All Chapters of MENJADI SAINTESS TERHEBAT: Chapter 131 - Chapter 140
189 Chapters
Bab 131. Butuh Waktu
Ketika pelayan itu sudah memberikan makanan kepada Raja Edgar, ia kemudian kembali melangkah keluar kamar.“Lissa, kamu harus makan. Jika kamu tidak ingin melihatku selama kamu makan, maka aku bisa pergi,” lanjut Raja Edgar.Raja Edgar mengatakan hal seperti itu, tetapi ekspresi wajahnya menunjukkan hal yang sebaliknya. Ia terlihat sangat sakit hati seperti baru saja aku usir dari kamar padahal aku belum mengatakan apa pun.Ini tidak benar. Aku tidak boleh selamanya memendam rasa benci kepada Raja Edgar. Demi kebaikan bayiku, aku harus bisa mulai menerima Raja Edgar sebagai ayah dari bayi ini. Aku juga perlu makan agar bisa memberikan nutrisi demi tumbuh kembang janinku. Jadi, dengan menahan rasa ego, aku membalas, “Tidak apa-apa. Tidak perlu keluar, karena aku akan makan.”Hanya itu yang aku ucapkan, tetapi ekspresi Raja Edgar terlihat sangat kaget dan bercampur haru.“Terima kasih, Lissa. Sekarang makanlah,” uj
Read more
Bab 132. Cara Mencintai yang Salah
BAB 132Cara Mencintai yang SalahSelama beberapa hari setelah itu, Raja Edgar tidak ada berkunjung lagi. Karena ini adalah kamarnya, ia hanya datang di malam hari ketika aku sudah tidur, dan pergi lagi di pagi hari sebelum aku bangun. Aku mengetahuinya karena aku bisa merasakan kehangatan seseorang di sebelah tempat tidurku seperti ada yang baru saja berbaring di atasnya.Para pelayan yang melayaniku tampak memiliki banyak pertanyaan, tetapi mereka menahannya dalam diri mereka. Mereka hanya berfokus untuk memberikan pelayanan yang terbaik dan memastikan aku tidak kekurangan apa pun. Namun, ada kalanya juga mereka menyampaikan berita yang beredar di pasar mengenai berita pernikahanku.“Nyonya Saintess, saya dengar dari para pelayan lainnya, para rakyat sangat menantikan tentang bayi yang dikandung Nyonya. Akan tetapi, ada juga yang bertanya-tanya tentang status anak Nyonya nanti, apakah akan dijadikan sebagai Pangeran atau Putri. Itu karena pernikahan
Read more
Bab 133. Berjumpa Teman Lama
Aku tahu yang dimaksud oleh pelayan. Pasti ia berharap agar aku memberi kesempatan dan mau menerima Raja Edgar. Jujur, aku sedikit tergerak. Namun, rasa ini masih merupakan rasa haru dan kasihan, belum merupakan rasa cinta. Jadi, aku tidak mau cepat-cepat menyimpulkan dan menerima Raja Edgar karena rasa kasihan itu.Tidak tahu apakah karena aku terbiasa menjadi santau, atau karena sudah lama tidak menggunakan otak kecilku untuk berpikir, rasanya sulit untuk memikirkan apa yang harus aku lakukan berikutnya.“Aku masih butuh waktu untuk berpikir,” ujarku kepada pelayan itu.“Baiklah, Yang Mulia, saya mengerti,” balasnya.Aku melihat kakiku yang aku luruskan di atas tempat tidur. Kini, bengkaknya sudah mengecil dan warna birunya sudah tinggal sedikit. Ketika aku menggerak-gerakkan kakiku sedikit, rasanya hanya ngilu sedikit. Sepertinya, aku masih bisa berjalan jika aku memberikan beban tubuhku di kakiku yang satu lagi.“A
Read more
Bab 134. Rencana Pembunuhan yang Gagal
