All Chapters of Rapuh: Chapter 21 - Chapter 30
31 Chapters
Part 21, Menyamar
Dimas yang merasa kasihan dengan Siska itu memutuskan untuk mendatangi Siska dengan tetap menutupi identitasnya, Dimas ingin melihat aksi Siska yang sudah memutuskan untuk masuk dalam dunia hitamnya."Hai, boleh Gue duduk di sini?" sapa Dimas memajukan topi hitam yang ia kenakan.Terlihat wajah cemas Siska, yang tidak bisa ditutupi oleh Siska dengan balutan make up yang ia kenakan, Dimas pun melempar senyum meskipun senyumannya  tertutupi oleh masker hitam yang ia kenakan.'Duh, jangan bilang dia laki-laki hidung belang yang akan Gue layani! Gimana kalau muka yang ditutupi itu ternyata berkumis tebal?' batin Siska merasa geli."Hai, kok Lo diem aja si?" sapa Dimas untuk yang ke dua kali.Siska pun tersadar dari lamunannya dan mengangguk pelan membiarkan laki-laki misterius itu duduk di sampingnya, dengan perasaan takut dan cemas Siska masih berusaha senyum di hadapan laki-laki itu."Boleh Gue tahu nama Lo?" tanya Dimas menyodorkan tanga
Read more
Part 22, Setuju Dengan Permainan Dimas
Mendengar jawaban yang diberikan oleh Dimas membuat Siska merasa sangat kesal, dan karena Dimas tidak langsung memulai permainan untuk bisa membuat Siska mendapatkan uang, akhirnya Siska memilih nekat untuk memulainya lebih dulu.'Gue harus bisa dapetin uang malam ini, agar keberadaan gue di sini nggak sia-sia!' batin Siska memilih untuk mendekati Dimas dan mencoba merayunya.Dimas yang merasa bahwa Siska terlihat sangat serius itu, duduk terpaku saat menerima sentuhan dari Siska. Dimas bukanlah laki-laki yang tidak bisa terjatuh pada rayuan seorang wanita, namun karena wanita yang menggodanya adalah sosok sahabatnya membuat Dimas dingin panas dan menelan ludah beberapa kali.Melihat aksi Dimas yang masih terdiam menahan hasrat itu menambah kegilaan SIiska semakin menjadi, bahkan Siska ingin melepas pakaiannya di hadapan Dimas.Namun, dengan cepat Dimas menolak dan meminta Siska untuk mengurungkan niat nekatnya itu."Hei, lo mau apa?" tanya Dimas p
Read more
Part 23 Mencari Siska Yang Tak Kunjung Pulang
Pukul 03:00 pagiSiska terbangun dari tidurnya dan memperhatikan ruangan yang terasa asing baginya, ia pun tersadar bahwa ia masih berada di kamar bersama laki-laki yang baru saja ia kenal itu. 'Kok dia tidurnya di sofa, ya?' batin Siska melirik Dimas. Saat Dimas sedang tidur dengan pulas Siska pun menggunakan kesempatan itu untuk membuka topi dan penutup wajah Dimas, dengan berjalan sangat pelan Siska pun mencoba untuk membuka perlahan topi Dimas. Namun, saat tangan Siska hampir sampai di pucuk kepala Dimas hendak membuka topi. Tiba-tiba Dimas terbangun dan menyadari keberadaan Siska, Siska yang terkejut itu tiba-tiba tak mampu menyeimbangkan tubuhnya hingga terjatuh dalam pelukan Dimas. Tatapan antara Dimas dan Siska pun tak terelakkan, mereka saling menyelami samudera pandangan yang membuat mereka terdiam sejenak, sampai akhirnya mereka pun akhirnya saling menyadari."Eh, lo apa-apaan si?!" omel Dimas yang seketika
Read more
Part 24, Pengembaraan Sandy Dan Syam
