecut  "Aku sendiri tidak tahu apa kelebihan wanita itu, sampai Bang Ammad tak bisa melupakannya. Padahal jelas-jelas aku lebih cantik dan sudah memberinya tiga anak," ujar Rosita. "Aku juga heran Ros. Dasar wanita murahan. Suami orang dia ambil juga. Tidak mikir apa dia, kalau laki-laki itu sudah memiliki istri dan anak ...!" Sumpah serapah Elfira. Rosita menghela nafas panjang. "Ini bukan saatnya untuk memaki-maki dia, El, karena kurasa kita harus berteman dengan dia." Rosita menghela nafasnya.  "Maksudmu?" Elfira mengerutkan keningnya. "Iya benar. Aku rasa
Read more
Terlalu ambisi
 "Kalau pengaruh dari air itu hilang, dia akan membencimu setengah mati," jelas Paman Sahran. "Rahman tidak peduli, Paman. Yang penting Rahman bisa memiliki Naila secepatnya." Rahman kembali bersuara. Laki-laki tua itu memandang laki-laki muda yang masih merupakan keponakan jauhnya itu lekat-lekat. Dia hapal betul dengan sifat Rahman. Jikalau anak itu memiliki keinginan, dia tak akan puas sampai keinginannya itu terwujud. "Ingat, Man. Ilmu yang Paman miliki tidak bisa dipakai untuk melakukan kejahatan. Jadi kalau kau memang berniat ingin menikahi wanita itu, Paman bisa memberikannya, tapi jika kamu hanya ingin mempermainkan wanita itu, Paman menolak. Resikonya besar, Nak, ucap laki-laki tua itu. "Rahman ingin menikahi wanita itu. Paman jangan khawatir. Kalau wanita itu sampai bisa menjadi istri keduanya Rahman, Paman akan Rahman kasih hadiah deh."  Rahman merayu pamannya. "Kau terlalu berambisi, Man," sahutnya. "Rahman selalu
Read more
Bukan orang ketiga
"Bukannya aku yang pelit, tapi kamu yang matre!" balas Rahman. Ia mendengus kesal. "Jangan gitu dong, Kak. Masa sama sepupu sendiri pelitnya Masya Allah,"  gerutu Syifa. "Bukannya begitu, Syifa. Tunjukkan dulu kepada Kakak, kalau kamu sudah berhasil melaksanakan tugasmu. Jangan khawatir, kalau Kakak nanti jadian sama Naila, kamu pasti akan mendapat hadiah," janji Rahman. Laki-laki itu tersenyum tipis. "Bener ya, Kak?"  "Iya, Syifa. Kamu jangan khawatir. Ada deh ...." kata Rahman. Dia mengedipkan matanya. Sementara wanita itu menerima botol pemberian Rahman dengan wajah cemberut. "Awas ya, kalau ingkar janji," ancam Syifa. Ia menunjuk botol air di dalam genggamannya. Rahman hanya tersenyum simpul. ❣️❣️❣️ Malam semakin larut. Suasana hening. Hanya suara jangkrik dan binatang malam yang bersahutan menambah aroma pekat malam.
Read more
Memblokir Elfira
[Kenapa waktu itu kamu begitu perhatian dengan bang Ammad? Kenapa kalian begitu dekat? Laki-laki itu kalau diberi ikan goreng yang sedap di restoran, pasti dia akan memakan, karena pastinya dia sudah bosan dengan ikan asin di rumah!] Elfira membalas chat Naila. [Seharusnya kamu bisa kan, tidak melayani perhatian dari bang Ammad? Kamu bisa kan, menjauhi laki-laki itu? Apalagi dia statusnya adalah suami orang ...!]  [Ini tidak! Kalian bertahun-tahun menjalin kedekatan dan laki-laki manapun pasti tidak akan bisa melupakan kedekatan seperti itu, Naila!] Elfira mencecar Naila dengan beragam pernyataan yang menyudutkan. Naila menelan ludahnya, ketika dirasakannya mendadak lidahnya terasa kelu. [Lalu sekarang, apa mau Kakak? Apakah Kakak berpikir, dengan menghina dan memaki-maki saya habis-habisan bisa mengembalikan keutuhan rumah tangga saudara Kakak?] balas Naila. [Saya sudah menjelaskan apa yang bisa saya jelaskan, dan sekali lagi saya tegask
Read more
Batasan aurat