Ketika aku masih sibuk dengan isis pikiranku, Karl kembali berbicara, “Belakangan ini, aku dengar kalau kamu sakit ... Namun, melihatmu yang sudah baik-baik saja, aku cukup senang....”“Ya ... Terima kasih,” balasku. Ucapanku benar-benar merupakan pemutus percakapan yang baik. Sekarang aku jadi tidak tahu apa yang harus aku katakan sebagai kalimat penyambung yang terdengar alami.“Aku juga dengar pengumumannya bahwa ... kamu hamil,” lanjut Karl.Sekarang terjadi! Seperti menginjak ranjau, sekarang topik yang paling aku takutkan telah diangkat ke atas. “Siapa pun! Tolong selamatkan aku dari situasi ini!!” teriakku dalam hati.Aku terus menundukkan kepala. Mulutku tidak bisa terbuka untuk memberikan perkataan balasan untuk Karl. Urat saraf di leherku bahkan menegang dan membuatku jadi tidak bisa mengangguk atau menggelengkan kepalaku. Semuanya terasa jadi lebih sulit karena aku sudah tahu bagaimana perasaan Ka
Read more
Bab 135. Teman Selamanya
Hanya ada satu pelayan dengan ciri-ciri seperti itu, rambut cokelat yang bergelombang. Pelayan itu merupakan pelayan yang paling dekat denganku. Ia juga yang menceritakan tentang kisah hidup Raja Edgar. Jika aku tidak salah menilai, menurutku ia orang yang tulus dalam melayaniku.“Menurutku, ia bukan orang yang akan melakukan itu karena keinginan sendiri. Jika ia sampai bunuh diri, itu artinya ia diancam. Bukan, lebih tepatnya, orang terdekatnya yang dijadikan sandera dan diancam akan dilukai, jadi ia memilih untuk mati agar tutup mulut, sehingga sandera dapat tetap aman,” jelasku.“Itu masuk akal,” gumam Steein.“Itu artinya, harus mencari tahu dan menyelidiki mulai dari keluarga terdekat pelayan itu, ya? Baiklah, kalau begitu, kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut nanti,” imbuh Steein.Steein melepaskan tangannya dari bagian perutku sebagai tanda bahwa ia sudah melakukan pemeriksaan. Kemudian, ia berkata, &ldq
Read more
Bab 136. Belajar Mencintai dengan Cara yang Benar
"Kalau begitu, aku akan pergi dulu dan memberikan ruang untuk kalian berbicara,” ujar Karl.“Baiklah, terima kasih, Karl,” balasku.Karl pun melambaikan tangannya untuk membalas perkataanku sebelum ia pergi meninggalkan ruangan.Begitu pintu kamar itu kembali tertutup, aku turun dari tempat tidurku dan berjalan di sofa. “Steein, bisakah kita bicara di sini saja? Rasanya tubuhku sudah bosan dengan kelembutan tempat tidur itu. Sepertinya akhir-akhir ini yang aku lakukan hanya sakit dan berbaring terus,” ucapku sambil terkekeh kecil.Aku tidak tahu bagaimana roda kehidupan ini berputar, tetapi jika diingat kembali bagaimana perjalanan hidupku, perubahannya sangat drastis. Di awal-awal, aku hampir tidak tidur karena sibuk untuk menyelamatkan nyawaku dalam mengatasi masalah banjir. Bahkan hingga aku menjadi sekretaris, aku juga masih kurang istirahat karena harus menjalani tugas dan ikut dalam pembasmian monster. Namun, sejak keku
Read more
Bab 137. Situasi Memalukan
"Aku memang tidak bisa memaksakan perasaanmu atau membuat keputusan untukmu, Lissa. Namun aku mohon, tolong beri kesempatan untuk Raja Edgar bisa berbuat dengan cara yang benar. Jangan terlalu keras menolaknya atau menilainya terlalu buruk. Jika aku atau Karl tidak bisa menjadi pendamping hidupmu, setidaknya Raja Edgar bisa, karena ia adalah ayah dari anakmu,” ujar Steein.Aku hanya duduk termenung sambil mencerna perkataan Steein itu. Perkataan Steein membuatku bisa berpikir jernih dan ingin memberikan kesempatan kepada Raja Edgar. Memang, perasaan tidak akan bisa dipaksa walaupun hati sudah bertekad, tetapi jauh di lubuk hatiku, aku percaya kalau hubunganku dengan Raja Edgar pasti bisa berjalan ke arah yang lebih baik. Kami masih muda dan kami masih memiliki banyak waktu untuk lebih mengenal dan menyesuaikan diri.Sejujurnya, selain sikapnya yang keras dan pemaksa, penampilan dan kepribadian Raja Edgar secara keseluruhan benar-benar sempurna. Jadi, jika R
