All Chapters of Takdir Cinta Naila: Chapter 71 - Chapter 80
139 Chapters
Kelahiran
"Pasien mengalami hipertensi atau dengan kata lain tensi darahnya meningkat setiap kali mengalami kontraksi. Tampaknya selama kehamilan, pasien mengalami tekanan batin yang sangat berat." Dokter Faisal menjelaskan. "Benar, Dok. Kami memang sedang mengalami masalah yang cukup berat. Mungkin itu yang membuat dia tertekan," sahutnya. Dokter Faisal menganggukkan kepala. "Disini saya memberikan dua opsi. Pertama, melahirkan secara normal. Kalau memilih melahirkan secara normal, kita harus menunggu sampai tensi darahnya kembali normal. Masalahnya, kita tidak tahu kapan tensi darah pasien bisa kembali normal. Kami tidak bisa menjamin, Pak. Sebab melahirkan secara normal dengan kondisi hipertensi akan sangat membahayakan pasien karena bisa mengakibatkan pembuluh darah pecah akibat detak jantung yang begitu cepat." "Opsi kedua adalah melahirkan secara caesar. Kalau memilih melahirkan secara operasi caesar bisa dilakukan saat ini juga. Saya sudah memeriksa pasi
Read more
Mencintai tidak harus memiliki
Rosita menggelengkan kepala. "Ade tak bisa, Bang. Kasihan Naila. Dia sangat mencintai Abang dan selalu berharap untuk kedepannya bisa menikah dengan Abang. Apakah Abang mau mengecewakan wanita itu?" tolaknya. "Abang tidak pernah memberi harapan kepada Naila, demikian juga ketika Abang pamit untuk pulang ke kampung halaman. Abang pun tidak pernah menjanjikan apa-apa. Abang hanya pernah mengatakan kepada Naila, kalau Abang akan selalu menjaga dia dan putrinya Tapi itu bukan berarti dengan cara menikahinya kan?" Laki-laki itu balas berkata. "Abang akui, Abang pernah meminta Naila untuk menjadi istri Abang, tapi Naila sudah menolak Abang. Jadi Abang rasa, Naila pun juga tidak berharap Abang akan kembali lagi ke sana." "Adek sudah berjanji kepada Naila untuk menyerahkan Abang dan anak-anak kepadanya." Pandangan matanya menerawang. "Nanti kalau kita sudah menikah, kita akan berkunjun
Read more
Akhir cinta terlarang
Ammad meneguk teh manis yang tersaji di hadapannya. Dia mencuci tangan sampai bersih. Kemudian mengeringkannya dengan tisu yang tersedia di mejanya. Dia baru saja akan beranjak pergi dari tempat duduk untuk membayar semua makanan yang disantapnya, ketika tiba-tiba seseorang memanggil namanya. "Bang," Laki-laki itu menoleh ke belakang. "Kau ...??!!" Laki-laki itu menunjuk kepada sang pemilik panggilan. Mendadak rahangnya mengeras ketika seorang laki-laki bertubuh tegap menghampirinya. Dia sangat mengenal laki-laki itu. Irwan adalah salah seorang pejabat daerah sekaligus seorang pengusaha yang cukup sukses. Laki-laki yang merupakan selingkuhan Rosita. Darahnya mendidih. "Mau apa kau kemari? Apa masih belum cukup merusak rumah tanggaku?" Tangannya mengepal. Ingin rasanya ia mendaratkan bogem mentah ke tubuh laki-laki itu. "Bang, Aku ingin berbicara denganmu, tapi tidak
Read more
Kejutan
"Titip Fitri ya, Bang. Semoga anak ini membawa keberkahan bagi kalian dan semoga hidup kalian selalu berbahagia. Aku minta maaf atas semua kesalahan yang telah kulakukan kepada Abang dan kepada rumah tangga kalian." Irwan kembali menyerahkan bayi itu kepada Ammad. "Terima kasih juga karena Abang sudah mau menerima Fitri." Dia  memaksakan bibirnya untuk tersenyum. "Aku pamit, Bang. Assalamu alaikum." Dia membalikkan badannya dan pergi menjauh dari sosok laki-laki yang sekarang menjadi ayah bagi putri biologisnya itu. Ammad memandang kepergian Irwan dengan hati yang terserak. Dipandanginya wajah kecil bayi di dalam gendongannya. "Maafkan Papa, Nak. Bukan maksud Papa untuk memisahkan kalian berdua. Papa hanya tidak mau rumah tangga Papa dan Mama akan hancur kembali dengan sebab kehadiran ayah biologismu itu." "Papa janji akan menjadi ayah yang terbaik untukmu. Papa
