All Chapters of Pria Sampah Tak Terduga: Chapter 71 - Chapter 80
155 Chapters
71
Gentala  tetap bersikap tenang dan biasa saja, meskipun ia dan para gadis kecil itu  tengah  terjebak dan tak bisa kemana-mana, karena pintu keluar dari ruangan tersebut hanya satu, dan pintu itu telah tertutup rapat oleh tubuh para penjaga keluarga Bomo. Seketika para tubuh gadis kecil itu gemetar ketakutan, memegang erat kaki Gentala seraya berlindung di balik punggungnya,  Gentala yang menyadari hal tersebut berjongkok, menenangkan perasaan para gadis kecil itu, di rasa sudah tenang, Gentala pun  memerintahkan para gadis kecil itu untuk menjauh darinya dan juga menyuruh mereka untuk menutup ke dua mata dan telinga  mereka sampai ia menyuruhnya, para gadis kecil itu pun dengan patuh   menuruti perkataannya, Gentala tersenyum lalu bangkit, menghadap pada pria itu. Pria itu mendengus melihat sikap Gentala yang biasa-biasa saja." Cih, perjaga. . . Brak!! Hoek ! belum sempat pria itu menyelesaikan perkat
Read more
72
Di tempat pengadilan Kerajaan Natu, seluruh Mahapatih ( Perdana Menteri ) tengah berkumpul di aula Rapat kerajaan,  di depan mereka, Gusti Prabu Sumantri. Seorang Raja dari kerajaan Natu yang tengah menjabat saat ini, tengah terduduk di kursi tahtanya dengan wajah masam. Menatap tajam pada ke seluruh Mahapatih  yang hadir di aula tersebut. Tubuh para Mahapatih gemetar, merasakan sebuah tekanan amarah  yang begitu kuat, kepala mereka tertunduk tak berani menatap wajah sang Raja. ' Brak!! ' Gusti Prabu Sumantri memukul meja dengan keras hingga membuat tubuh para Mahapatih pun terperanjat kaget. Berdiri seraya berkacak pinggang " Bagaimana hal memalukan ini bisa  terjadi? Apa kalian  tahu? Ada banyak keluhan yang masuk ke kerajaan!!! " Gusti Prabu Sumantri marah. Tubuh para Mahapatih kembali ketakutan, mereka langsung  bersujud meminta ampun. " Ampuni kami Gusti. "&
Read more
73
 Gentala yang telah berhasil menenangkan Nura,kembali melayani Gusti Prabu Sumantri. sedangkan Nayaka kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan untuk di sajikan kepada Sang Raja. Karena Kedai mereka kedatangan tamu istimewa, Nayaka selaku kepala dapur pun dengan segenap hati membuat makanan istimewa, ia pun membuat  beberapa makanan favorite para pelanggan, serta membuat makanan dari  resep baru yang sebelumnya  telah ia sempurnakan. Selama Gusti Prabu Sumantri makan di kedai itu, selama itu pula para masyarakat enggan pergi untuk meninggalkan tempat itu, bagi mereka  menonton Raja makan adalah sebuah penomena langka yang tak boleh mereka lewatkan begitu saja. Aneka hidangan pun telah tersaji rapih di atas meja, hidangan itu  begitu menggugah selera bagi siapapun yang melihatnya, bahkan Sang Raja pun tak bisa menahan aroma enak yang menusuk hidungnya, air liurnya  menetes begitu saja.
Read more
74
Gentala dan Mahapatih Wiguna saling duduk berhadapan, dengan meja makan sebagai pembatas,  tentunya Gentala bertanya-tanya sekaligus penarasan. Untuk apa  seorang Mahapatih, tiba-tiba ingin bertemu dengannya yang hanya  seorang warga biasa?  " Izinkan saya yang rendah ini bertanya, untuk apa seorang  Mahapatih mendatangi orang rendahan seperti saya ini? " Tanyanya sopan, memecah keheningan. Mahapatih tersenyum, meletakkan segelas cangkir berisikan teh di atas meja, seraya berkata. " Anak muda, kamu  terlalu merendah untuk seseorang yang berhasil  membongkar aib dari putra sulung keluarga Bomo. " Gentala sedikit tersentak, namun ia berusaha untuk  bersikap biasa saja dan tak tahu apa-apa. " Apa maksud tuan? Saya tak mengerti dengan apa yang tuan bicarakan. " Elaknya seraya mengambil beberapa potong kue yang tersaji di atas meja. Memakannya dengan lahap seakan-akan dirinya belum maka
Read more
75
Waktu pemberontakan pun semakin dekat, menurut Mahapatih, pemberontakan akan di laksanakan tiga hari setelah festival bulan, di mana bulan di langit  berbentuk bulat sempurna. Akan tetapi  Gentala di liputi rasa cemas karena masih belum bisa membuat  Darma menjadi sosok orang  hebat atau pun  sosok  yang pantas untuk menjadi seorang Raja. Tak hanya karena  kemampuan berpikir Raden Brama Wijaya  yang terbilang sangat lambat, dia juga  memiliki kekuatan spritual yang sangat  lemah jika di bandingkan dengan adik angkatnya. Jika harus memilih siapa yang pantas untuk menjadi Raja? mungkin Gentala akan memilih putra mahkota, yaitu Raden Sugeng yang memilki otak yang cerdas dan juga berwibawa, tapi sayang nya, pria itu memiliki cacat, yaitu memiliki sifatt menjijikan dari  ayahnya yang menyukai anak kecil, bahkan dia ini lebih parah dari ayahnya yang hanya menyukai gadis kecil saja sedangkan Ra
