All Chapters of Rapuh: Chapter 1 - Chapter 10
31 Chapters
Part 1, Hari Pertama
Siska Anastasya Putri, gadis yang baru berusia 17 tahun itu sedang mencari jati diri di sebuah kota yang begitu padat penduduknya, juga pergaulan yang jika kita tidak pandai memilah dan memilih maka kita akan terjerumus dalam pergaulan bebas.    Terkahir dari keluarga yang cukup berada, namun lingkungan yang tak mendukung perkembangannya, membuat gadis itu justru terjelembab pada pergaulan bebas tanpa arah.    Masa sekolah yang seharusnya ia nikmati dengan banyak menyerap pelajaran bermakna, justru ia habiskan dengan bermain bersama teman-teman yang membawanya ke pergaulan bebas.    Terlahir sebagai anak bungsu dengan memiliki kedua saudara yang jauh usianya dengan dirinya, membuat sosok Siska tak mendapatkan perhatian dari kedua kakaknya, Sandy dan Syam. Dua laki-laki jantan yang seharusnya dapat melindungi dan membatasi pergaulan sang adik justru sibuk dengan urusannya sendiri di bidang el
Read more
Part 2, Beradaptasi Dengan Sekolah Baru
  Sampainya di sekolah, Siska cukup percaya diri dengan dunia baru yang ia masuki, Siska memiliki beberapa sahabat yang juga masuk di sekolah yang cukup ternama itu saat mereka duduk di sekolah SMP.    Tidak sembarangan siswa dan siswi bisa memasuki sekolah yang cukup terkenal itu, selain dari biaya yang dipungut. Sekolah itu menjadi salah satu tempat di mana para generasi melahirkan bakatnya dari tahun ke tahun.    Mulai dari menari, seni melukis, bulu tangkis, renang, dan masih banyak olahraga lainnya yang membuat nama sekolah itu menjadi pilihan terbaik bagi orang tua menyekolahkan anak-anaknya.    Saat Siska mulai memasuki pintu kelasnya, Siska langsung disambut oleh beberapa sahabatnya yang sudah datang lebih dulu.    Mereka sangat antusias melihat gadis cantik dengan seragam seksi dan rambut yang terurai dengan rapi itu. Teman-teman Siska sebenarnya
Read more
Part 3, Bertengkar Dengan Chandra
 Saat pelajaran kedua telah usai, Siska memilih untuk berpamitan kepada teman-temannya yang masih dengan santai menunggu jam pelajaran sekolah berikutnya. Kedatangan tamu yang tak diundang disetiap bulannya membuat Siska merasa sangat lelah dan lesu. Wajahnya terlihat pucat karena menahan rasa sakit.    "Gays, Gue pulang dulu, ya. Perut Gue nyeri banget nih," rintih Siska meremas perutnya yang kempes.    "Lo kenapa Kia? Lo sakit?" tanya Runi cemas.    "Biasa, kedatangan tamu Gue, Gue pulang dulu ya."    Siska memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, dan memilih untuk meninggalkan teman-temannya.    "Hati-hati ya, Kia."  Teriak Runi saat menyadari Siska sudah pergi dari pandangannya.    Siska berjalan dengan sangat pelan, rasa sakit yang ia rasakan cukup membuatnya
Read more
Part 4, Menjadi Sasaran Kemarahan
   Selesai mengerjakan tugas di sekolah, seperti biasa, Siska meminta Pak Hadi untuk mengantarkannya pulang. Akhir-akhir ini Siska merasa tubuhnya sangat lelah dan ingin istirahat di rumah.    Tugas sekolah dan olahraga seni yang ia mainkan bersama teman-temannya, membuat semua waktunya terkuras habis. Meskipun begitu, Siska masih berusaha menikmati semua kesibukan yang ia rasakan setiap hari.  Karena dengan begitu, setidaknya Siska bisa melupakan setiap tingkah dan sikap dingin dari keluarga yang memang sudah tak sepaham itu.    Mereka hanya sibuk dengan bisnis, bisnis dan bisnis mereka, berangkat pagi pulang malam. Hanya itulah yang diketahui oleh Siska, karena keempat malaikat pelindungnya itu juga tidak pernah mengatakan keluh kesahnya dengan Siska.    Sampainya di depan pintu mewah itu, Siska mendengar kedua orang tuanya dan juga kakak-kakaknya sedang
Read more
Part 5, Mencari Kesenangan Di Luar Rumah
Saat kedua orang tuanya dan kedua kakaknya sibuk dengan harta yang selangkah lagi akan menjadi milik bank itu, Siska justru menerapkan gaya hidupnya yang lebih bar-bar dari sebelumnya bersama teman-temannya di luar rumah.    Berawal dari luka hati yang terus digores oleh perlakuan sang keluarga, Siska lebih memilih untuk merusak hidupnya dan masa depannya sendiri.    Siska justru membuat dirinya seakan-akan bodoh dan tak memiliki ilmu apa-apa di sekolah, nilai semua mata pelajaran turun dengan pesat, ia berpikir bahwa semua biaya yang dikeluarkan oleh kedua orang tuanya selama ini bukanlah dari pekerjaan yang tulus dan jujur.    Melainkan dari sebuah permainan semu di meja judi, yang pastinya perbuatan itu dianggap salah besar di mata semua orang bahkan agama.    Semua rasa sakit hatinya justru ia lampiaskan kepada pergaulan bebas dan semua hal yang buruk ia la
Read more
