All Chapters of Destiny About Me: Chapter 91 - Chapter 100
127 Chapters
Bab 90.
Perlakuan Tito terhadap Syifa semakin hari, semakin manis. Contohnya hari ini, ketika keduanya sedang berada di restoran usai dari kampus Syifa. Tito begitu perhatian, mulai menyuapi daging yang pria itu potongkan untuk Syifa, atau di saat ujung bibir gadis itu terdapat saos, maka dengan lembut ujung jari jempol pria itu mengusap sudut bibirnya lalu memasukkan ke dalam mulutnya sendiri. Bagaimana tidak menjerit dalam hati, Syifa begitu tersentuh dan senang semua yang di lakukan Tito untuk dirinya sangat membuatnya bahagia. "Mas," panggil Syifa di sela mereka menikmati makan siangnya. "Iya?""Boleh aku tanya sesuatu?""Boleh, tanya soal apa?"Syifa berdeham sejenak mengatur kata yang pas. "Kenapa Mas bisa suka sama aku sampai sayang, lebih dari seorang adik?" mengulas senyum Tito menaruh sendoknya terlebih dahulu sebelum menjawab. "Mas juga nggak tau, perasaan itu muncul gitu aja sejak pertama kali kita ketemu beberapa tahun yang lalu." aku pria itu, memandang Syifa teduh. Syifa y
Read more
Bab 91.
Semenjak Bu Hasniah benar benar pulang kampung, Dafa merasa tidak tenang saat pergi ke resto meninggalkan istrinya di rumah. Meskipun sudah ada Mbo Darmi, tetap saja rasa khawatir jika Rama datang terus menghantuinya. Paling lama Dafa bertahan di resto hanya dua puluh menit, bahkan pernah hanya sampai lima menit, banyak karyawannya yang bertanya-tanya, kenapa bosnya itu tak pernah bisa satu hari full jika datang. Ingin bertanya tapi sadar diri, tidak boleh ikut campur urusan orang, apalagi ini adalah bos mereka, yang ada nanti menimbulkan masalah dan mereka bisa di pecat. Sudah bersyukur Dafa tidak pernah marah atau protes jika mereka melakukan kesalahan dalam bekerja, Dafa type kalem namun tegas jika bersama anak buahnya. "Assalamu'alaikum," salam Tito yang masuk begitu saja kerumah Dafa. "Wa'alaikumsalam, eh den Tito," jawab Mbo Darmi yang sibuk di dapur membuat sarapan. Tito jika berada di rumah Dafa sudah seperti berada di rumah sendiri, seperti saat ini pria itu mengambil
Read more
Bab 92.
Dengan langkah besarnya Tito datang ke resto milik Dafa, tanpa mengetuk pria itu langsung masuk keruangan Dafa. "Astagfirullah_ Tito. Masuk salam dulu bisa kan." semprot Dafa yang kesal karena sahabatnya itu masuk begitu saja. "Nggak ada waktu buat basa-basi.""Astagfirullah, salam itu kewajiban woy, harus di lakukan." Menghela napas sejenak Tito berusaha sabar. "Bukan gitu maksud gue Dafa, ini ada yang lagi urgent. Lo ngerti nggak sih!" kini Tito yang marah marah. "Apaan?"Tito memberikan ponselnya pada Dafa, yang langsung di baca oleh pria itu. "Brengsek!" makian pun keluar dari mulut Dafa usai membaca pesan bernada ancaman. "Rama semakin di biarin semakin menjadi. Berani-beraninya dia ngancem adik gue!" desis Dafa marah. "Gue sudah nyuruh Ian untuk lacak nomer ini, setelah menemukan orangnya kita temui dia dan tanya keberadaan si brengsek Rama itu. Yang jelas saat ini, lo semakin waspada dan lindungi istri lo." ujar Tito panjang lebar. Dafa berdiri dari kursi. "Gue mau pulan
Read more
Bab 93.
