All Chapters of KAMILA : Kesabaran Menembus Batas: Chapter 11 - Chapter 20
45 Chapters
Setya merasa geram
Setya duduk termenung diteras kontrakan tempatnya tinggal. Dia tengah menunggu kedatangan sahabatnya, untuk menelurusi lebih lanjut, tentang pak Jupri, yang mereka temui kemarin sore. Setya masih belum bisa memecahkan teka-teki, siapa sebenarnya pak Jupri, dan apa hubungannya dengan bu Ratih, serta bangunan bekas kebakaran itu.  Kriiing. Bunyi ponsel, membuyarkan lamunan Setya. Bunda Indri yang menelpon.  "Assalamualaikum, Nak." Suara Bu Indri langsung terdengar dari sebrang sana. "Waalaikumsalam, Bunda." Setya menjawab salam sang Ibu. "Setya, ada sesuatu yang ingin Bunda bicarakan, Nak. Ini mengenai Kamila." Bu Indri sepertinya ingin segera menceritakan apa yang terjadi pada Kamila, pada Setya. "Ya, ada apa dengan Kamila, Bunda?" Mendengar suara sang Bunda, yang jelas terdengar sedang khawatir itu, membuat Setya menjadi tak tenang. "Tapi, Bunda mohon, kamu jangan tersulut emosi, Nak. Dan Bunda mohon, setelah
Read more
Laporan terhadap Utari
"Tahan sebentar, ya, Kamila. Bunda oleskan cairan antiseptik dulu pada lukamu," ujar Bu Indri yang membantu Kamila mengoleskan cairan antiseptik yang diberikan oleh pak Wiguna. "Pelan pelan saja, Bun. Itu pasti perih sekali. Memang keterlaluan anak itu. Tega-teganya menyerang Kamila sampai terluka." Pak Wiguna yang segera bergegas datang dari puskesmas, setelah ditelpon oleh bu Indri, tampak merasa geram pada Utari, yang telah melukai calon menantunya itu.  "Iya, Nak Wiguna. Ibu juga merasa sangat terkejut dengan kedatangan Utari. Ibu menyangka, bahwa Kakeknya lah yang datang, dan menggedor pintu dengan keras. Tapi ternyata bukan. Ibu tak bisa berbuat apa-apa. Ibu sangat cemas mendengar keributan yang terjadi di luar rumah. Untung saja, Nak Indri menyelamatkan Kamila. Kalau Nak Indri tak kebetulan akan mampir kemari, entah apa lagi yang anak itu lakukan pada Kamila, cucuku." Nek Sumi menyambut perkataan pak Wiguna. Hatinya sangat terluka melihat cucu yang sangat
Read more
Pertemuan kedua dengan Lelaki itu
Setya masih merasa marah, atas apa yang telah terjadi kepada Kamila. Dia tak berhenti mengkhawatirkan Kamila. Hingga, suara dari sepeda motor Rizki membuyarkan perhatiannya. "Wah, itu muka kusut banget. Ada masalah apa?" Rizki yang baru saja sampai, dan belum turun dari motor, lantas mencecar Setya dengan pertanyaan.  "Turun dulu, dan duduk disini. Melepas helm aja belum, udah langsung nyari topik." Setya belum menjawab pertanyaan Rizki yang masih nangkring diatas motor, diiringi tawa kecil Rizki yang menyadari kebenaran dari perkataan Setya tadi. "Ya, iya. Nih, udah turun. Tapi itu muka, gak usah ditekuk juga, kali," ujar Rizki dengan muka tengilnya, menggoda Setya yang sedang kelihatan sedang tak ingin bercanda itu. "Kamila, Ki. Dia terluka. Wajahnya dicakar Utari." Setya mulai membuka pembicaraan pada Rizki, yang kini sudah duduk disampingnya. "Ha, Utari? Siapa lagi itu?" tanya Rizki yang memang tidak mengenal gadis berambut pirang itu
Read more
Kilas Balik masa lalu Ratih
