Semua Bab DINAR: Bab 41 - Bab 50
91 Bab
Bab 41
lunar tiba-tiba mengeluarkan sisik yang ditunjukkan dinar padanya kemarin, dia merasa sangat senang tapi dia harus memastikan kebenarannya, dan berusaha menggali semua sesuatu pada raccel, "raccel, dinar kemarin memperlihatkan ini padaku dan ini menancap dikakimu saat kecelakaan itu, apa kamu ingat dengan sisik ini?" "aku tidak ingat tetapi aku menemukan sisik yang sama saat aku dikamar mandi waktu itu" ucapnya yang mulai kebingungan dengan pertanyaan lunar"begini, aku mungkin tau tentang keluargamu, tapi aku ingin bertanya lebih banyak padamu, karena aku harus memastikannya" ujarnya tersenyum"apa? anda tau...tolong beritahu aku aku ingin bertemu dengan ibuku walaupun hanya sekali" ucapnya antusias"raccel apakah kamu suka laut?""ya, aku menyukainya apalagi baunya yang menyegarkan""hm...aku yakin kamu benar-benar duyung aku merasakan didalam hatimu, saat aku memegang tanganmu aku merasakan darah murni dan itu tandanya
Baca selengkapnya
Bab 42
mereka lama terdiam masing-masing memikirkan sesuatu yang berbeda dalam benak mereka, terlebih dinar, dia harus menyembunyikan sesuatu tentang ayahnya, dan dia tidak ingin lunar dan raccel tau tentang sesuatu yang mungkin akan merusak hubungan mereka"uhm...berarti anda adalah duyung kerajaan, tadi anda bilang sisikku memiliki warna kerajaan, apakah anda tau siapa orang tua ku?" ucap raccel sangat sedih dan terus menerus meneteskan airmata"ya, aku tau" ucapnya pendek sambil meneteskan airmata"apa? siapa mereka, siapa orang tuaku, katakan padaku aku mohon,!" ujar raccel tiba-tiba histeris sambil memegang tangan lunar"jika kamu tau apa yang akan kamu lakukan padanya?" ucap lunar mulai menahan raungnya tak terkendali"aku ingin mengungkapkan kerinduanku, aku ingin menanyakan kenapa dia memberikanku pada orang lain" ucapnya dengan cepat, dinar melihat itu sangat kasihan dengan raccel, betapa inginnya dia bertemu dengan ibunya, apakah mungkin lunar m
Baca selengkapnya
Bab 43
Malam mulai larut, lunar raccel dan dinar masih asik bercerita, raccel tak ingin melepaskan genggaman tangannya pada lunar, ibu yang telah lama dia rindukan selama ini, yang kehadirannya selalu diidamkan, betapa bahagianya dia saat ini, tapi disatu sisi dia tidak ingin berjauhan dengan kakek yang membesarkannya, dan bagaimana menceritakan ini pada kakek, semua nya terasa sangat cepat,  "ibu, apa yang harus aku katakan pada kakek kalau aku sudah bertemu denganmu?" "sebaiknya tidak usah diberitahhu dulu raccel, nanti biar ibu saja yang bicara dengannya saat waktu sudah tepat" ujar lunar pada raccel raccel menyetujui itu, dan mengangguk tanda setuju "dinar, pulanglah ini sudah malam jangan sampai nanti kalian masuk angin" ucapnya tersenyum "ibu, bolehkak aku lebih lama lagi bersama mu?" "hm..tidak nak, nanti pasti ada saatnya, lagian waktu ibu hanya sedikit bisa kedaratan, nanti bisa-bisa kulit ibu akan jadi kering dan rapuh" ujarnya
Baca selengkapnya
Bab 44
