Lahat ng Kabanata ng KAMILA : Kesabaran Menembus Batas: Kabanata 31 - Kabanata 40
45 Kabanata
Mengapa dia kembali?
"Kamila, ini ada apa, Nak?" Bu Indri langsung menghampiri Kamila sesaat setelah sampai di rumah Kamila.Bu Indri sangat khawatir akan keadaan putrinya itu. khawatir jika kakek Parmin menyakitinya lagi  Namun, semua tertepis, kala melihat keadaan kakek Parmin yang cukup memprihatinkan. "Tidak apa, Bun. Hanya saja, kakek ... tolong obati kakek," mohon Kamila."Iya Nak. Tenanglah. Ayah akan segera memeriksa keadaan kakek. Kamila tenang, ya," ujar bu Indri menenangkan Kamila, yang diikuti anggukan gadis itu.Pak Wiguna tampak dengan sigap mengeluarkan alat-alat medisnya untuk mensterilkan luka kakek Parmin, yang terlihat cukup serius. Bekas goresan kaca di sekitar kelopak mata kakek Parmin, menjadi sasaran utama pemeriksaan pak Wiguna.Pelan, pak Wiguna mulai menanyakan kakek Parmin tentang apa yang sudah menimpa beliau, "Pak Parmin, ada apa ini sebenarnya? Mengapa sampai terluka parah seperti ini?""Tidak, Nak. Tuhan sedang menegur s
Magbasa pa
Hidayah menghampiri
Adzan subuh membangunkan Kamila. Meski dengan mata yang masih terasa berat karna tidur terlalu larut malam tadi, Kamila tetap memaksakan dirinya untuk bangun dari tempat tidur. Kamila ke luar dari kamar, untuk mengambil air wudhu. Karna melewati kamar kakeknya, Kamila melihat dulu ke arah kamar itu. Perlahan, Kamila masuk dengan menyibak tirai yang dipakai sebagai penutup pengganti pintu kamar."Kakek," panggil Kamila saat tak melihat siapapun di dalam kamar.Namun, suara gemericik air di kamar mandi, menjadi tanda bahwa sang kakek berada di sana."Eh, Kamila. Sudah bangun, Nak," sapa kakek Parmin pada Kamila setelah ia keluar dari bilik kecil."Iya, Kek. Kamila mau ambil wudhu," ucap Kamila tersenyum."Sholatnya bareng sama kakek, ya. Kakek mau mulai sholat lagi. Kamila ajari kakek, ya. Kakek sudah lupa." Kakek Parmin meminta Kamila untuk menuntunnya mendirikan sholat setelah sekian lama ia tak melakukannya.Kamila mengangguk m
Magbasa pa
Fitting Gaun Pengantin
[Kamila, aku akan kembali hari ini. Kita akan menikah dalam kurun beberapa hari. Persiapkan dirimu, Sayang. Aku mencintaimu.]Hati Kamila sangat bahagia membaca pesan singkat tersebut. Ingin dibalasnya, namun dia tak tau harus bicara apa. Sang pangeran akan segera kembali untuk mempersuntingnya. Masih diliputi rasa bahagia yang menyeruak begitu saja dalam hatinya, Kamila dikejutkan oleh suara ketukan pintu dari luar rumah. "Assalamu'alaikum." Seseorang mengucap salam. Kamila tau betul itu adalah bu Indri.Kamila langsung saja membukakan pintu setelah memasang hijab di kepalanya."Wa'alaikumsalam, Bun. Silahkan masuk, Bunda." Kamila mempersilahkan segera wanita paruh baya itu untuk masuk ke rumah. Meskipun dia agak heran dengan beberapa orang yang datang bersama bu Indri, karna ia tak pernah melihat orang-orang itu."Kamila. Setya akan pulang, Sayang. Kalian akan segera menikah. Bunda sangat bahagia." Bu Indri memeluk Kamila. Dielusnya lembut punggung calon menantunya itu.Kamila mem
Magbasa pa
Perihal Ayah dan Ibu
