Semua Bab Dokter Tampan di Pavilliun: Bab 11 - Bab 20
35 Bab
Cemburu
Malam ini jenazah bu Farida akan di bawa oleh keluarganya begitupun bayi mungilnya yang malang.Bu Farida kembali menujukan wujudnya padaku tapi kali ini wajah Bu Farida sudah tidak menakutkan lagi. Beliau berterima kasih dengan seulas senyum di bibir pucatnya. Dia tersenyum sampai akhirnya menghilang di balik tembok Rumah Sakit. Kakek dan Nenek si bayi malang sempat menemuiku, mereka berdua sangat berterima kasih karena aku bisa menemukan Bayi bernama Raya itu di TKP kecelakaan. Sedih sekali melihatnya, Raya yang masih bayi sekarang harus tinggal bersama kakek dan neneknya yang sudah tidak muda lagi.******"Za, ada nasi sama minuman tuh, dari Bapak Polisi ganteng buat kamu.""Siapa San? Pak Reza?" sahutku."Aku gak tanya namanya siapa, males. Orangnya judes banget.""Hehe ... ya gak salah kalau judes ya dia, Pak Reza."Tak terasa waktu menunjukan setengah sebelas malam, setelah
Baca selengkapnya
Nyut-nyutan
Pagi-pagi sekali handphone ku sudah berbunyi berulang-ulang, ternyata ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk di sana."[Assalamualaikum Suster, ini Reza. Motornya sudah diantar ya.]""[Suster belum bayar ongkosnya.]""[Ongkosnya harus di bayar, nanti malam.]"Gak sabaran banget nih Pak Polisi, pesannya belum di balas terus aja mengirim pesan."[ Waalaikumsalam, Pak Reza, maaf saya baru buka handphone. Berapa ongkos perbaikannya, Pak? Mohon maaf minta nomor rekening Bapak, saya akan transfer.]"Pesan itu centang dua, dengan cepat dia membalas kembali pesanku."[Saya gak mau ditransfer, nanti malam saya mampir ke Rumah Sakit.]""[Baiklah terserah Bapak, terima kasih sudah membantu.]""[Sama-sama Suster.]" Baru saja disimpan di atas nakas handphoneku sudah berdering lagi. Rupanya telepon dari Mas Faiz."Assalamualaikum,
Baca selengkapnya
Meminta izin Ayah
Mataku membola menatap Pak Reza, tanpa kompromi denganku tiba-tiba dia minta izin pada Ayah untuk dekat denganku."Ayah silakan saja. Selama ini, tak pernah melarang Geeza dekat dengan siapapun. Untuk Ayah, yang penting tidak membawa pengaruh buruk untuk Geeza."Sementara dia tersenyum sangat manis mendengar jawaban Ayah."Saya tidak akan mengecewakan, Om, Saya janji." Pak Reza kembali menyalami tangan Ayah. "Saya permisi, assalamualaikum.""Waalaikumsalam," Ayah langsung masuk Rumah sementara aku masih mematung di teras."Cepat masuk, Istirahat!""Kenapa?? Pak Reza ....." ucapku terputus."Sudah, Za, jangan tanya alasannya. Aku suka sama kamu, itu jawabannya."Seenaknya saja dia berlalu bersama taksi online yang membawanya meninggalkan halaman rumahku sementara jantungku hampir saja meledak karena kelakuannya._________Hatiku tak karuan, ada rasa bersal
Baca selengkapnya
Kembali ke Ciwidey
