Semua Bab Catatan Si Boi: Bab 71 - Bab 80
118 Bab
BAB 71. Pesan Terakhir Galang
Ruang sidang perceraian biasanya tidak ramai. Tidak ada yang terlalu peduli dengan keadaan rumah tangga dari pasangan suami istri, kecuali jika mereka keluarga dekat atau artis terkenal. Demikian juga sidang kasus perceraianku. Hanya ada aku, suamiku, hakim dan pengacara yang aku tunjuk untuk mewakili.Dalam keadaan hening itu, kata-kata Galang terdengar jelas. Maksudnya pun mudah dimengerti. Dia menuduhku rela menukar Nana dengan sebagian harta miliknya. Tuduhan itu sangat menyakitkan. Dan yang paling menyakitkan adalah karena tuduhan itu memang benar adanya. Meski aku berusaha sekuat hati, akhirnya aku tak bisa membendung air mata lagi.Walau Galang mengatakan itu untuk menjawab pertanyaan pengacara, dia melakukannya sambil menatap ke arahku. Pandangannya tajam, menusuk ke dalam hatiku yang tersakiti. Aku tak menyangka Galang tega mengutarakan kenyataan itu.
Baca selengkapnya
BAB 72. Sang CEO Turun Tahta
Setelah itu dia pergi, meninggalkan aku sendiri dengan perasaan campur aduk yang tak bisa dimengerti. Lama aku termenung memikirkannya. Aku baru sadar saat pengacara masuk dan menegurku."Selamat Nyonya, keinginan Anda terwujud. Ngomong-ngomong, berapa nilai kekayaan yang Anda dapat darinya?""Cukup besar." jawabku. "Bahkan komisi untukmu saja cukup untuk kau gunakan membeli mobil baru."Mendengar itu pengacaraku tersenyum sangat lebar. Dia berjanji akan mengurus segalanya. Aku hanya perlu duduk diam dan membubuhkan tanda tangan saat diperlukan.Pengacara itu menepati janjinya. Dia yang mengurus seluruh perlengkapan administrasi sampai surat keputusan perceraian diterbitkan. Setelah itu dia melakukan pemeriksaan terhadap harta kekayaan yang Galang miliki.
Baca selengkapnya
BAB 73. Kelompok Sosialita
Matahari sudah semakin tinggi. Jalan di luar gedung kantor juga makin ramai. Aku bisa melihat kesibukan Jakarta dengan jangkauan yang luas karena aku berada di lantai paling atas. Aku kini bekerja di ruang direktur utama, karena kini aku lah sang CEO.Sudah dua hari Galang tidak lagi masuk kantor. Terakhir kali dia datang, tujuannya hanya untuk menyerahkan mobil dan kunci rumah dinas. Setelah itu dia pergi entah ke mana. Membawa semua barang-barang yang dimiliki. Membawa Nana, anakku.Setelah Galang pergi, aku langsung menempati rumah dinas yang disediakan untuk direktur utama. Selain untuk menguatkan posisiku di mata karyawan, aku juga ingin menghindari mama. Mama tidak suka aku bercerai. Katanya itu hal terbodoh yang pernah aku lakukan. Meski mama percaya dengan kebohongan yang aku karang, dia tetap membela mantan suamiku. Pasti Galang menyesal dan tidak akan
Baca selengkapnya
BAB 74. Rasa yang Hilang
Acara party diadakan di sebuah klub malam terkenal di kawasan Jakarta Selatan. Untuk memeriahkan acara, DJ paling terkenal di ibukota dihadirkan. Para undangan yang kebanyakan wanita muda sepertiku turun ke floor untuk menikmati musik yang diputar sang DJ. Salah satu anggota kelompok mengajakku ke sana. Karena tak tahu mau melakukan apa, aku terima tawarannya.Aku mencoba menari mengikuti musik, tapi aku malah merasa melakukan gerakan bodoh. Bahkan aku merasa lebih baik saat melakukan gerakan menari untuk persiapan abang none dibanding gerakanku sekarang. Padahal waktu itu aku banyak melakukan kesalahan. Setidaknya gerakanku berpola, tidak seperti saat ini.Akhirnya aku memutuskan untuk keluar dari floor. Aku lalu mencari tempat duduk di bar. Seorang bartender lalu menawarkan minuman. Aku meminta air putih. Pria itu langsung terkejut dan bertanya.
Baca selengkapnya
BAB 75. Ada Hana di Foto Keluargaku
Matahari baru berada setinggi tombak. Di waktu ini pada tiga hari terakhir, aku masih berada di peraduan. Tapi pagi ini aku sudah terjaga. Bahkan aku sudah mandi dan berpakaian rapi. Mama memang benar, anak bisa memberi sang ibu semangat baru. Aku sudah bersiap karena menunggu seseorang. Orang yang akan kutugaskan mencari anakku. Detektif Parkin orang yang sangat efisien. Aku yakin dia akan datang tepat waktu. Dia sudah menjadi detektif kepercayaan perusahaan selama belasan tahun. Kini jasanya kembali diperlukan. Sebenarnya aku tahu rumahnya bahkan pernah ke sana. Tapi karena aku direktur utama, sudah sepantasnya dia yang datang menemuiku. Kini jam menunjukkan pukul delapan tepat. Pasti sebentar lagi dia datang. Benar saja, selang beberapa lama aku mendengar pintu diketuk. Aku kemudian bergegas membukanya. "Selam
Baca selengkapnya
BAB 76. Untukmu Nana
Sepanjang perjalanan menuju Geger Kalong aku memikirkan alasan yang akan aku kemukakan pada Galang perihal kedatanganku. Tapi sampai separuh perjalanan kulalui, aku tidak juga menemukan alasan yang masuk akal. Akhirnya aku menyerah, aku akan mengatakan yang sebenarnya atau aku juga bisa diam saja. Dan setelah kupikir-pikir, Galang bukan orang yang suka bertanya apalagi dengan pertanyaan yang bisa membuat gusar. Dia orang yang sangat perhatian, salah satu sifat suami idaman. Dan aku justru memintanya menceraikanku. Sebentar lagi aku akan tiba di Geger Kalong. Jantungku berdebar-debar layaknya remaja yang akan mendatangi kencan pertamanya. Aku belum pernah datang ke sini, tapi sopirku sudah beberapa kali mengunjunginya sehingga sudah hapal jalan ke sana. Bahkan dia bisa mengira di mana tempat Galang bekerja saat kutunjukkan foto yang diberikan Detektif Parkin padaku.