Satu Bulan kemudian  Sejak Siska memutuskan untuk pergi, dan setelah berpindah dari rumah bak istana menuju rumah sederhana membuat mami Salwa berpikir untuk bisa menemukan Siska yang selama ini tidak terlalu mereka pikirkan.  Kesibukan melunasi hutang-hutang membuat mami Salwa dan papi Hardi sama sekali tidak memikirkan Siksa, karena bagi mereka Siska selama ini tidak pernah bisa membantu apa-apa dengan segudang masalah yang mereka menghadapi .  Kini mereka tersadar bahwa mereka sudah kehilangan satu keluarga yang membuat mereka tergerak untuk mencari di mana Siska saat ini berada.  "Pi, kapan si kita bisa bertemu dengan Siska. Sudah berbulan-bulan Siska pergi tanpa kabar?" tanya mami Salwa saat menikmati sarapan pagi bersama.  "Papi juga tidak tahu, Mi. Kita mau mulai mencari di mana, selama ini kan kita sama sekali tidak memikirkan Siska karena sibuk melunasi hutang yang begitu banyak." jawab papi Hardi merasa putus
Read more
Part 25, Mencari Pekerjaan
"Syukurlah, meskipun tidak terlalu besar setidaknya kontrakan ini bisa kita gunakan untuk istirahat," kata Sandy yang langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang. "Tapi San, tempat ini terlalu kecil dan sempit!" protes Syam yang masih berdiri dengan memangku tangannya. "Sudahlah Syam, tempat ini adalah tempat terakhir kita. Setelah sekian kali memilih kontrakan." jawab Sandy yang merasa lelah. Syam yang sudah beberapa kali menolak kontrakan yang mereka datangi itu membuat Sandy akhirnya memilih menyerah dan menerima kontrakan seadanya, karena permintaan Syam tidak mencukupi pembayaran yang harus mereka berikan setiap bulannya. Syam pun dengan raut wajah kesal ikut duduk di ujung bibir ranjang mencoba untuk menerima apa yang telah Sandy pilih. "Pokoknya setelah kita mendapatkan pekerjaan, gue mau kita pindah kontrakan yang lebih besar dari ini!" kata Syam menatap Sandy tajam. "Iya, besok pagi kita mulai me
Read more
Part 26, Mencari Masalah
Mendengar suara wanita yang mengira bahwa dirinya akan bunuh diri membuat Syam bangkit dan menghadap Runi, Runi yang tidak mneyadari bahwa laki-laki yang ada di hadapannya itu adalah kakak Siska membuatnya bersikap sangat asing dengan Syam. "Enak saja lo, siapa juga yang bunuh diri, memangnya gue gila!" celetuk Syam yang merasa kesal. "Ya gue kira lo duduk di sini sendiri karena mau bunuh diri, lagian untuk apa lo duduk-duduk nggak jelas begitu?" sahut Runi yang merasa kepo. "Ya urusan gue lah, kenapa lo yang repot si." jawab Syam memilih untuk segera pergi. Syam meninggalkan Runi yang masaih memandangi Syam dengan pandangan yang aneh. 'Dasar aneh, berjalan saja tidak bersemangat seperti itu, seperti sedang menanggung beban hidup yang cukup berat.' batin Runi. Karena tidak ingin mengambil pusing, akhirnya Runi pun kembali meneruskan perjalannya menuju rumah kontaran.  Siska yang sedang asik menikmati kesendiriannya di dala
Read more
Part 27, Terjebak
Setelah merasa aman dari sekelompok orang yang ingin menghajar Syam habis-habisan, Runi segera memberikan obat yang telah ia beli untuk Syam. Dengan pasrah Syam menerima perlakuan baik dari wanita yang baru saja ia kenal itu. Tatapan mata Runi yang begitu tulus mengobati Syam membuatnya merasa sangat bersyukur karena telah ditolong oleh Runi yang sebelumnya tidak dikenalnya. "Thanks ya, lo udah nolongin gue," ucap Syam yang menatap wajah Runi tajam. "Sama-sama, lagian lo kenapa sampai dikeroyok begitu si?" tanya Runi penasaran. "Gue nggak sengaja nimpuk salah satu dari mereka dengan botol bekas, dan mereka marah besar." jelas Syam masih menahan sakit.Runi yang ingin berangkat bekerja itu akhirnya menyadari bahwa dirinya sudah terlalu lama bersama Syam, dan harus segera pergi karena Siska sudah lebih dulu berangkat. "Lo nggak papa kan, kalau gitu gue mau pergi dulu!"Runi pun segera beranjak hendak mening