Setelah kedatanganku hampir sebulan lalu Mas Deddy dan Mama Pak Dokter selalu bermimpi aneh. Pak Dokter datang ke mimpi mereka dan ingin aku yang merawatnya, dia menangis memandangi bunga kering yang kubingkai dalam frame silver yang aku berikan.Awalnya mereka hanya menganggap semua mimpi belaka, tapi ternyata mimpi itu datang setiap malam. Selama hampir tiga puluh hari berturut-turut."Maaf Mas, Bu, kalau untuk menjaga 24jam tidak mungkin. Aku bekerja di Rumah Sakit," jelasku."Bagaimana kalau dua hari sekali, Suster bisa?""Orang tuaku pasti khawatir. Tak akan ada izin pergi sendiri, Abang bekerja dan tidak akan selalu bisa mengantarku""Kami pasti bayar.""Bukan masalah bayaran, Bu. Saya ikhlas menolong Pak Dokter, bukan soal uang.""Mmm ... maaf sebelumnya, Mas, Bu saya punya saran. Bagaimana kalau dr. Doddy dipindah ke Bandung? jadi adik saya bisa tiap hari menengok.""Bagai
Baca selengkapnya
Kepulangan Saina
Beberapa hari yang lalu aku sudah menghubungi mas Faiz, menanyakan perihal gaun yang ia kirim untukku. Hari ini Pertunangan Keponakan Mas Faiz, putri sulung Bude Aruna, Mas Faiz memberikan gaun itu untuk acara malam ini. Alhamdulillah, kata Bude Aruna, Saina sudah siuman. Anak kecil yang berjuang melawan penyakitnya selama hampir dua tahun itu, bangun setelah koma hampir satu tahun. Lega rasanya mendengar kabar gembira itu, aku sudah tidak sabar menunggu gadis kecil itu kembali.Pantas saja dia tak pernah gentayangan lagi, biasanya dia berlari mengekor setiap langkahku di Rumah Sakit.Aku di jemput Mas Faiz setelah Maghrib, laki-laki berparas Arabian itu memindaiku dari atas hingga bawah, lalu ia lalu terlihat mengalihkan pandanga kearag lain. "Maaf ya, Za, ini semua kerjaan Kak Aruna. Kak Aruna memang niat sekali menjodohkan kita," ujarnya."Kenapa minta maaf, Mas? Aku biasa saja, jodohkan sudah Allah atur
Baca selengkapnya
Dokter Doddy Membuka Mata
Pagi hari yang cerah, walaupun tak secerah perasaanku yang campur aduk. Masih sangat sedih karena baru ditinggal Saina dan kesal sekali sama sikap Pak ... eh ... Bang Reza, maksudnya."Dekkk! Sudah bangun belum?" teriak Bang Gaza diluar kamar."Sudah, Bang. Masuk saja."Setelah mandi aku berdiri di balkon menghirup udara pagi sambil melihat orang lalu-lalang di jalanan sekitar komplek."Mas Deddy barusan telpon, 'deal' , katanya, Mas Deddy dan Mamanya setuju untuk membawa dr.Doddy ke kota. Lagi nyari tempat dulu, nanti sudah dapat tempat tinggal kita dikabari lagi.""Serius, Bang? Alhamdulillah aku senang sekali mendengarnya.""Oh iya, Dek. Ini celana jeans dari Pak Bachir, bonus katanya sama t-shirt nya juga.""Ini kan baju bekas pemotretan waktu itu? Wah ... Pak Bachir dan Mas Faiz baik sekali.""Memang, makanya dikasih ke kamu.""Dasar, Pak Bachir. Tapi lumayan deh
Baca selengkapnya
Ingatan Dokter Doddy
Sudah empat hari aku bulak-balik Bandung-Lembang, meski belum bisa berbicara perkembangan dr.Doddy sangat siknifikan. Aku tetap semangat agar dr.Doddy juga semangat untuk sembuh.Lelah seusai bekerja sudah tak kuhiraukan yang ada dibenakku hanya janji dan tanggung jawabku untuk menepatinya. Cuaca yang tak bersahabat juga aku hadang semuanya demi pak Dokter. Setelah memarkirkan motor di depan Villa aku berpapasan dengan dr. Mayda, wajah judesnya yang begitu konsisten memindai penampilanku dari atas sampsi bawah. Dari awal memang sepertinya dia tidak menyukaiku. Peduli amat, aku memang hanya perawat jauh dengannya yang seorang Dokter tapi aku pastikan aku lebih istimewa dimata dr.Doddy."Siang Ma, Mas," sapaku."Siang, Suster ayo masuk. Mama senang, sekarang Doddy sudah bisa duduk.""Syukurlah, Ma. Geeza senang mendengarnya. Selamat siang, Dokter, makan yuk! Geeza suapi," ucapku.Matanya berbinar, seakan m