Read more
Ada yang istimewa
Ada yang istimewa pada subuh kali ini. Kalau biasanya Naila shalat subuh berjamaah hanya berdua dengan putrinya, tapi sekarang sosok laki-laki itulah yang menjadi imamnya Mendadak perasaan wanita muda itu menghangat. Senyumnya semakin lebar setelah melihat laki-laki tampan itu mengambil alih tugasnya menerima setoran hafalan dari Nayra. "Bidadari kecil Om sudah hafal berapa juz?" tanyanya sambil membuka Al-Qur'an Tikrar milik Naila. "Sudah lebih 10 juz, Om. Nayra sedang menghafal surah At-Taubah." Khairul mengacungkan jempolnya. "Wah, hebat sekali anak Om. Dulu waktu Om tinggalkan, Nayra baru menghafal surah-surah pendek," katanya. "Kan Nayra selalu menghafal, Om. Setiap hari Mama selalu menerima setoran hafalan dari Nayra," sahutnya. Masih dengan mengenakan mukena yang berwarna putih, gadis kecil itu beringsut duduk berhadapan dengan Khairul. "Baiklah, Sayang. Sekarang Nayra mulai baca ya. Biar Om menyimak."
Read more
Jalan cinta
Di sinilah mereka berada. Di sebuah cafe terbuka dan memiliki pemandangan yang indah. Mereka duduk berhadapan. "Abang minta maaf karena selama bertahun-tahun Abang tidak pernah menghubungi Ade. Semua itu karena keadaan, De. Jadi bukan maksud Abang ingin melupakan Adek." "Abang menikahi Nana setelah seminggu berada di Pekanbaru. Awalnya Abang menolak karena memang Abang tidak mencintai Nana, tapi setelah melihat keadaannya, akhirnya Abang mau menerima." Naila tertegun menyimak penuturan laki-laki muda itu. "De, tak ada perasaan apapun di hati Abang kepada Nana saat menikahi wanita itu, kecuali hanya perasaan kasihan. Nana berterus terang kepada Abang kalau dia mengidap penyakit leukimia stadium akhir dan dia ingin Abang melaksanakan impian terakhirnya, yaitu menikah dengan Abang. Dia ingin memiliki suami dan dia ingin meninggal di dalam pangkuan suaminya." Laki-laki itu menelan ludahnya dengan kasar. Rasanya berat sekali menceritakan luka l
Read more
Janda sama duda
Beberapa hari telah berlalu. Meskipun mereka tinggal terpisah, tetapi Khairul masih setia mengunjungi rumah Naila setiap hari. Dari mengimami salat subuh berjamaah, menerima setoran hafalan Nayra, kemudian sarapan bersama. Setelah itu mengantar Nayra ke sekolah. Semua itu dijalani Khairul dengan sabar. Dia masih berharap Naila mau menerimanya. Setelah Nayra berangkat ke sekolah dengan diantar Khairul, Naila masuk ke dalam kamarnya. Dia membuka lemari pakaiannya. Diambilnya sebuah kotak kecil yang pernah di berikan Khairul kepadanya saat di bandara, menjelang kepulangannya ke Pekanbaru. Ada dua buah kalung dengan liontin huruf K di dalam kotak itu. Naila tak pernah memakainya selama ini. Dia hanya menyimpannya. Karena dia merasa dia tidak mempunyai perasaan apapun terhadap pemuda itu. Lama dia menimang kalung itu. Sampai akhirnya dia menciumnya dengan segenap rasa haru yang mulai memenuhi dadanya. Dengan gerakan perlahan, dia memakaikannya di lehernya.
