All Chapters of Destiny About Me: Chapter 111 - Chapter 120
127 Chapters
Bab 110.
Ayana nenyentak tubuh Dafa, sampai pria itu hampir terbentur pinggiran meja. Kepalanya menggeleng kuat. "Nggak Mas! aku nggak mau." Aya menolak, ia masih takut dan trauma. Membayangkan wajah Rama saja sudah membuat ingatannya terputar kembali di masa, ketika Rama memukulnya. Memberi hukuman, berupa tidak boleh makan dan kurungan di dalam gudang. Tubuh wanita itu bergetar hebat, Dafa pun kian panik. Ini yang paling Dafa takutkan jika membahas pria itu kembali. "Sayang, stop. Jangan di pukul, aku mohon jangan sakiti diri kamu sendiri!" bentak Dafa mencoba meraih tangan Aya yang sedang memukuli kepalanya. Tangisan Aya kian histeris, ia seperti meminta ampun. Bahkan ia terus saja mendorong Dafa agar menjauh. Tak menyerah, Dafa merapatkan tubuhnya pada Aya, menjadikannya tameng agar Aya tak terus menyakiti anggota tubuh yang lain. Dafa tak ingin anaknya kenapa-napa, biarlah dirinya yang merasakan sakit dari pukulan wanita itu. "Ssstt! Sayang sudah, jangan sakiti diri kamu. ingat ana
Read more
Bab 111.
"Mas gimana keadaan Mba Aya? Mba Aya nggak apa-apa kan?" panik Syifa ketika mendengar kabar dari Tito, kalau Aya sempat ketakutan dan traumanya kambuh kembali. "Alhamdulillah udah nggak apa-apa, Dafa berhasil nenangin Aya,""Alhamdulillah," syukur Syifa, mengusap usap dadanya. "Kalau aku pikir-pikir lagi, mending nggak usah nuruti keinginan mantan Mba Aya itu, lagian dia udah jahat. Gara-gara tuh orang, aku hampir kehilangan calon keponakan!" ucap Syifa mengebu. Tito hanya tersenyum gemas melihat Syifa yang terlihat begitu emosi membicarakan mantan suami dari kakak iparnya. "MAS!" sentak gadis itu. "Kok malah senyum-senyum sih, aku serius loh!" sewotnya, menatap Tito kesal. "Kamu gemesin kalau lagi ngambek," jawab Tito sembari mencubit pipi Syifa. Gadis itu pun merubah mimik wajahnya, kini ia memalingkan wajah menutupi rona merah di pipinya. "Ciye_ ada yang salting." goda Tito. "Nggak! siapa yang salting." balas Syifa tak santai."Masa sih? kok pipinya merah," lanjut pria itu
Read more
Bab 112.
"Mba tenang ya, jangan mikir soal pria itu lagi," tekan Syifa begitu sabar. "Benar yang di katakan Syifa, kalau kamu merasa tertekan dan nggak mau. Nggak usah pergi, toh Dafa nggak maksa kamu kan?" sambung Tito. Ayana menghela napas besarnya, lalu mengangguk pelan menatap Syifa dan Tito bergantian. "Assalamu'alaikum." salam Dafa yang baru tiba. Pria itu mengerutkan kening dan berlari kearah Aya dengan wajah panik. "Ada apa ini? kenapa pada tegang gini, sayang kamu nggak apa-apa kan?" paniknya, ia menangkup kedua pipi sang istri. Aya tersenyum, namun ia menubruk pria itu lalu memeluk Dafa erat. "Sebenarnya ada apa?" tanya Dafa ke adik dan sahabatnya. "Lo kemana sih?!" sentak Tito. "Istri lagi nggak baik-baik aja lo tinggal!" lanjut Tito sedikit melebarkan matanya, seolah marah, namun sebenarnya hanya menggertak Dafa. "Ck, gue habis ke resto ada sesuatu yang harus gue cek." ujarnya jengkel, tangannya mengusap usap punggung Aya. "Sayang, kamu nggak apa-apa?" tanya lagi Dafa. Aya
Read more
Bab 113.