Part 6, Menyalakan Api Kemarahan
Merasa bahwa Siska sudah tidak bisa lagi diberi nasehat, Bu Tuti memutuskan untuk memanggil orang tua Siska via pesan yang dikirimkan kepada Mami Salwa.    Sementara Siska yang memang tak ingin berangkat sekolah lagi, memutuskan untuk menghabiskan waktunya di dalam kamar, bermain musik, karaokean, bahkan makan dan minum pun ia lakukan di dalam kamar. Di meja makan, Mami Salwa mengatakan kepada Papi Hardi bahwa pagi ini ia harus menemui kepala sekolah terlebih dahulu, sebelum berangkat ke kantor untuk menyelesaikan sebagaian masalah yang tak kunjung selesai.    "Pi, Mami mau ke sekolah Siska dulu, Mami diminta untuk menemui kepala sekolah," kata Mami Salwa sambil memasukkan makanan kedalam mulutnya.   "Tumben? Ada apa, Mi?" tanya Papi Hardi menatap istrinya dan mengambil air minum yang ada di sebelah kanannya.    "Mami juga nggak faham si, tapi pagi ini Mami har
Read more
Part 7, Pergi Dari Rumah
Karena merasa sangat tertekan di dalam rumah, yang sama sekali tak mendukung pertumbuhannya dan pola pikirnya, membuat Siska memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah tanpa diketahui oleh siapapun yang tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing itu.    Siska pun memilih malam hari untuk bisa keluar dari rumah, menunggu sampai keadaan terasa hening dan sepi. Setelah merasa aman Siska pun mengendap-endap menuruni anak tangga dengan perlahan berharap tak akan ada orang yang mengetahuinya.   Berbekalkan tas kecil yang ia bawa dan beberapa lembar uang, membuat Siska benar-benar nekat memutuskan untuk pergi dari rumah meninggalkan keluarga yang selama ini menjadi pelindung dan penaungnya di rumah.    Namun, meskipun begitu Siska sama sekali tidak merasa bahwa mereka benar-benar melindungi dirinya, justru yang Siska rasakan hanyalah kesibukan dan waktu terbuang dengan sia-sia di luar rumah, ta
Read more
Part 8, Dunia Malam
 #Beberapa Minggu Kemudian# Kepergian Siska dari rumah membawanya kedunia baru yang lebih bebas dari sebelumnya, Runi yang memang sudah menjadi wanita malam tanpa sepengetahuan Siska itu pun memberikan makan dan tempat tinggal untuk Siksa dari hasilnya bekerja di salah satu bar yang tidak jauh dari kontrakan mereka.    Sementara kebebasan Siska tidak sebanding dengan kebebasan Runi, Runi masih merahasiakan pekerjaannya sebagai wanita malam, Siska hanya bermain-main di malam hari bersama beberapa anak kontrakan yang bernasib sama seperti dirinya.    Sementara saat itulah, Runi pergi meninggalkan Siska dan mulai bekerja sebagai wanita penghibur sampai pukul dua belas malam. Kegiatan Runi yang masih baru beberapa hari itu berjalan dengan lancar, Runi pun sudah mendapatkan uang muka dari atasannya karena sudah berhasil menggait beberapa laki-laki hidung belang dalam waktu semalam. 
Read more
Part 9, Rahasia
 Setelah selesai mengerjakan tugasnya, Runi pun memutuskan untuk segera pulang karena waktu sudah menunjukkan pukul dua pagi dini hari, rasa kantuk dan lelahnya membuat Runi tak mampu menyeimbangi tubuhnya yang berjalan menyusuri jalan.   Runi tak menyadari bahwa Dimas yang sejak tadi menunggunya di persimpangan jalan, saat melihat Runi melintas di hadapannya, Dimas pun berlari menghampiri dan menyapa Runi.   "Dimas, kok Lo masih di sini, si?" tanya Runi yang membuka kedua matanya lebih lebar.   "Ya, Gue sengaja nungguin Lo di sini," sahut Dimas melempar senyum.    "Untuk apa Lo nungguin Gue, eh ini tu udah malam kali, harusnya Lo itu bobok cantik di rumah!" sahut Runi yang melempar senyum kepada Dimas.    "Hahaha, Lo lucu ya, Lo bilang jam segini waktunya bobok cantik di rumah, sementara Lo sendiri baru keluar tu dari tem
Read more
Part 10, Kurang Vesion
Karena merasa bahwa mentari pagi cukup membuat Runi dan Siska merasa ingin keluar untuk berolahraga, mereka pun akhirnya memutuskan untuk mengganti baju tidur mereka dengan pakaian olahraga.    "Sis, ayo kita berangkat. Mumpung masih pagi, nih," ajak Runi yang sudah merasa siap dan menunggu di depan pintu kontrakan.    "Iya, tunggu sebentar! Gue lagi ngiket rambut, nih." jawab Siska yang masih berdiri di depan cermin.    Runi tak menghiraukan ucapan Siska, ia memilih untuk berjalan lebih dulu karena sudah tidak sabar menikmati pagi yang baru pertama kali ia rasakan.    "Coba aja, Gue nggak terjebak di pekerjaan malam seperti ini, mungkin hari-hari Gue masih bisa Gue nikmatin dengan lebih indah dari pada mentari pagi ini."    Ungkap Runi dengan gerakan langkah kakinya yang ia ayunkan, tak lama kemudian Siksa pun menyusul Runi yang sudah berjalan lebih dulu
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status