Read more
Calon suami
"Tidak boleh bilang begitu, De. Malah orang tua Abang yang meminta Abang ke sini untuk menjemput Ade dan Nayra. Mereka sudah tahu soal Ade yang sudah memiliki anak. Mereka tidak masalah kok. Malah mereka senang. Katanya, kalau Ade mau nikah sama Abang, mereka langsung dapat cucu." Laki-laki itu tertawa lebar. "Ayolah De, kita menikah saja ya. Walaupun mungkin di hati Ade masih ada bang Ammad, tapi Abang yakin seiring dengan berjalannya waktu, Ade pasti bisa akan melupakan perasaan cinta Ade pada sosok abang kita itu." Khairul mencoba meraih tangan Naila yang segera di tepis wanita itu secara halus. "Abang pasti akan bantu Ade untuk meyakinkan diri Ade, kalau bang Ammad itu adalah abangnya Ade. Sudah takdir hidup Ade yang menjadikan Bang Ammad hanya sebagai saudara ade." "Apapun, antara Ade dengan bang Ammad itu hanyalah masa lalu. Kalian boleh saja saling cinta. Tapi sekarang, pada kenyataannya hubungan Ade dengan bang Ammad tak lebih hanya sebagai saudar
Read more
Nitizen julid
Sementara di mobil, Naila hanya diam saja. Ia tak mengucap sepatah kata pun. Sesekali air matanya menetes di pipinya. Kata-kata Syifa barusan terngiang-ngiang  di telinganya. Sangat menyakitkan hati. Syifa memang selalu begitu. Entah mengapa wanita itu seakan tak pernah lelah untuk mencari titik kesalahannya. Padahal posisinya sama dengannya. Dia juga seorang janda meskipun tanpa anak. Sebagai sesama janda, seharusnya dia berempati terhadap Naila. Tapi yang terjadi malah kebalikannya. Sepanjang Naila menjalani kehidupannya sendirian, wanita itu tak pernah berhenti mengusik kehidupan pribadinya. "Sudahlah, Ade. Tak usah di dimasukkan ke hati. Dia cuma seorang netizen yang julid terhadap kehidupan pribadi tetangganya." Khairul menginjak rem dan menepikan mobilnya di pinggir jalan. "Entahlah, Bang. Dari dulu Kak Syifa selalu begitu. Dulu juga, saat Bang Ammad masih di sini dan kerap kali mengunjungi
Read more
Apa pendapat Abang?
Naila menggelengkan kepala. "Tidak, Bang. Naila sudah lega. Naila tahu, Kak Rasyid sudah bahagia di sana." Naila menatap biru warna cakrawala melalui kaca mobil. "Kalaupun Ade masih mengenangnya, Abang nggak papa kok. Bagaimanapun, Kita tidak bisa melupakan kebaikan orang yang kita sayangi, apalagi dia sudah memberi Ade seorang putri yang sangat cantik dan cerdas." "Dia tak sempat melihat putrinya, Bang. Nayra belum lahir saat dia wafat. Dia meninggalkan Ade dalam keadaan mengandung." Bulir-bulir airmata kembali jatuh membasahi pipinya. Laki-laki itu menghela nafas. Dia menatap Naila dengan iba. "Jika Allah mengambil sesuatu darimu, berarti Allah tengah menyiapkan sesuatu yang lain sebagai penggantinya. Kita mungkin tidak bisa mengembalikan kebahagiaan yang hilang, tapi Allah menciptakan kebahagiaan untuk kita rasakan dan kita syukuri." Laki-laki itu menghidupkan mes
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status