Syifa hari ini terlihat begitu bahagia, gadis itu kini menggunakan kaos putih yang di balut kemeja kotak-kotak merah, celana jeans dengan aksen sobek-sobek, sedangkan rambutnya diikat kuda naik memperlihatkan leher jenjangnya.Da berniat memberi kejutan kepada sang kekasih, yang di mana Syifa akan datang ke kantor Tito. Bermodalkan alamat dari sang Kakak, kini gadis itu sedang berada di dalam taksi, wajahnya sangat berseri dan full senyum. Entah kenapa dia ingin sekali datang ke kantor pria itu, sembari membawa makanan yang khusus dia masak untuk Tito. Berhubung hari ini tidak ada jadwal kuliah, maka Syifa mempergunakan waktu luangnya memasak di temani Kakak iparnya. Menatap rantang di pangkuannya, Syifa berharap Tito menyukai masakannya, dan yang lebih spesialnya adalah, Tito adalah pria pertama yang Syifa buatkan makanan. Tiba di gedung tinggi, seketika detak jantung Syifa berdetak cukup kencang, ia sampai harus mendongak untuk melihat setinggi apa gedung itu. Di depan gedung
Read more
Bab 114.
Hening itulah yang terjadi di ruangan Tito, usai kejadian beberapa menit yang lalu, pria itu segera menarik tangan Syifa pergi dan membawanya ke ruangan kebesarannya. Syifa berdecak kagum, ruangan kantor Tito saat ini jauh lebih besar, dari pada ruangan yang beberapa hari lalu dia datangi. "Mas seharusnya kamu jangan main pecat aja, kan kasian." ucap Syifa pada akhirnya, memberanikan diri. Tito berdecak kesal lalu menghela napas panjang. "Aku nggak pernah nyuruh karyawan aku, nggak sopan sama orang yang sudah datang ke kantor aku.""Tapi tadi kamu lihat, dia nggak sopan." kini giliran Syifa yang menghela napas. "Ya mungkin aku juga yang salah Mas, aku kayaknya salah kostum. Nggak seharusnya aku datang kesini pakai baju kayak gini," ujarnya lalu menunduk melihat penampilannya sendiri. "Apa yang salah, kamu cantik. Dan aku nggak peduli kamu pakai baju apa datang kesini," saut Tito. Sontak pipi Syifa memerah, menyadari hal itu Tito ikut tersenyum mencolek pipi sang kekasih. "Ciyee,
Read more
Bab 115.
"Gimana Mas? enak nggak masakan aku?" tanya Syifa, wajahnya begitu tegang. Dia takut akan mengecewakan Tito, dia takut masakan yang dia buat tak sesuai apa yang pria itu suka atau inginkan. "Masa masih tanya? lihat dong," Tito menunjuk rantang yang kini sudah kosong tak tersisa. "Gimana menurut kamu?" Syifa justru menggaruk pipinya, ia sama sekali tidak paham dengan apa yang di maksud kekasihnya. Menghela napas berat, Tito terkekeh pelan apalagi melihat raut wajah kebingungan Syifa. "Ya Allah, kamu nggak ngerti?" tanya Tito gemas. "Hehehe_ nggak Mas," sontak Pria berkemeja merah maron itu tertawa terbahak. "Ya ampun, kamu gemesin banget sih." mencubit pipi gadis itu. "Kalau Mas makannya lahap sampai habis nggak tersisa, berarti makanan kamu enak," jelas Tito yang membuat Syifa bisa bernapas lega. "Alhamdulillah, kalau gitu." ucap Syifa menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa, tersenyum dengan senang. "Memang kenapa sih?""Aku takut aja kalau masakan aku gagal, terus Mas Tito ng
Read more
Bab 116.
Jam menujukan pukul dua siang, saat ini di rumah Dafa hanya ada Aya dan Mbo Darmi, itu pun beliau sedang di belakang. Sedangkan Aya, berada di ruang tengah menonton sendiri. Dafa sedang ke resto dan katanya akan pulang sore, Aya juga tidak bisa melarang, biar bagaimana pun resto adalah pekerjaan suaminya, meskipun Restoran itu milik sendiri dan sudah ada beberapa karyawan dan orang kepercayaan, namun tetap saja Dafa harus bertanggung jawab dan tetap datang untuk mengecek semuanya. Aya mengerutkan kening, saat asyik menonton televisi tiba-tiba suara pintu di ketuk mengusik dirinya, seketika jantungnya berdetak kencang, ia takut yang tidak-tidak. Menoleh ke samping kanan, Aya berharap Mbo Darmi muncul dan membukakan pintu itu, namun sepertinya wanita yang hampir menginjak usia enam puluh tahun tersebut tak mendengar. Aya bingung dan takut, haruskah ia membukakan pintu, bagaimana kalau orang itu jahat, dan membuatnya celaka. Perempuan itu reflek memegang perutnya, ia tidak mau terj
Read more
Bab 117.