Baca selengkapnya
Penculikan
Sebenarnya aku masih ingin berlama-lama bersama dr. Doddy tapi aku harus menghadiri acara pengajian di rumah Saina. selepas Ashar aku pamit pulang dari Lembang untuk mendoakan tujuh hari meninggalnya gadis manis itu.Sungguh masih berasa seperti mimpi kehilangan senyum centil itu tapi semuanya sudah jalan hidup Saina, gadis kecil itu harus pergi lebih dulu."Ma, Mas Deddy biasanya pulang jam berapa?""Kalau ke Semarang gak lama Suster, nanti malam sehabis Isya juga pulang," jawab mama dr.Doddy."Tolong sampaikan Geeza ingin bicara penting, nanti Geeza telepon Mas Deddy sekitar jam sembilan selesai acara pengajian," pesanku."Bicarakan saja sama Mama, nak. Jangan buat mama khawatir.""Mama gak usah khawatir, ini cuma obrolan biasa kok, bukan tentang kesehatan dr.Doddy. Mama lihat, 'kan Pak Dokter sehat sekali." Mama dr.Doddy tersenyum dan memelukku."Mama senang suster memanggil mama seperti Dody memanggil Mama!Mama rasa k
Baca selengkapnya
POV Doddy
Aku harus bertanggung jawab atas kondisi bang Reza. Hari-hariku sekarang sepulang kerja, menjaga Bang Reza di Rumah Sakit. Peristiwa penculikan tempo hari, membuat bang Reza terluka parah karena menolongku.Sampai saat ini aku belum mencoba menghubungi dr. Doddy, aku tidak mau mengganggu therapy dan pengobatannya disana.Aku juga masih trauma, takut peristiwa seperti hari itu terjadi lagi sebab Bang Diki, dr. Mayda dan komplotannya bebas tunggang langgang tanpa hukuman apapun.Entahlah apa aku dan Bang Reza yang sekarang terbaring lemah di Rumah Sakit tidak bisa menjadi bukti kejahatan mereka, "katanya"."Abang, haus?" tawarku.Bang Reza menggeleng, dia menatapku lekat."Maafkan Abang, ya?""Untuk apa abang minta maaf? Harusnya Geeza, yang minta maaf, Abang sudah berkorban banyak untuk Geeza.""Za, apa Doddy yang kalian ributkan hari itu Doddy Khairril Ammar?" tanya bang Reza."Iya, Abang kok tahu?""Dia adik kelask
Baca selengkapnya
Doddy yang Baru
Sudah menjadi kebiasaaan, kegiatanku beberapa bulan ini hanya pergi bekerja dan menonton drama korea di depan laptop. Hidupku kurang bersemangat setelah dr. Doddy pergi ke Singapura.Dua orang yang selalu setia menemaniku, bang Gaza dan bang Reza sedang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.Hari sabtu biasanya Bang Gaza dan Bang Reza main PS bareng di rumah karena Bang Reza sedang tugas ke Bogor jadi tidak ada yang main ke rumah."Ayah kemana, Bu. Kok sepi?" tanyaku."Ayah pergi gowes sama Abangmu, paling siangan pulangnya.""Kenapa Geeza gak diajak? Be-te di rumah terus.""Main, dong, ajak temennya main ke rumah.""Temanku pada masuk kerja, Bu. Kami bertiga jarang dapat libur bareng."Mengusir jenuh akupun pergi ke halaman, mengambil selang dari garasi dan menyiram tanaman bunga koleksi Ibu.Ada mobil hitam mengkilap berhenti di depan pagar, tapi bukan mobil Bang Reza. Kl
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status