"Ayo, masuk. Kita ngobrol di dalam," ajak pak Jupri pada Setya dan Rizki, yang masih berdiri di ambang pintu. Merekapun masuk ke dalam rumah pak Jupri, dan duduk di kursi bambu yang terletak di ruang tamu rumahnya. "Nak Setya, dan Nak Rizki, mau minum apa? Biar Bapak bikinin." Pak Jupri menawarkan. "Tidak usah, Pak. Kami baru saja minum tadi. Iya kan, Setya," tolak Rizki halus, seraya melihat ke arah Setya, agar juga menolak tawaran minum dari pak Jupri. Karna sejujurnya, Rizki masih menaruh curiga pada pak Jupri. Dia takut, pak Jupri akan mencelakai dirinya dan juga Setya. "Eh, iya, Pak. Tidak usah minum. Bapak duduk di sini saja. Banyak yang ingin kami tanyakan pada bapak." Setya yang langsung mengerti dengan kode yang diberikan oleh Rizki, lantas mencegah pak Jupri untuk menyuguhkan minuman pada mereka. "Oh, ya sudah. Bapak mengerti." Pak Jupri mengangguk-anggukkan kepalanya, seakan tau tentang Rizki yang menaruh curiga padanya. "Ba
Read more
Kehamilan Ratih
Triing.. Bunyi pesan yang masuk ke ponsel Jupri. [Jupri, temui aku di taman kota. Aku ingin bicara, penting!] isi pesan dari Ratih itu, lantas membuat Jupri tidak tenang. Dan sesuai yang diminta oleh sahabatnya, Jupri langsung bergegas menuju taman kota dengan motornya. Tak lama, Jupri pun sampai di sana. Karna jarak taman kota dengan rumah Jupri tidak terlalu jauh. Dia menyisir sekeliling taman, mencari keberadaan Ratih. Dan akhirnya, dia menemukan Ratih sedang duduk di bangku taman yang agak jauh dari keramaian. Melihatnya, Jupri pun langsung menghampiri sahabatnya itu. "Hei, Ratih. Ada apa?" Jupri menepuk pundak Ratih, dan membuat gadis itu menoleh ke arahnya. Namun, tanpa berbicara sepatah katapun, Ratih langsung memeluk Jupri. Jupri yang sejak mendapat pesan dari Ratih tadi bertanya-tanya, semakin heran dengan sikap Ratih saat ini. Ratih yang terlihat gusar, membuat Jupri membiarkannya menangis di pelukan Jupri. Jupri menenangkan Ratih se
Read more
Ayah Kamila
Jupri sangat mengkhawatirkan tentang keadaan Ratih. Meskipun selama ini, mereka hanya sebatas bersahabat, namun tak dapat dipungkiri, bahwa hati Jupri sangat mencintai Ratih. Sudah sering dia mengutarakan isi hatinya pada Ratih. Dan gadis itu, selalu menolak Jupri. Ratih merasa tak pantas, jika dicintai oleh lelaki baik seperti Jupri. Karna Ratih, merasa bahwa dirinya bukanlah perempuan baik baik. Ratih datang kekota besar, untuk mencari pekerjaan,agar dapat membantu ekonomi keluarganya yang tinggal didesa. Namun entah bagaimana, Ratih terjerat didalam pekerjaan kotor itu. Ratih bekerja disebuah "Rumah Mucikari", sebagai wanita malam. Ratih merupakan gadis yang paling cantik disana. Tak jarang, para pejabat dan pengusaha menyewa Ratih untuk waktu yang lama. Mereka hanya ingin, Ratih yang "menemani" malam mereka. Dan pada saat ini, pengusaha muda, tampan dan kaya raya, yaitu Hans Hermawan lah yang menyewa Ratih. Dan Hans Hermawan pula, yang sudah membuat Ratih sampai hamil se
Read more
Menebus Ratih
"Ini, uang senilai lima puluh juta. Serahkan Ratih padaku. Bebaskan dia!" Selang sehari setelah menghabiskan malam bersama Ratih, Hans datang kepada Maya-Bos mucikari tempat Ratih selama ini menjajakan diri. Dia meletakkan tas berisi uang senilai lima puluh juta dihadapan Maya, untuk membawa Ratih pergi dari tempat itu. "Wow, benarkah? Apa uang ini untukku, Tuan?" Maya yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, membelalakkan kedua matanya. Tentu saja, karna uang senilai lima puluh juta, sudah sangat besar nilainya pada masa itu. "Ya, benar. Aku ingin Ratih. Setelah aku membawanya dari sini, kamu dan anak buahmu, tidak boleh mencari dan menggangu Ratih! Dan, satu lagi, kamu harus tutup mulut tentang hal ini. Jangan pernah katakan pada siapapun, bahwa aku membawa seorang gadis dari tempat ini. Kalau tidak, kamu akan tau sendiri akibatnya!" Hans menunjuk kearah wajah Maya. Dengan sedikit ancaman, Hans mengingatkan Maya agar tidak berkata apapun pada orang oran