Naila menepuk jidatnya. Pertanyaan putrinya bukanlah main-main. Cara berpikir gadis kecilnya itu bahkan melebihi usianya yang baru 9 tahun. Dia menghela nafas panjang. "Ini setahu Mama ya. Menurut pendapat para ulama, aurat seorang wanita adalah seluruh tubuhnya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa suara wanita itu pun juga termasuk aurat." "Kenapa kita tidak menutup seluruh tubuh kita, Mama? Kan wajah dan tangan kita tidak tertutup? berarti kita salah dong?" protes gadis kecil itu. Nah, tuh kan? "Sayang, ada pendapat ulama yang mengatakan kalau aurat wanita itu adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan tangan seperti saat kita melakukan shalat. Nah pendapat ulama itulah yang kita ikuti sekarang ini," jawab Naila sembari tersenyum. Dia memang harus ekstra sabar dalam menghadapi putri kecilnya yang sebenarnya sangat cerdas ini. Dia tidak akan pernah berhenti bertanya sebelum  puas dengan jawaban yang diberikan oleh ibunya. Nail
Read more
Masak yang enak
Setelah Nayra berangkat ke sekolah dan menghabiskan sarapannya, Naila segera beranjak keluar dari kamarnya. Dia melangkah menuju dapur dan menaruh nampan dan gelas bekas sarapannya di atas tempat cuci piring. Setelah itu, ia beranjak menuju kamar mandi. Begitu sampai di ruangan kecil itu, ia menggelengkan kepala melihat tumpukan pakaian kotor di sebuah ember besar yang sudah menanti untuk di cuci. Dia menghela napas panjang. Tak berselang lama, Naila pun keluar dari kamar mandi dengan menenteng sebuah ember besar berisi cucian yang telah bersih. Dia berjalan menuju halaman samping rumah. "Naila." Sebuah suara memanggilnya. Naila menoleh ke belakang. "Kak Syifa," ucapnya. Dia tersenyum kecut. Wanita itu tengah berjalan menghampirinya. "Ada apa, Kak?" tanya Naila. "Tadi kata Kak Rahman, Kamu sakit. Emang benar?" Syifa mengambil sepotong pakaian di ember, kemudian meren
Read more
Berhasil menjalankan misi
"Ya Kak, ada apa?" tanya Naila. "Tolonglah, Nai. Pertimbangkan lagi soal kak Rahman. Kakak kasihan dengan dia. Dia itu sebenarnya baik, Nai dan dia serius dengan kamu. Walaupun mungkin dia hanya bisa menjadikan kamu sebagai istri keduanya," ucap Syifa. Naila menundukkan kepala sambil terus mengaduk nasi di dalam panci. "Nai tidak tahu, Kak. Tapi yang jelas, Naila belum ada pemikiran untuk menikah sekarang. Jadi tolong, mengertilah keadaan Nai." Naila menghela nafas. "Kakak mengerti, tapi coba kamu pikir, mau sampai kapan kamu hidup menjanda? Emang kamu mau menjanda selamanya? Kamu itu masih muda loh Nai.. Kakak aja yang lebih tua dari kamu masih berpikir untuk menikah lagi, kalau memang ada laki-laki yang tepat nantinya," ucap Syifa membujuk wanita di hadapannya itu. "Naila juga pengen menikah, Kak, tapi bukan  dengan laki-laki yang sudah beristri!" ucap Naila dengan tegas. "Apa salahnya, Nai? Sebenarnya nih ya, Kakak pengen kasih
Read more
Jodoh di tangan Tuhan
Hoek Hoek.. Ada yang bergejolak di perutnya. Mendadak perut Naiia menjadi sangat mual ketika membuka rantang yang berisi makanan pemberian Syifa tadi siang. Dengan gerakan refleks, dia kembali menutup rantang tersebut. "Ada apa, Mama?" tanya Nayra. Dia menatap wajah ibunya yang terlihat pucat. Naila menggelengkan kepala. Dia mengambil segelas air putih dan segera meminumnya. "Tidak apa-apa, Nak. Mama hanya merasa sedikit mual saat mencium bau sayur sop yang diberikan oleh bibi Syifa tadi," ucap Naila. Nayra menganggukan kepala. "Ya sudah, sebaiknya Mama tidak usah makan makanan itu."  "Ya, Nak. Mama mau bikin telor dadar aja," ucap Naila masih menutup lubang hidungnya dengan salah satu tangannya. Naila membuka kulkas dan mengambil sebutir telur di sana. Ia mengiris sedikit kol, wortel, daun bawang, bawang merah dan bawa
Read more
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status