"Assalamu'alaikum," salam Dafa yang baru tiba dan langsung menghampiri Aya di ruang tamu. Pria itu melihat sang istri duduk sendiri sembari termenung di sana. Aya memandang Dafa sekejap lalu menggerakkan tangannya. "Mas, kamu tau siapa yang baru aja datang." kata Aya yang sebelumnya sudah membalas salam suaminya. Alis Dafa berkerut. "Siapa?"Menarik napas terlebih dahulu. "Bu Sarah, Mamanya Mas Rama,""Mau ngapain Bu Sarah kesini? tapi kamu baik-baik aja kan sayang?" seketika Dafa panik dan memperhatikan keadaan sang istri. "Aku baik-baik aja Mas, Bu Sarah cuma minta tolong aku untuk mau datang ketempat anaknya, beliau juga sekalian pamit, Pak Suryo dan Bu Sarah ingin tinggal di luar negeri, dan katanya nanti kalau anaknya sudah bebas, juga akan di suruh tinggal di sana." cerita Aya. Mengangguk paham, Dafa mengamati raut wajah istrinya. "Jadi gimana? kamu mau kesana?" Aya tak lantas menjawab, ia justru memeluk Dafa dan menyandarkan kepalanya. Wanita menggeleng pelan menatap luru
Read more
Bab 118.
Syifa berada di kamar mandi bersama satu gadis bernama Weni, dia adalah teman satu bangku dengang Syifa, keduanya terlihat asyik bercanda hingga suara bantingan pintu terdengar cukup keras membuat dua gadis itu terlonjak kaget. "Kalian apa-apaan sih! mau ngapain Hah?!" bentak Weni yang begitu berani. Syifa membulatkan matanya melihat siapa yang kini berdiri di hadapannya dengan tatapan tajam kearahnya. Gadis itu mundur beberapa langkah, ingat pesan dari sang kekasih Syifa buru-buru masuk kedalam satu bilik kamar mandi dan menguncinya dari dalam. "Jangan sembunyi lo! keluar." bentak seorang gadis. "Kenapa, lo takut! dasar cupu." Syifa tak memperdulikan teriakan yang tak lain adalah Felly. Mengeluarkan ponsel dari dalam tas, Syifa menelpon nomer keamanan kampus, beruntung pihak kampus bisa memberi nomer jika terjadi sesuatu pada mahasiswa atau mahasiswinya. "Hai! mau ngapain kalian di sini. Kalian ke kampus untuk belajar, bukan sok jadi pahlawan seperti ini!" bentak pak Rahmat, m
Read more
Bab 119.
"Syifa. Kamu nggak apa-apa kan dek?" tiba di rumah Syifa langsung di lihat kondisinya oleh sang Kakak. Tadi Dafa mendapatkan kabar dari Tito, Syifa di ganggu oleh salah satu mahasiswi di sana, tentu Dafa langsung kalang kabut bahkan ia ingin menyusul Syifa ke kampus. Namun urung, saat Tito mengatakan jika masalah ini biar dia yang mengurus. "Aku nggak apa-apa, Mas. Tadi aku telepon pihak keamanan di kampus, jadi alhamdulillah sebelum aku kenapa-napa, satpam sudah datang dan tolongin aku. Lagian tadi juga ada teman aku yang bantuin, kalau nggak ada siapa-siapa, ya aku nggak tau nasib aku." ujar Syifa. "Alhamdulillah, Mas khawatir banget sama kamu dek.""Tenang aja, Daf. Syifa aman kalau sama gue." timpal Tito. "Tolong ya ngaca. Lo ya sumber dari masalah ini," sungut Dafa kesal. "Lah kok gue?'" Iyalah, coba lo nggak caper ke mereka. Nggak ada yang bakal ganggu adek gue!""Astagfirullah_ siapa yang caper coba?!" jawab Tito tak terima. "Halah sok-sokan. Nggak mau ngaku lagi," Tito
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status