"Maaf ya, Mas nggak langsung ngater kamu pulang. Tunggu kamu tenang dulu baru nanti Mas anter, takutnya Dafa mikir yang Nggak-nggak sama Mas,""Ya Mas, nggak apa-apa kok aku ngerti," jawab Syifa yang menyusul Tito duduk di sofa. Tito memang sengaja mengajak Syifa ke kantornya terlebih dahulu sebelum mengantar gadis itu pulang. Dia tak ingin, Dafa berpikir negatif karena Syifa masih terlihat syok akibat kejadian tadi. "Kamu mau pesan apa? Minum atau makan? biar Mas pesan kan OB, Mas mau ada kerjaan soalnya.""Nggak usah, eh. Minum deh terserah," Tito terkekeh pelan mengusap kepala Syifa. "Oke, kalau gitu Mas kesitu dulu ya, kamu nggak usah takut. Mas nggak akan macam-macam. Kamu istirahat aja dulu di sini." pesan Tito sebelum akhirnya pria itu beranjak dan kini sudah duduk di kursi kebesarannya. Sebelum mengerjakan pekerjaannya, Tito menelpon OB untuk membelikan minuman dan beberapa cemilan. Dalam sekejap pria berkemeja biru dongker tersebut sudah sibuk. Syifa yang duduk anteng m
Read more
Bab 94.
Derap suara langkah kaki menggema di koridor rumah sakit, dan orang itu adalah Tito bersama Syifa, keduanya kaget saat mendapat kabar dari Mbo Darmi kalau Ayana masuk ke rumah sakit. "Mas Dafa!" panggil Syifa saat tiba di hadapan Kakaknya itu. Hati Syifa mencelos melihat bagaimana rapuhnya sang Kakak, mata sebab oleh air mata, ada tatapan khawatir dan ketakutan yang gadis itu tangkap dari sorot mata Dafa. Tak pernah Syifa melihat kakaknya serapuh ini, tapi ia pernah mendengar dari Ibu Hasniah kalau dulu Dafa sangat terpuruk dan begitu rapuh ketika mereka kehilangan ibu kandungnya, bisa ia bayangkan bagaimana dulu Dafa. "Sebenarnya apa yang terjadi Daf?" tanya Tito mewakili Syifa yang juga ingin bertanya dengan hal yang sama. Dafa tak hanya menggeleng pelan, bibirnya bergetar. "Gue nggak tau, gue lihat Aya sudah jatuh di teras depan," jawab Dafa akhirnya meskipun pelan dan serak. "Mas sabar ya, kita berdoa aja semoga Mba Aya sama bayinya nggak kenapa-napa," ucap Syifa yang ikut d
Read more
Bab 95.
Berhenti di tempat gelap dan sepi, Tito memikirkan mobilnya di dekat salah satu gang kecil, pria itu keluar dan tidak lama Dafa ikut turun dan menghampiri sahabatnya itu. "Lo yakin Rama di sini?""Yang Ian bilang sih di sini," jawab Tito sambil mengedarkan pandangannya melihat area tempat tinggal yang masih di domisili hutan dan perkebunan. "Kayaknya di sana," tunjuk pria itu ke satu rumah di salah satu gang kecil tadi. Tanpa banyak kata, Dafa melebarkan langkah kakinya ke tempat yang di tunjuk Tito, tiba di sana ada suara seseorang sedang mengobrol. Dafa memberi kode ke Tito untuk berhenti dan mencoba mendengarkan apa yang mereka bicarakan, Bersandar di dinding keduanya mulai menguping. "Udahlah Bos, paling perempuan itu nggak apa-apa, jangan terlalu khawatir.""Iya Bos, bukannya ini bagus ya? Kalau perempuan itu kegugurankan yang untuk Bos juga.""Gue lagi mikir keadaan Aya, persetan dengan bayi itu. Kalau sampai terjadi sesuatu sama Ayana gimana?" Rama panik dan khawatir pada
Read more
Bab 96.
"Selamat pagi," sapa dokter yang masuk kekamar Aya bersama suster di belakangnya. "Pagi Dok," balas Dafa menggeser posisinya, memberi ruang pada dokter tersebut untuk memeriksa keadaan istrinya. "Bagaimana dok?" tanya Dafa setelah dokter itu selesai memeriksa. Ada senyum yang terlihat dari sudut bibir sang dokter. "Alhamdulillah, kondisinya sudah stabil dan semakin membaik, tapi tetap kita masih harus menunggu sampai Bu Aya siuman. Agar tau apa yang di rasakan oleh istri anda.""Alhamdulillah," gumam Dafa meraup wajahnya, ada rasa lega meskipun harus menunggu lagi. "Baiklah, kalau gitu saya permisi dulu, masih ada pasien lain yang harus saya periksa.""Iya Dok, terima kasih." dokter itu mengulas senyum dan mulai keluar dari ruangan itu. Dafa membungkuk, memberikan kecupan di kening Aya lama, memandangi wajah damai istrinya yang sangat cantik. "Cepat bangun sayang, aku kangen." gumam Dafa di sisi kanan perempuan itu, ia mengusap pipinya dengan lembut sangat berharap Aya segera me
Read more
Bab 97.