"Hai, Cantik. Apa kau merindukanku?" sapa Setya dari sebrang sana."Hmmm ... Setya, sebenarnya ... ada yang ingin aku tanyakan." jawab Kamila yang tak ingin lagi menepis semua rayuan yang dilontarkan oleh Setya."Tanyakan saja, Sayang." Setya yang sedang bersiap untuk kembali pulang ke Desa itupun, tetap siap untuk menjawab pertanyaan dari Kamila.Kamila sebenarnya sedikit ragu untuk menanyakan hal ini pada Setya. Namun, rasa penasarannya mengalahkan segala hal."Setya. Pernikahan kita sudah ditentukan, bukan?" tanya Kamila dengan suara lembutnya."Iya, Sayang. Aku sedang bersiap untuk pulang sekarang. Kita akan menikah. Aku, dan kamu, akan hidup bahagia. Percayalah padaku." Lagi-lagi, Setya tak hentinya meyakinkan hati Kamila."Tapi ... bagaimana tentang wali pernikahanku?" Kamila mulai menanyakan hal yang sedang mengganggu pikirannya sejak tadi."Apa kamu sudah bertemu dengan ayah dan ibu?" sambungnya.Setya sudah menyangka, bahwa Kamila akan bertanya tentang hal ini. Dia juga sudah
Magbasa pa
Sampai di Desa
Setya, Rizki, serta pak Jupri sudah tiba di Desa tempat tinggal Kamila serta Setya sendiri."Assalamualaikum," panggil Setya dari arah luar. Memastikan, apakah ada orang di rumah.Tak lama mereka menunggu. Seseorang menyahut dari dalam. "Waalaikumsalam." Suara lembut itu tentu tak asing di telinga Setya. Sang bunda yang akan menyambutnya.Benar saja, bu Indri membuka daun pintu lebar-lebar. Karna mengetahui bahwa anak tunggalnya akan kembali hari ini, bu Indri tak terlalu terkejut melihat kedatangan Setya. Namun, tentu saja hati wanita itu sangat bahagia melihat sang putra saat ini."Nak, kamu sudah sampai. Ada nak Rizki juga, dan, ini ...?""Oh, iya, Bun. Ini adalah pak Jupri, yang Setya ceritakan kemarin," jelas Setya, seperti mengerti apa yang akan ditanyakan oleh ibundanya.Mendengarnya, bu Indri mengangguk pelan, pertanda mengerti."Ya sudah, kalau begitu, Setya, nak Rizki, serta pak Jupri, masuklah. Kalian pasti lelah di perjalanan, bukan?" ajak bu Indri pada anak, serta kedua
Magbasa pa
Bernasab pada Sang Ibu
Sebelumnya, Setya, Rizki serta pak Jupri, sudah menemukan solusi untuk pernikahan Setya dan Kamila. Sebab, orang tua Kamila belum berhasil ditemukan, maka pak Jupri mengusulkan, agar Kamila dinikahkan oleh wali hakim saja.Dengan berbekal nasihat dari ustadz yang mereka temui di kota, memang keputusan mereka dirasa sudah sangat benar. Karna yang pak Jupri ketahui, Ratih mengandung Kamila duku, sebelum dia menikah secara sah dengan ayah biologis Kamila. Maka dari itu, secara agama, Kamila bernasab pada ibunya. "Jadi, bagaimana, pak Wiguna? Apakah bapak dan keluarga, bisa menerima Kamila dengan statusnya yang seperti demikian?" tanya pak Jupri saat berbincang pada pak Wiguna-ayah Setya."Tentu saja, Pak. Tak ada masalah akan hal itu. Kami menerima Kamila, tanpa mempersoalkan statusnya sama sekali. Kamila merupakan anak yang baik dan sopan. Tidak mungkin, jika kami menolaknya, hanya karna kesalahan masa lalu orang tuanya," ujar pak Wiguna yakin.Sebab, sejak awal, pak Wiguna serta sang
Magbasa pa
Tertangkap Oleh Setya
"Wanita kejam ini, yang telah mencelakai Kamila!" ujar Setya dengan amarah di wajahnya.Bu Indri, pak Wiguna, serta pak Jupri yang berjalan lebih dulu di depan Setya dan Rizki, menghentikan langkah kaki mereka, karna mendengar sentakan Setya yang cukup keras.Melihat suasana yang sudah tak kondusif, dan amarah Setya yang mulai tak terkendali, para orang tua itu 'pun menghampirinya. Pak Wiguna dan pak Jupri, sampai berlari² kecil ke arah Setya, untuk menghentikannya."Setya, hentikan, Nak! Ayah akan menjelaskan semuanya. Tenanglah dulu," pujuk pak Wiguna pada Setya."Tenang bagaimana, Ayah? Wanita ini, yang sudah memberikan cacat pada wajah Kamila, tiba-tiba bisa bebas seperti ini." Setya yang sejak tadi mencekal pergelangan tangan wanita yang ternyata adalah Utari itu, makin merasa geram.Utari meringis kesakitan, karna cengkraman Setya yang cukup kuat di pergelangan tangannya."Aw. Setya, lepaskan aku. Kenapa kau menyakitiku seperti ini." Utari memohon agar Setya melepaskan cengkrama