Read more
Bab 138. Mulai Menerima
"Kami minta maaf karena telah masuk sembarangan sebelum dipanggil masuk. Kalau begitu, kami permisi dulu,” ucap Ivan sambil menundukkan kepala untuk lari dari hukuman besar yang mungkin akan diberikan oleh Raja Edgar sebesar rasa malu yang ia rasakan sekarang.Ketika ia mengatakan itu, aku masih tidak memikirkan apa pun. Akan tetapi, semuanya jadi buyar karena perkataan lanjutan Ivan.Sebelum Ivan keluar ruangan dan menutup pintu, ia berkata, “Kami tidak melihat apa pun, jadi tolong jangan hukum kami.”Cklek.Begitu pintu itu tertutup, aku tidak bisa menahan diriku untuk kembali tertawa.“Pffttt ... Hahahahahaha.....”“Apakah menurutmu itu sangat lucu?” ujar Raja Edgar dengan nada kesal sambil memegang kening kepalanya. Wajah Raja Edgar sudah seperti sebuah tomat merah yang matang sempurna.“Itu benar-benar lucu, Hahahaha ..... Yang Mulia lihat wajahnya? Ia jadi sangat pucat karena melih
Read more
Bab 139. Hati yang Tergerak
"Apa? Lissa? Kamu serius?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya. Ia bahkan menekan-nekan rambutnya dan menyisirinya ke belakang agar telinganya bisa terbuka lebar tanpa ada sehelai rambut pun yang mengganggu. Aku pikir Raja Edgar tidak menyadarinya bahwa tindakannya itu membuat bentuk jidatnya yang begitu sempurna jadi terkespos, dan orang pertama yang terberkati oleh penampakan itu adalah aku.Setelah melakukan tindakan seorang wanita yang memiliki rambut panjang, Raja Edgar kembali melanjutkan, “Baiklah, aku sudah siap. Apakah kamu bisa mengulangi kata-katamu tadi, Lissa?”“Yang Mulia ... Aku mengizinkan Yang Mulia untuk mendekati aku lagi. Aku dan Yang Mulia bisa mempelajari segalanya bersama. Aku tidak akan mengulangi hal ini lain kali, jadi .... apakah Yang Mulia mau menerimanya?” tanyaku sebagai penutup kalimat.“Mau! Aku mau!” seru Raja Edgar dengan raut wajah yang berseri-seri. Meskipun Raja Edgar belum
Read more
Bab 140. Ajakan Berkencan
"Ya-Yang Mulia! Salam hormat kepada Yang Mulia!” seruku sambil berlutut di tempat tidur dan membungkukkan tubuhku serendah mungkin.“Sikapmu berubah begitu mengetahui kalau ini aku,” cetus Raja Edgar.“Sa-saya minta maaf, Yang Mulia,” ucapku panik.Sudah lama sejak terakhir kali aku bersikap formal dan membungkuk kepada Raja Edgar seperti ini. Namun, situasi sekarang memberi kode padaku untuk melakukannya jika masih punya rasa bersalah dan hati nurani.Dengan maksud untuk membela dan membuat alasan untukku, pelayan tadi bersujud dengan wajah ke mengenai lantai dan berkata, “Ya-Yang Mulia, La-Lady tidak bermaksud—““Aku tahu,” potong Raja Edgar sebelum pelayan itu selesai mengucapkan permohonannya.Aku memang sudaj menaikkan kepalaku, terapi tubuhku masih terus berlutut sampai aku mendapat jaminan bahwa dosaku sudah diampuni. Sama seperti perasaan tidak nyaman yang aku rasakan, pelay
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status