Read more
76
Festival Bulan pun, berjalan dengan sangat meriah, ada banyak  kedai-kedai kecil berdiri, memenuhi sepanjang jalan sampai menuju ke kerajaan Natu. Semua orang sangat menikmati acara itu termasuk Gentala, dengan jiwa bisnis di dalam tubuhnya, ia pun menjajakan jajanan berupa Wajik, yang terbuat dari beras ketan yang di padukan dengan gula merah dan parutan kelapa. Tentunya makanan ini langsung di buru dan di gandrungi  oleh para pelanggan yang jatuh cinta pada rasa manisnya. Gentala pun tersenyum puas, pundi-pundi uang mengalir desar masuk ke dalam kantungnya, membuatnya semakin berantusias untuk berjualan. Ia pun memanggil Darma untuk mengambil beberapa  persediaan yang telah di siapkan sebelumnya. Nura yang melihat tersebut hanya bisa memandang kesal pada Gentala yang sejak tadi mengabaikannya, bukankah mereka ke sini untuk menikmati festival? Kenapa malah berjualan? Tak tahan, Nura pun menghampiri Gental
Read more
77
" Ikut atau tidak? " tanya Gentala.   Raden Brama Wijaya sedikit tertegun, mendapat pertanyaan yang tak terduga dari Gentala. Bukankah pamannya sudah memanfaatkan nya? Apa dia tak ingin membalas dendam terhadapnya?    " Apa  kamu tuli?! Jika kita tak bergerak sekarang, maka mereka yang di balik pintu itu akan membunuh mu. " ucapnya kesal   Raden Wijaya pun tersadar dari ketertegunannya. Terdengar ada banyak suara gaduh di balik pintu ruangan tempat mereka saling terdiam.   " Te-tentu saja aku ikut. " timpalnya dengan susah payah, berjalan tertatih-tatih menghampiri Gentala.   " Berpegangan lah dengan erat, dan jangan sampai dirimu terjatuh. " ingatkannya.   Raden Brama Wijaya pun menganggukkan pelan kepalanya, Mereka pun langsung terbang dengan kecepatan tinggi melalui balkon, menghindari para mayat hidup yang mendesak masuk ke dalam ruangan, Angin
Read more
78
" BISAKAH KAMU MENGANYUNKAN PEDANG ITU DENGAR BENAR?! " teriak kesal Gentala pada Raden Brama Wijaya seraya berkacak pinggang.   Di dekat sebuah air terjun yang berada di kedalaman hutan, seorang pria dengan tubuh kurus, lemah, bermandikan air keringat, dengan tangannya yang kurus, pria itu  terus  mengayunkan pelan sebilah pedang di tangannya yang memiliki berat kurang lebih dari  dua kilo yang di berikan oleh Gentala.    " Bagaimana bisa kamu menjadi seorang pemimpin negeri ini? jika mengayunkan pedang yang ringan itu saja kamu  tak mampu! " teriak kembali Gentala.   Raden Brama Wijaya hanya tertunduk kelelahan, telinganya terasa sakit karena terus mendengar semua omelan  yang keluar dari mulut Gentala sejak tadi pagi.   " Apa kamu dengar?! "   " Tentu saja bos. " timpalnya susah payah dengan nafas yang terengah-engah.   " Kala
Read more
79
Setelah menceritakan Si hitam dan juga masa lalunya, Nayaka pun mulai mengerti kenapa dirinya terkadang selalu lupa dengan apa yang di lakukannya? Lalu bagaimana dengan Raden Brama Wijaya? Setelah sering kali memeriksa denyut nadinya, Gentala pun akhirnya menemukan sesuatu yang berada di dalam tubuh Sang Raden, yang selama ini di carinya. Pantas saja, tubuh Sang Raden semakin lemah setiap kali ia melatihnya,  itu semua berkat racun yang berada di tubuh Sang Raden, meski tak tahu jenis racun apa itu? Namun, Gentala sangat kagum pada tubuh sang Raden yang mampu bertahan menahan racun itu selama belasan tahun. Seperti yang di katakan oleh Nayaka, kelak, Raden Brama Wijaya akan bisa menjadi seorang Raja yang Gagah perkasa. Dan Gentala mempercayai itu sekarang. Berkat energi spiritual yang di berikan oleh Gentala serta ramuan herbal buatan Nayaka, membuat racun yang berada di dalam tubuh Raden Brama Wijaya, sedikit demi
Read more
80
" Anda sudah bangun? " Tanya Gentala pada Raden  Brama Wijaya, yang baru berjalan keluar dari sebuah ruangan tempatnya berbaring. Sang Raden berjalan mendekati Gentala, memijat pelipisnya yang masih terasa pening, ia pun bertanya dengan penasaran. " Apa yang terjadi. " " Duduklah, ada yang harus aku katakan pada Raden. " Ucap Gentala. Raden Brama Wijaya pun dengan patuh menuruti perkataan Gentala. " Ada apa? " tanyanya saat sudah terduduk di depan Gentala  dengan sebuah meja kecil sebagai pembatas. Gentala tak langsung menjawab, kepalanya tertunduk sejenak lalu bangkit dari posisi duduknya, ke dua tangannya  ia letakkan di belakang punggungnya, berjalan mendekati sebuah jendela, menatap ke arah luar, seraya melihat aktivitas para rakyat yang mulai menjalani kehidupan normal. Berkat Gentala dan juga Raden Brama Wijaya yang berhasil memusnakan para mayat hidup y
Read more
PREV
1
...
678910
...
16
DMCA.com Protection Status