Mereka makan bersama dengan  diiringi canda dan tawa, kakek merasa mungkin hari ini saat yang tepat untuk bicara berdua saja dengan raccel tentang siapa dia sebenarnya, karena dia tidak bisa lebih lama lagi menyimpan rahasia ini dari raccel "raccel, nanti kakek akan bicara denganmu ada yang ingin kakek katakan padamu, nanti datanglah kekamar kakek" ucapnya pelan sambil melanjutkan makannya dengan lahap, "baiklah kakek" jawab raccel, dia sangat bahagia karena kakek terlihat lahap makannya hari ini dan tidak menyisakan apapun dipiringnya dan dia sudah bisa menebak apa yang akan kakek bicarakan padanya, pasti tentang siapa raccel sebenarnya, tentu saja raccel sudah siap mendengar semua kenyataan yang akan diceritakan kakek disatu sisi edward selalu memperhatikan raccel yang makan dengan lahapnya, kakek melihat itu dan dia merasa mungkin edward jatuh hati pada raccel karena selama ini kemana-mana raccel selalu ditemani olehnya tidak mungkin tak ada perasaan
Baca selengkapnya
Bab 45
Mereka bicara sangat lama dan tak terasa sudah larut dan suasana sudah sangat sunyi senyap, raccel beranjak untuk kembali kekamarnya dan tinggal dinar sendiri saat itu yang masih duduk ditempat tadi memandangi lautan lepas dan tentu dengan mengingat lunar, begitu dia sangat-sangat menginginkan lunar, meski dia tau sekarang lunar adalah ibunya raccel tapi dia tidak akan keberatan jika menjadikan raccel anak tirinya. dia kembali membuka lemari dan kotak penyimpanan mutiara-mutiara kepunyaan ayahnya, menatap lagi cangkang kerang yang tempo hari dia tiup, bahkan sekarang setelah dia mencoba nya lagi tidak mengeluarkan suara sama sekalil disitu dia yakin hanya pada bulan purnama saja cangkang kerang itu akan berfungsitak terasa dinar sudah sangat mengantuk dan beranjak untuk tidur karena tentu saja pagi-pagi dia akan menemui lunar seperti biasanya tanpa ingin mengajak raccel pergi,pagi sudah kembali datang cepat-cepat dinar berangkat dengan membawa beberapa t
Baca selengkapnya
Bab 46
"sania...ada apa, apa sesuatu telah terjadi?" teriak lunar dengan cepat menghampiri sania yang sedang menyilangkan tangannya didada"nona, apa yang kamu fikirkan? kenapa menemui pria itu lagi?, dan apa nona lupa nyonya ratu akan menemui anda hari ini, bagaimana kalau dia melihat anda sedang berpelukan dengan manusia itu" ujarnya dengan ketus"ah sania kau harus merahasiakan ini dulu, aku yakin kamu pasti akan terkejut, aku telah menemukan anakku sania" bisiknya"apa? anak nona masih hidup? dimana dia sekarang?" ujarnya"sstt...jangan besar-besar suaranya" ucap lunar"dia masih dibesarkan oleh lelaki tua itu dan dia tumbuh dengan sangat cantik sania, sangat cantik, dan aku baru tau kalau pria tadi adalah anak dari mantan suamiku sania" ujarnya mulai melemah"oh..aku faham, nona mencintainya kan? dan ternyata dia adalah anak mantan suamimu dan wanita itu yang telah kamu bunuh" ucapnya dengan ceplas-ceplos"tolong sania jangan ungkit itu
Baca selengkapnya
Bab 47
Ratu telah memikirkan tentang hal-hal yang harus dituruti putrinya itu dan kali ini dia tidak akan bisa menolak lagi, ratu beranjak pergi meninggalkan lunar, "sania, tolong kamu kawal kemanapun lunar pergi dan jangan pernah lengah" ujarnya sinis menatap saia, sania gelagapan dan mengangguk dengan cepat tidak tau apa sebenarnya yang dimaksudnya. sania berjalan mendekati lunar yang agak sedikit bingung diwajahnya "nona ada apa? apa maksud dari ucapan ratu tadi?" bisik sania sambil melihat punggung ratu mulai menjauhi mereka "aku sudah memberitahu ibu dan ibu menyetujui anakku tinggal disini?" ujarnya "apa? yang benar? syukurlah itu akan jauh lebih mudah" "ya, karena itu aku harus menuruti semua keinginannya dan tentu dibawah pengawalannmu hari-hari" kesalnya "oh..jadi itu maksud ratu tadi, ya itu tidak apa-apa nona sepertinya ratu khawatir jika nona kembali kedaratan nona tidak akan kembali lagi kelautan" ujarnya "ya aku
