"Kami minta maaf karena telah masuk sembarangan sebelum dipanggil masuk. Kalau begitu, kami permisi dulu,” ucap Ivan sambil menundukkan kepala untuk lari dari hukuman besar yang mungkin akan diberikan oleh Raja Edgar sebesar rasa malu yang ia rasakan sekarang.
Ketika ia mengatakan itu, aku masih tidak memikirkan apa pun. Akan tetapi, semuanya jadi buyar karena perkataan lanjutan Ivan.
Sebelum Ivan keluar ruangan dan menutup pintu, ia berkata, “Kami tidak melihat apa pun, jadi tolong jangan hukum kami.”
Cklek.
Begitu pintu itu tertutup, aku tidak bisa menahan diriku untuk kembali tertawa.
“Pffttt ... Hahahahahaha.....”
“Apakah menurutmu itu sangat lucu?” ujar Raja Edgar dengan nada kesal sambil memegang kening kepalanya. Wajah Raja Edgar sudah seperti sebuah tomat merah yang matang sempurna.
“Itu benar-benar lucu, Hahahaha ..... Yang Mulia lihat wajahnya? Ia jadi sangat pucat karena melih
"Apa? Lissa? Kamu serius?” tanya Raja Edgar dengan ekspresi tidak percaya. Ia bahkan menekan-nekan rambutnya dan menyisirinya ke belakang agar telinganya bisa terbuka lebar tanpa ada sehelai rambut pun yang mengganggu. Aku pikir Raja Edgar tidak menyadarinya bahwa tindakannya itu membuat bentuk jidatnya yang begitu sempurna jadi terkespos, dan orang pertama yang terberkati oleh penampakan itu adalah aku.Setelah melakukan tindakan seorang wanita yang memiliki rambut panjang, Raja Edgar kembali melanjutkan, “Baiklah, aku sudah siap. Apakah kamu bisa mengulangi kata-katamu tadi, Lissa?”“Yang Mulia ... Aku mengizinkan Yang Mulia untuk mendekati aku lagi. Aku dan Yang Mulia bisa mempelajari segalanya bersama. Aku tidak akan mengulangi hal ini lain kali, jadi .... apakah Yang Mulia mau menerimanya?” tanyaku sebagai penutup kalimat.“Mau! Aku mau!” seru Raja Edgar dengan raut wajah yang berseri-seri. Meskipun Raja Edgar belum
"Ya-Yang Mulia! Salam hormat kepada Yang Mulia!” seruku sambil berlutut di tempat tidur dan membungkukkan tubuhku serendah mungkin.“Sikapmu berubah begitu mengetahui kalau ini aku,” cetus Raja Edgar.“Sa-saya minta maaf, Yang Mulia,” ucapku panik.Sudah lama sejak terakhir kali aku bersikap formal dan membungkuk kepada Raja Edgar seperti ini. Namun, situasi sekarang memberi kode padaku untuk melakukannya jika masih punya rasa bersalah dan hati nurani.Dengan maksud untuk membela dan membuat alasan untukku, pelayan tadi bersujud dengan wajah ke mengenai lantai dan berkata, “Ya-Yang Mulia, La-Lady tidak bermaksud—““Aku tahu,” potong Raja Edgar sebelum pelayan itu selesai mengucapkan permohonannya.Aku memang sudaj menaikkan kepalaku, terapi tubuhku masih terus berlutut sampai aku mendapat jaminan bahwa dosaku sudah diampuni. Sama seperti perasaan tidak nyaman yang aku rasakan, pelay
"Apa? Memangnya aku kenapa?” tanyaku bingung.Karena mata Raja Edgar terfokus pada satu tempat, aku pun menoleh untuk mencari sumber perhatian Raja Edgar serta hal yang menyebabkan ia salah paham.“Apa?! Bukan itu Yang Mulia! Aku tidak bermaksud menyeret Yang Mulia ke gedung itu, tetapi ke toko kecil di depannya!” seruku panik untuk memberikan penjelasan.Ternyata, Raja Edgar salah paham bahwa aku ingin mengajaknya masuk ke salah satu Bar yang menyajikan minuman beralkohol. Pantas saja Raja Edgar jadi panik. Ia pasti mengira bahwa hal itu mungkin adalah hal yang wajar untuk dilakukan di duniaku. Padahal, di duniaku juga aku tidak pernah melangkahkan kaki untuk masuk ke tempat berbahaya seperti itu.Tempat sebenarnya yang ingin aku tuju adalah toko kecil yang menjual topeng karakter hewan, yang letaknya tepat di depan gedung besar yang merupakan sebuah bar.“Tempat itu bersembunyi dengan baik,” batinku.Melihat b
“Apakah tidak terlalu berlebihan untuk naik perahu?” tanyaku sambil menatap sebuah perahu kayu yang sudah siap sedia di tepi danau itu. Dari pernak pernik mewah yang tidak sesuai dengan perahu kayu itu, aku sudah bisa menduga bahwa ini adalah bagian dari persiapan yang dibuat oleh Raja Edgar.“Kenapa? Apakah tidak biasa jika naik perahu di kencan pertama? Bagaimana kamu biasanya melakukannya di dunia lama kamu?” tanya Raja Edgar.Tubuhku tersentak. Dibalik kekhawatiran Raja Edgar yang menjadi khawatir jika tidak membuatku puas, aku malah memberi protes padahal tidak punya solusi lain. Pertanyaan Raja Edgar ketika mengungkit dunia lamaku membuat aku mengenang kembali ketika aku masih berpacaran dengan Ryan. Semuanya jauh lebih parah dari sini. Kami tidak pernah jalan-jalan di waktu khusus, tidak pernah keluar malam, tidak pernah pergi ke bioskop atau makan berdua. Kami biasanya menghabiskan waktu kami dengan belajar bersama di perpustakaan dan ja