Read more
Part 28 Noda Merah
Karena merasa Siska cukup lama di dalam kamar mandi, membuat Kalvin yang sudah melepaskan kemejanya itu memilih untuk segera menyusul Siska dan memanggilnya.  Tok... Tok... Tok....  Suara ketukan pintu pun terdengar dari  dalam kamar mandi Siska, dengan cepat Siska pun membalikkan tubuhnya dan mengatur napasnya kembali.  'Ya ampun, laki-laki itu pasti sudah sangat tidak sabar menunggu gue!' batin Siska yang tak bisa lagi mengelak.  Ketukan itu terdengar kembali, karena Siska tak kunjung keluar dari kamar mandi.  "Siska, lo nggak papa kan?" tanya Kalvin memastikan keadaan Siska.  Siska yang mendengar itu akhirnya pasrah dengan apa yang akan terjadi malam ini, karena Dimas memang tak ada kabar sampai saat ini.  Ceklek Siska membukakan pintu dan menatap ke arah Kalvin yang sudah bertelankang dada, dengan cepat Siska menutup kedua mata menggunakan kedua tangannya.  "Kok l
Read more
Part 29, Bertemu Teman Lama
"Tapi sayangnya gue nggak mau lagi bertemu dengan lo!" jawab Siska yang memilih untuk segera masuk ke dalam rumah.Dimas pun berusaha untuk membuka pintu dan terjadi saling tarik ulur diantara Dimas dan Siska, Siska yang masih merasakan sakit akibat permainan Kalvin itu akhirnya menyerah dan memilih untuk mengalah.Dengan lunglai Siska terduduk di lantai dan membiarkan Dimas masuk dengan melihat keadaan Siska yang sudah dibanjiri dengan air mata."Kia, lo kenapa?" tanya Dimas membelai pundak Siska pelan."Jangan sentuh gue! Lo jahat, lo tega, lo bilang kalau lo mau lindungi gue agar gue tidak disentuh oleh laki-laki, tapi nyatanya lo biarkan gue tidur bersama laki-laki lain!" omel Siska yang benar-benar merasa kecewa."Gue minta maaf, Kia. Bukan keinginan gue untuk sakit seperti ini," ucap Dimas yang masih menutup wajahnya dengan masker."Itu hanya alasan lo aja kan, mulai sekarang lo pergi dari sini karena lo tidak ada tempat lagi di sini!"
Read more
Part 30, Curahan Hati Dimas
Karena ketidakbisaan Dimas menjaga Siska, akhirnya Siska sudah tidak ada harapan lagi untuk mempertahankan Kesuciannya, Siska menerima orderan manapun yang bisa menghasilakan uang dan ia tidak perduli dengan ucapan Dimas yang melarangnya melakukan pekerjaan itu.  Siska dengan brutal merusak dirinya sendiri dan lebih sering bersama dengan Kalvin, seiring berjalannya waktu Siska pun mulai melupakan perasaannya dengan Dimas. Laki-laki yang dianggap misterius namun memiliki jiwa yang baik dan tulus.  "Siska, apa lo akan selamannya bekerja sebagai wanita penghibur seperti ini?" tanya Kalvin yang sedang asik menikmati minuman yang tersedia.  "Gue nggak tahu, yang jelas gue harus mencukupi kehidupan gue melalui pekerjaan ini." jawab Siska yang tidak memiliki alasan lain.  Kalvin pun melempar senyum saat mendengar jawaban ringan namun mencakup semua kebutuhan sehari-hari Siska, menjadi par penikmat mata laki-laki yang datang menggoda bukan
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status