Baca selengkapnya
Bab 48
Mereka melewati malam sangat indah hari itu tanpa tau apa yang akan mereka hadapi setelahnya, kakek sudah mulai agak tenang dengan keputusan raccel, dan dinar hanya banyak diam saat itu, dan ternyata kakek selalu memperhatikannya dari awal, mereka sudah bersiap untuk kembali kekamar masing-masing dan tentu saja raccel sudah duluan berpamitan karena sepertinya ada yang akan dibicarakan oleh dua orang itu"dinar, kakek ingin bicara sebaiknya kita kekamar kakek saja" ujarnya"baik kek, aku juga ingin membicarakan sesuatu dengan kakek" jawabnya sambil membantu kakek nya berdiri dan kembali kekamar kakekmereka duduk didepan meja kerja yang sangat besar dan mewah, dinar selalu menyukai tempat kerja kakek, dan entah sejak kapan dia telah menyesuaikan dengan sang pemilik tubuh ini, dan perlahan semua sifatnya yang dulu telah berubah dengan keberanian"dinar, kakek lihat beberapa hari ini kamu banyak diam? ada apa?" tanya kakek langsung keintinya"uh..tida
Baca selengkapnya
Bab 49
Dinar berfikir keras malam itu, dia tidak ingin melepas lunar dan disatu sisi dia pasti akan mengecewakan kakek nya dan sekarang dia mulai cemas apakah karena itu kesehatan kakek nya akan terganggu, dia tidak bisa tidur malam itu dan  penyesalan seakan menyelinap masuk kedadanya,  dia menyesal membentak kakeksaat ini dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, tetapi matanya tidak bisa terpejam sama sekali, dia ingin menemui kakek tapi dia pasti tidak akan mendapatkan izin dari kakeknya untuk melamar lunar, dia berjalan dan membuka pintu yang mengarah kebalkonnya, dia duduk disana udara dan pemandangan disana menyegarkannyatok..tok..tok...suara ketukan dipintu kamar membuatnya terkejut dan mengernyitkan alisnya, siapa tengah malam begini datang kekamarnya? tidak mungkin itu raccel ujarnya berjalan pelan untuk membukakan pintu yang sudah tidak ada ketukan lagi terdengar, dia pelan membuka pintu dan betapa kagetnya ternyata kakek datang "ada
Baca selengkapnya
Bab 50
"Sania menurutmu apakah aku harus jujur dengan dinar tentang orang tuanya?" tanya lunar sambil menyisir rambutnya dengan lembut, sejujurnya para duyung bisa bicara jika dia berbicara dengan sebangsanya, dan jika bertemu manusia suara  mereka akan menghilang seketika "menurutku kamu harus jujur dengan cepat lunar, aku takut nanti raccel akan kecewa padamu dan idak ingin bersamamu lagi"  jawab sania sambil menatap lunar, lunar mendengar itu langsung berbalik menatap sania "apa kamu yakin? apa dengan begitu raccel tetap akan bisa ikut denganku jika aku jujur?" "tentu, dia pasti akan memahami itu, karena keadaan yang membuatmu begitu bukan karena keinginanmu sendiri" ujarnya "hm..kamu benar sania, aku akan mencoba untuk mengatakannya saat kita berkunjung kesana menjemput raccel, tapi aku ragu apakah dia bisa langsung beradaptasi dengan ekornya jika dia langsung kembali kelaut?"  "kita harus mencobanya dulu, jika belum bisa dia kan b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status