Setelah Raja Edgar memberanikan diri untuk menanyakan masa laluku, ia malah tampak semakin gelisah. Aku menebak bahwa pertanyaan itu sudah lama bergumul di isi pikirannya. Kekhawatiran yang terlihat jelas dari ekspresi dan gelagat Raja Edgar menunjukkan bahwa ia pasti sudah memiliki sedikit gambaran tentang hubunganku dengan Ryan.“Jawaban seperti apa yang ingin Yang Mulia dengar?” tanyaku. Dari jawaban Raja Edgar, aku akan mempertimbangkan sampai mana batasan aku akan berbicara. Ada banyak yang terkait jika kami akan membicarakan Ryan, dan itu termasuk bagaimana Ryan akhirnya beralih kepada Rissa.“Kamu bilang kalau kita harusnya mulai saling mengenal, bukan? Jadi aku mau mendengar semuanya ... secara rinci dan jelas,” balas RajaSepertinya ini adalah saat aku berbicara yang sesungguhnya. Aku tidak boleh membatasi informasi di dunia asalku dan menganggap bahwa dunia ini serta orang-orang di dalamnya adalah karakter fantasi, karena aku se
“Akan tetapi, bukan berarti tidak ada hal yang aku suka dari Yang Mulia. Aku suka bagaimana ketegasan dan wibawa yang Yang Mulia miliki ketika sedang memimpin. Aku juga suka kepintaran dan kecerdikan Yang Mulia dalam menangani situasi. Sifat Yang Mulia yang memperhatikan rakyat dan bertanggung jawab membuat Yang Mulia tidak memiliki cela. Akan tetapi, itu adalah perasaan suka seorang rakyat dan pegawai pemerintahan kepada Rajanya, belum perasaan cinta dari seorang wanita kepada pria. Namun, aku akan memberi kesempatan. Sekarang aku juga berupaya untuk mendekatkan diri kepada Yang Mulia dan membangun hubungan. Tidak ada yang tahu, apakah perasaan suka ini suatu saat akan berubah menjadi rasa cinta atau tidak.”Warna wajah Raja Edgar menjadi sedikit lebih cerah setelah ucapanku. Kemudian, ia berkata, “Berarti aku harus berjuang dan bekerja keras lebih banyak lagi, ya....”Sebenarnya, dari pembicaraan kami barusan, dan cara Raja Edgar di waktu-wakt
Aku tahu bahwa pertanyaan itu cukup wajar untuk diajukan oleh seorang pacar yang pasangannya memiliki masa lalu. Apalagi jika mereka akan segera memiliki hubungan yang lebih serius dan akan membentuk suatu keluarga yang baru. Begitulah gambarannya hubungan aku dengan Raja Edgar. Meskipun begitu, aku merasa bahwa kecurigaan yang Raja Edgar tujukan padaku sedikit menyakitkan. Akan tetapi, aku tidak bisa menjadi emosi dan membuat permasalahan hanya karena hal ini.“Aku dan Ryan berhubungan secara murni, Yang Mulia. Kami bahkan tidak melakukan kontak fisik yang lebih daripada berpegangan tangan. Ryan tahu prinsipku untuk berhubungan intim hanya setelah menikah, dan ia juga menghargai itu,” jelasku.Penjelasanku itu secara tidak langsung juga menyinggung Raja Edgar dan mengungkit kenangan buruk pada waktu Raja Edgar memaksakan kehendaknya dan melakukan hubungan intim denganku secara paksa. Sebenarnya, bukti bahwa itu adalah yang pertama kali bagiku bisa diketahu
"Katakan saja semua,” ucapku pada Rissa tanpa basa-basi dan mencoba-coba untuk menghibur karena termakan oleh kesedihan palsu Rissa.Ini adalah pertama kalinya. Sikap Rissa yang angkuh tadi tiba-tiba sirna ketika ia merendahkan dirinya dan berlutut di lantai. Dengan menyatukan kedua tangan di depan wajahnya, ia memohon, “Kak, bukankah aku kembaran dan keluarga kakak satu-satunya? Bisakah kakak mengabulkan keinginan aku yang satu ini? Hanya ini ... setelah itu aku tidak akan minta apa pun lagi dan hidup dengan baik. Tolong berikan Raja Edgar padaku. Aku tahu kalau Kakak tidak mencintai Raja Edgar, jadi tolong serahkan dirinya padaku. Bukankah di masa lalu kakak juga pernah menyerahkan Ryan padaku karena kakak tidak mencintainya? Kali ini, tolong bantu aku dan lakukan hal yang sama kak. Bukankah tidak sulit karena kakak sudah pernah melakukannya sebelumnya?”“HAHAHAHAHAHAHA.....!!!” Spontan tawaku membuncah. Tidak ada respon yang tepat untuk