Magbasa pa
Menggoda Kamila
"Tapi, Ki. Ini tak adil untuk Kamila." Setya yang merasa masih ada yang mengganjal di hatinya, melihat gadis itu bebas berkeliaran, dengan apa yang sudah diperbuat pada Kamila, mencoba membantah perkataan Rizki."Sshhtt ... sudah, Nak. Sudah, ayo kita bergegas. Kamila pasti sudah menunggu." Bu Indri lagi-lagi berusaha menenangkan hati Setya."Hhfffft ... baiklah, Bunda." Tak lagi membantah, Setya menurut apa yang dikatakan oleh bundanya. Karna dia sadar, bahwa tujuan awalnya kembali ke desa ini adalah, untuk rencana pernikahannya dengan Kamila.Setya berusaha menata suasana hatinya, agar kembali tenang, sembari melanjutkan perjalanan ke rumah Kamila, yang sudah tak lagi jauh. "Itu muka, diberesin dulu, kaliiii. Kusut banget, kek belum disetrika. Nanti, bukannya Kamila jatuh cinta, malah jadi takut melihatmu seperti itu." Rizki mencandai Setya, agar suasana hati sahabatnya itu, kembali baik."Ck. Kamu ini, ada-ada saja. Mana mungkin, Kami
Magbasa pa
Saling Maaf
"Hahahahaha. Tidak, tidak. Aku tidak marah, Kamila. Aku hanya bercanda." Setya kemudian tertawa melihat wajah kebingungan Kamila. Dia sengaja, menggoda Kamila seperti itu.Tingkah Setya, membuat semua orang tertawa. Namun tidak dengan Kamila. Gadis cantik itu merasa malu, hingga membuat semburat merah muda timbul di pipinya. Sebelumnya, dia sangat takut, karna Setya berbicara dengan wajah yang begitu serius, seakan sedang mengintrogasinya."Setya. Hush. Kamu ini, senang sekali menjahili Kamila." Bu Indri mencubit pelan lengan Setya, yang duduk di sebelahnya."Hehe, maaf, Bun. Maaf ya, Kamila," ujar Setya pada Kamila dan juga bundanya. Masih dengan senyum yang menghiasi wajah tampannya."Jangan takut, ya, Mil. Setya hanya bercanda. Ayah sama Bunda sudah menjelaskan kok, mengapa Utari bisa bebas. Setya sudah memakluminya." Pak Wiguna mengimbuhi.Kamila hanya mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Setya dan pak Wiguna. Hatinya sedikit lega, karna Setya tak lagi mempersoalkan pasal Utari.
Magbasa pa
Kenyataan Pahit
"Uang ini Setya berikan kembali pada nek Sumi. Setya ikhlas. Untuk membantu kebutuhan nenek dan juga kakek." Setya lantas memberikan uang itu pada nek Sumi."Nak Setya ..." ucap nek Sumi."Tidak, Nek. Jangan menolaknya lagi. Setya mohon." Bagai tau apa yang akan dikatakan nek Sumi, Setya mencegah lebih dulu untuk nek Sumi menolak pemberiannya."Benar, Bu Sumi. Sudah, simpanlah. Setya memberi dengan sepenuh hatinya. Lagipula, uang itu adalah hasil kerja Setya sendiri," ucap bu Indri kemudian.Mendengarnya, nek Sumi yang masih tak enak hati, menerima pemberian Setya, dan tak memberikan penolakan lagi."Sudah, ya. Semua sudah selesai. Semua sudah saling memaafkan. Kalau begitu, kita kembali ke tujuan awal berkumpul di sini. Benar begitu, Pak Parmin?" Pak Wiguna lalu membuka topik utama yang akan dibicarakan mereka malam ini."Benar sekali, Nak Wiguna." Kakek Parmin mengiyakan.Semua orang mendengarkan dengan seksama. Termasuk Pak Jupri, juga Rizki yang sedari tadi hanya menyimak pembicar
Magbasa pa
PREV
12345
DMCA.com Protection Status