Baca selengkapnya
BAB 77. Kado untuk Papa
Udara pagi yang cerah menjadi magnet bagi warga Jakarta untuk berolahraga. Akibatnya gelanggang olahraga yang terletak di pusat ibukota ini penuh sesak. Tua, muda, lelaki maupun perempuan sedang berlari-lari kecil atau sekedar jalan santai di area ini. Tidak sedikit juga yang membawa balita. Dan aku salah satunya.Sejak menjadi keluarga yang utuh lagi, kami sering menyempatkan diri untuk berkumpul bersama. Acaranya bisa apa saja, yang penting bisa dinikmati oleh kami bertiga. Nana sedang suka berlari-larian, jadi kami memilih olahraga. Dan karena Galang sudah melakukan tugas sebagai CEO lagi, waktu favorit kami adalah akhir pekan.Kami mencari lokasi yang sepi kendaraan lalu lalang sehingga Nana bisa aman berlarian. Galang baru saja menyelesaikan putaran kelima. Sedang aku, karena tidak suka olahraga, hanya duduk memandangi mereka. Setelah selesai joging Galang
Baca selengkapnya
BAB 78. Muslihat Penjaga Toko Buku
Ini adalah BAB ekstra dari bagian kedua. Kisahnya terjadi sehari sebelum kedatangan Sisca di Pesantren Geger Kalong.÷÷÷÷÷÷÷÷Waktu istirahat siang sudah selesai. Toko-toko di pesantren Geger Kalong sudah kembali buka. Termasuk toko buku dekat tempat parkir. Sang penjaga juga sudah kembali.Dia sedang membaca saat ada ketukan di pintu tokonya. Wajahnya langsung berpaling ke arah suara ketukan."Detektif Parkin, silahkan masuk. Ada angin apa sampai Anda datang ke sini? biasanya saya bertemu dengan Anda di rumah papa." tanya sang penjaga."Bukan angin yang membawa saya, tapi tugas dari seorang wanita." jawab Detektif Parkin.Sang penjaga mengerutkan kening. Detektif
Baca selengkapnya
BAB 79. Putusan Pengadilan
Akhir pekan bagi wanita karir adalah waktu yang dinanti. Tak ada tuntutan  pekerjaan yang membosankan. Biasanya wanita karir yang masih single saat ini sedang berkumpul dengan teman-temannya atau hanya bersantai di rumah. Aku termasuk kelompok yang kedua. Biasanya saat ini aku sedang bersantai di rumah.Hari ini agak berbeda. Aku menemani atasanku menyaksikan jalannya sidang kasus kecelakaan yang menimpanya. Tapi aku melakukan semua ini bukan karena tuntutan kerja. Aku melakukan dengan sukarela, karena bosku adalah pujaan hatiku. Dan kami sudah sering menjalani kegiatan bersama, jadi tidak ada salahnya aku menemani di peristiwa penting ini.Suasana ruang sidang hening karena hakim sedang membacakan keputusan. Semua yang hadir ingin mendengar dengan jelas apa keputusan hakim. Aku melirik sekilas ke deretan kursi di seberang sana. Di sana duduk keluarga terd
Baca selengkapnya
BAB 80. Kejutan Ahmad Mustofa
Cluster tempat rumah dinas pimpinan perusahaan biasanya sepi. Apalagi pada siang di hari kerja. Meski ini hari terakhir bekerja karena esok sudah akhir pekan, para petinggi perusahaan biasanya masih berada di kantor. Kecuali Galang kekasihku. Dia memiliki kebiasaan unik. Dia pergi ke Bandung pada Kamis siang dan kembali esoknya. Karena itu aku memilih hari Jum'at untuk memberi kejutan untuknya. Sebentar lagi pasti dia akan tiba di rumah dinasnya ini. Aku telah mendapat info dari orang tuanya bahwa Galang sudah lulus kuliah. Ini harus dirayakan, karena itu kami berkumpul di sini. "Maaf Bu, apakah Ibu yakin tidak salah menulis nama? kenapa ucapan selamat diberikan pada Ahmad Mustofa?" tanya salah seorang anak buahku. Aku tersenyum mendengar pertanyaan itu. Tapi butuh waktu untuk menjelaskannya. Jadi aku hanya berusaha meyakinkan karyawan itu. "Tidak, memang yang lulus adalah Ahmad Mustofa. Pak Galang menggunakan nama itu saat mendaftar kuliah d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status