Jupri sangat mengkhawatirkan tentang keadaan Ratih. Meskipun selama ini, mereka hanya sebatas bersahabat, namun tak dapat dipungkiri, bahwa hati Jupri sangat mencintai Ratih. Sudah sering dia mengutarakan isi hatinya pada Ratih. Dan gadis itu, selalu menolak Jupri. Ratih merasa tak pantas, jika dicintai oleh lelaki baik seperti Jupri. Karna Ratih, merasa bahwa dirinya bukanlah perempuan baik baik.
Ratih datang kekota besar, untuk mencari pekerjaan,agar dapat membantu ekonomi keluarganya yang tinggal didesa. Namun entah bagaimana, Ratih terjerat didalam pekerjaan kotor itu. Ratih bekerja disebuah "Rumah Mucikari", sebagai wanita malam. Ratih merupakan gadis yang paling cantik disana. Tak jarang, para pejabat dan pengusaha menyewa Ratih untuk waktu yang lama. Mereka hanya ingin, Ratih yang "menemani" malam mereka. Dan pada saat ini, pengusaha muda, tampan dan kaya raya, yaitu Hans Hermawan lah yang menyewa Ratih. Dan Hans Hermawan pula, yang sudah membuat Ratih sampai hamil se
Beberapa BAB, masih menceritakan kisah Ratih selama dua puluh tahun belakangan. Apakah Ratih masih hidup?
"Ini, uang senilai lima puluh juta. Serahkan Ratih padaku. Bebaskan dia!" Selang sehari setelah menghabiskan malam bersama Ratih, Hans datang kepada Maya-Bos mucikari tempat Ratih selama ini menjajakan diri. Dia meletakkan tas berisi uang senilai lima puluh juta dihadapan Maya, untuk membawa Ratih pergi dari tempat itu. "Wow, benarkah? Apa uang ini untukku, Tuan?" Maya yang masih tidak percaya dengan apa yang dilihatnya, membelalakkan kedua matanya. Tentu saja, karna uang senilai lima puluh juta, sudah sangat besar nilainya pada masa itu. "Ya, benar. Aku ingin Ratih. Setelah aku membawanya dari sini, kamu dan anak buahmu, tidak boleh mencari dan menggangu Ratih! Dan, satu lagi, kamu harus tutup mulut tentang hal ini. Jangan pernah katakan pada siapapun, bahwa aku membawa seorang gadis dari tempat ini. Kalau tidak, kamu akan tau sendiri akibatnya!" Hans menunjuk kearah wajah Maya. Dengan sedikit ancaman, Hans mengingatkan Maya agar tidak berkata apapun pada orang oran
Siang itu juga, Ratih dan Hans melaksanakan pernikahan. Acara dilangsungkan dengan amat sangat sederhana dirumah baru yang dibelikan Hans untuk Ratih, sebagai mas kawin. Tidak ada satupun keluarga Hans hadir, karna pernikahan ini sangat dirahasiakan. Dan Ratih, hanya didampingi oleh Jupri-sahabatnya. Ratih sempat menghubungi Jupri, sesaat sebelum pernikahan dimulai. Dan Jupri yang saat itu sedang cuti bekerja, langsung datang kepada Ratih. Dia juga menjadi saksi pernikahan sahabatnya itu. Karna rencana pernikahan yang sangat terburu buru, Ratih tak sempat memberi tahu keluarganya didesa tentang hal ini. Dan terpaksa, Ratih dinikahkan bukan oleh Ayah kandungnya sendiri, melainkan oleh penghulu yang dibayar Hans. Karna pernikahan mereka berstatus siri, maka itu tak menjadi halangan bagi mereka. "Jaga diri kamu, Ratih. Kalau suatu waktu kamu membutuhkanku, kamu bisa menghubungiku." Ujar Jupri pada Ratih setelah ijab kabul selesai. Disatu sisi, Jupri merasa sedih, karna
"Sayang, aku harus pergi sekarang. Kamu disini, bersama asisten rumah tangga kita, ya." Hans yang baru saja selesai menerima telpon dari istri pertamanya itu, tampak terburu buru, dan akan pergi meninggalkan Ratih, yang baru beberapa jam dinikahinya. "Ya, pergilah." Ratih yang sadar akan posisinya saat itu, tak mencegah Hans sama sekali. "Aku akan segera kembali, sayang. Jaga diri kamu, dan juga calon anak kita. Semua keperluan kamu, sudah aku siapkan disini. Dan, ini, kalau kamu bosan, dan mau pergi jalan jalan, pakailah kartu ini. Ada uang didalamnya. Kamu bisa pakai semau kamu." Ujar Hans, sembari menyerahkan sebuah kartu debit ketangan Ratih, yang disertai anggukan kecil dari wanita itu. "Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku akan segera kembali. Aku mencintaimu." Hans mencium kening Ratih, dan bergegas pergi meninggalkannya. Ratih yang saat itu tak ingin berniat pergi kemanapun, hanya merebahkan dirinya dirumah baru miliknya itu. Kehamilannya juga me