Read more
Pernikahan petaka
Siang itu juga, Ratih dan Hans melaksanakan pernikahan. Acara dilangsungkan dengan amat sangat sederhana dirumah baru yang dibelikan Hans untuk Ratih, sebagai mas kawin. Tidak ada satupun keluarga Hans hadir, karna pernikahan ini sangat dirahasiakan. Dan Ratih, hanya didampingi oleh Jupri-sahabatnya. Ratih sempat menghubungi Jupri, sesaat sebelum pernikahan dimulai. Dan Jupri yang saat itu sedang cuti bekerja, langsung datang kepada Ratih. Dia juga menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu. Karna rencana pernikahan yang sangat terburu buru, Ratih tak sempat memberi tahu keluarganya didesa tentang hal ini. Dan terpaksa, Ratih dinikahkan bukan oleh Ayah kandungnya sendiri, melainkan oleh penghulu yang dibayar Hans. Karna pernikahan mereka berstatus siri, maka itu tak menjadi halangan bagi mereka. "Jaga diri kamu, Ratih. Kalau suatu waktu kamu membutuhkanku, kamu bisa menghubungiku." Ujar Jupri pada Ratih setelah ijab kabul selesai. Disatu sisi, Jupri merasa sedih, karna
Read more
Kepergian Hans
"Sayang, aku harus pergi sekarang. Kamu disini, bersama asisten rumah tangga kita, ya." Hans yang baru saja selesai menerima telpon dari istri pertamanya itu, tampak terburu buru, dan akan pergi meninggalkan Ratih, yang baru beberapa jam dinikahinya. "Ya, pergilah." Ratih yang sadar akan posisinya saat itu, tak mencegah Hans sama sekali. "Aku akan segera kembali, sayang. Jaga diri kamu, dan juga calon anak kita. Semua keperluan kamu, sudah aku siapkan disini. Dan, ini, kalau kamu bosan, dan mau pergi jalan jalan, pakailah kartu ini. Ada uang didalamnya. Kamu bisa pakai semau kamu." Ujar Hans, sembari menyerahkan sebuah kartu debit ketangan Ratih, yang disertai anggukan kecil dari wanita itu. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku akan segera kembali. Aku mencintaimu." Hans mencium kening Ratih, dan bergegas pergi meninggalkannya. Ratih yang saat itu tak ingin berniat pergi kemanapun, hanya merebahkan dirinya dirumah baru miliknya itu. Kehamilannya juga me
Read more
Berita palsu?
"Aku tidak akan membiarkan kau hidup dengan tenang, wanita jalang. Aku akan merenggut semua yang sudah diberikan suamiku padamu. Aku akan menghancurkanmu, Ratih Andriana!" Ancam wanita yang sedang berbicara disebrang sana pada Ratih.  "Hans ada ditanganku sekarang. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengannya lagi, pelac*r!" Wanita yang berbicara ditelpon itu, berteriak memaki Ratih, sebelum kemudian dia tertawa dengan keras. Ya, itu adalah suara Lydia Sari. Ancaman keras yang dilontarkannya pada Ratih, membuat pikiran Ratih semakin kalut. Namun, kata katanya juga membuat Ratih merasa bingung. Apa yang dimaksudkan wanita itu? Mengapa dia berkata bahwa Hans berada ditangannya? Apakah Hans masih hidup? Semua pertanyaan itu mengitari kepala Ratih. "Ratih, aku mengerti semuanya. Ini adalah sebuah konspirasi. Hans tidak meninggal. Ini berita palsu. Lupakan tentangnya dulu. Sekarang, selamatkan dirimu dan calon bayimu. Nyawamu sedang dalam bahaya." Jupri yang
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status