Berada di di kantor polisi berjam-jam cukup membosankan dan melelahkan, banyak pertanyaan yang di ajukan oleh pihak kepolisian untuk mencari informasi tentang Rama. "Belum selesai juga?" kata Tito saat Dafa keluar dari ruangan. "Belum, masih di suruh nunggu." katanya begitu lesu, ia duduk di samping Tito menyandarkan kepalanya di dinding. Melihat sahabatnya yang begitu lelah, Tito pun ikut menghela napas lelahnya, jujur. Dirinya pun lelah menunggu Dafa di ruang tunggu sangat membosankan, untung saja Syifa mau menemaninya lewat pesan singkat, dan tadi sempat video call'an. "Gue capek,""Sama." saut Tito cepat. Dafa menolehkan kepalanya, menghadap ke Tito. "Sorry ya To, gue selalu nyusahin lo. Gue tau selama ini, gue yang banyak minta bantuan lo, kalau nggak ada lo, gue nggak tau bakal seperti apa.""Emang lo nyusahin, Makanya lo harus baik-baik sama gue." ujarnya lalu terkekeh pelan. "Canda. Gue nggak masalah selagi gue bisa bantu pasti, gue bantu."Dafa tersenyum, merangkul punda
Read more
Bab 98.
"Mau ngapain lagi sih tuh orang minta ketemu Aya, terus lo izinin?" cerocos Tito dengan nada jengkel. Dafa yang duduk di jok penumpang hanya diam mencoba berpikir. "Woy! kampret. Gue ngomong sama lo!' bentak Tito yang kesal karena diabaikan oleh sahabatnya itu. "Apaan sih. Berisi lo!" sungut Dafa yang tak kalah kesal. "Lah. Kok ngegas, gue nanya lo kacangin.""CK, gue lagi mikir. Gimana caranya Aya ketemu dia? kondisinya aja belum berubah," ucap Dafa nads rendah. "Lo jangan pesimis gini dong, harus semangat. Gue yakin Aya cepat bangun dan sehat lagi, bayi lo juga pasti kuat.""Amin," balas Dafa menunduk. Membuang napas kasar Dafa menyandarkan kepalanya dijok mobil. "Tapi gimana caranya? bawa Aya ketemu Rama." gumam Dafa menaruh ujung jarinya di bibir. "Nah itu dia yang gue pikirin juga dari tadi," ujar Tito setengah jengkel. "Tauah, yang penting sekarang kesehatan Aya. Gue nggak bisa tenang kalau belum lihat Aya buka matanya." Tito hanya mengangguk lalu mempercepat kendaraannya
Read more
Bab 99.
"Tito." mendengar namanya disebut, membuat pria itu menoleh senyuman diwajah tampannya perlahan memudar. Diganti dengan raut wajah datar, dan marah. "Apa kabar?" sapa seorang perempuan. Tito melengos mengabaikan perempuan itu, ia berjalan cepat kearah Syifa. "Tito, dengerin penjelasan aku dulu. Kumohon aku bisa jelasin semuanya," kata perempuan itu mengikutinya dari belakang. Meraih tangan Syifa, ia ingin membawa gadis itu pergi. "Syifa maaf makan es krimnya lain kali aja, sekarang kita pergi." meskipun dalam keadaan bingung, terlebih perempuan itu terus memohon pada kekasihnya, membuatnya bertanya-tanya. Meskipun dalam keadaan kesal, Tito tetap membukakan pintu melindungi kepala Syifa agar tidak terbentur, melihat bagaimana perhatian Tito kepada gadis itu, membuat raut wajah perempuan tadi begitu sedih, air matanya semakin deras mengalir. "Tito, maafin aku." gumam perempuan itu menangis pilu memandang kepergian pria itu. Didalam mobil, Syifa sesekali melirik Tito, terlihat jela
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status