"Aku tidak akan membiarkan kau hidup dengan tenang, wanita jalang. Aku akan merenggut semua yang sudah diberikan suamiku padamu. Aku akan menghancurkanmu, Ratih Andriana!" Ancam wanita yang sedang berbicara disebrang sana pada Ratih. "Hans ada ditanganku sekarang. Aku tidak akan membiarkanmu bertemu dengannya lagi, pelac*r!" Wanita yang berbicara ditelpon itu, berteriak memaki Ratih, sebelum kemudian dia tertawa dengan keras. Ya, itu adalah suara Lydia Sari. Ancaman keras yang dilontarkannya pada Ratih, membuat pikiran Ratih semakin kalut. Namun, kata katanya juga membuat Ratih merasa bingung. Apa yang dimaksudkan wanita itu? Mengapa dia berkata bahwa Hans berada ditangannya? Apakah Hans masih hidup? Semua pertanyaan itu mengitari kepala Ratih. "Ratih, aku mengerti semuanya. Ini adalah sebuah konspirasi. Hans tidak meninggal. Ini berita palsu. Lupakan tentangnya dulu. Sekarang, selamatkan dirimu dan calon bayimu. Nyawamu sedang dalam bahaya." Jupri yang
"Sebuah rumah mewah dikawasan Jalan Setia Agung, ludes terbakar api. Tidak ada korban jiwa disana, namun diduga, kebakaran tersebut adalah sebuah kesengajaan. Saat ini, polisi masih menyelidiki penyebab kebakaran yang melalap rumah yang lagi lagi, masih diduga adalah milik pengusaha terkenal Hans Hermawan, yang baru saja meninggal dunia kemarin sore," berita yang dibawakan oleh seorang News Anchor disiaran televisi pada pagi itu, sontak membuat jantung Ratih berdegup kencang. Bagaimana tidak, rumah yang dimaksudkan itu, adalah rumah yang ditinggalkannya malam tadi."Sayang banget, ya, rumahnya. Memang ada ada saja kejahatan manusia saat ini. Untung saja, tidak ada orang didalamnya," ujar Bi Jum pada Ratih, yang tidak tau bahwa rumah yang dimaksud, adalah milik Ratih. Namun, ketika melihat ekspresi wajah, dan keringat dingin didahi Ratih yang duduk disampingnya, juga nafas Ratih yang tersengal sengal karna merasa sangat panik, perhatian Bi Jum langsung tertuju pada Ratih.
Enam tahun hidup dengan pertolongan Jupri, Ratih merasa sangat tidak enak hati. Jupri sudah terlalu banyak membantunya dan buah hatinya yang kini sudah berusia lima tahun. Ratih selalu saja meminta izin pada Jupri untuk pergi dari rumah Bi Jum, namun Jupri tak pernah mengizinkan. Terlebih, Jupri sudah sangat menyayangi putri kecil Ratih yang diberi nama Kamila itu.Hingga satu hari, Ratih tak lagi bisa menahan dirinya untuk meninggalkan rumah tersebut untuk mencari pekerjaan. Mengingat, Jupri hanyalah seorang pegawai kantor pos, yang mendapat gaji tak seberapa.Ratih mengirim pesan pada Jupri,[ jupri, maafkan aku. Aku harus pergi. Aku tak bisa terus-terusan merepotkanmu dan juga Bibi. Sekarang aku sudah memiliki tanggung jawab sendiri. Jadi, aku mohon, jangan halangi aku. Dan satu lagi, sampaikan salam dan terima kasihku pada Bi Jum. Aku tidak pamit padanya, karna aku tau, dia pasti juga tak akan mengizinkanku untuk pergi. Bi Jum sedang pergi ke pasar. Sampaikan
"Setelah hari itu, Bapak tak pernah menerima kabar dari Ratih lagi. Yang Bapak dengar dari banyak orang, Ratih kembali bersama Maya ke tempat mucikari itu. Dan, Ratih diduga sudah tiada sebab terbakar disana," Jupri mengakhiri kisah Ratih yang sejak tadi diceritakannya pada Setya dan Rizki yang mendengarkan dengan seksama.Kedua pemuda itu mengangguk pelan. Di benak mereka, masih ada segudang pertanyaan perihal kisah Ibunda dari Kamila itu. Terlebih lagi Setya, yang masih belum bisa menemukan titik terang dan solusi terhadap kendala pernikahannya dan Kamila."Ini cukup rumit, Nak," ujar Jupri memecah keheningan."Benar, Pak. Setya masih menyimpan banyak pertanyaan dari kisah masa lalu Ibu Ratih yang Bapak ceritakan," Setya memijit pelipisnya pelan. Dia tampak sangat tertekan atas semua ini. Terlebih, dia tak memiliki jawaban dari apa yang sudah Pak Jupri ceritakan padanya."Pak, mohon maaf, tadi Bapak bilang bahwa Bapak memiliki istri da
Tok..tok..tok.."Selamat siang." Pria berseragam polisi, mengetuk pintu sebuah rumah. Tak sendirian, pria itu ditemani oleh dua orang yang berseragam sama dengannya, dan seorang lagi berpakaian rapi."Siapa, ya?" sahut seorang wanita dari dalam rumah itu, sambil membuka daun pintu rumahnya."Dengan saudari Utari?" tanya seorang polisi wanita padanya."Oh, bukan. Saya Rima. Utari itu putri saya. Ini, ada urusan apa, ya, Bapak dan Ibu polisi ini mencari putri saya? Loh, ini, Pak Wiguna, juga ada urusan apa?" Wanita itu tampak gugup sekaligus heran, menyaksikan tiga orang polisi berdiri di hadapannya, dan menanyakan perihal putrinya.Dia juga heran, mengapa Pak Wiguna, yang merupakan Ayah dari Setya, juga datang ke rumahnya."Bisa tolong panggilkan saudari Utari, Bu?" Tanpa menjawab pertanyaannya, salah satu dari polisi itu kembali bertanya perihal Utari."Ada. Dia ada. Tapi, katakan dulu ini, ada apa? Saya bingung ini, Pak. Kenapa