All Chapters of LELAKI YANG TERKHIANATI: Chapter 11 - Chapter 20
80 Chapters
11
Sebuah truk besar bermuatan penuh datang tepat setelah Tarno mengajukan pertanyaan tentang suami dan anak Lastri.“Truknya sudah datang. Mas Samsul tolong pindahkan ke gudang ya, seperti biasa. Sekalian ajak Mas Tarno dan ajarkan pekerjaan apa saja yang harus dikerjakan nanti.” Lastri memberikan perintah dengan lembut namun cukup tegas.Ekspresi murung Lastri dan kode yang diberikan Samsul membuat Tarno penasaran tentang apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi Lastri yang langsung mengalihkan pembicaraan sebelumnya tanpa menjawab pertanyaan yang ia ajukan.Tarno terlihat kebingungan namun segera memahami situasi dengan cepat. Ia memilih diam dan menahan rasa penasaran di dalam hatinya. Saat waktunya sudah tepat hal itu akan ditanyakan lagi pada Samsul.“Baik, Bu Lastri. Ayo, Mas, kita pindahkan sekarang.” Samsul menyentuh lengan Tarno pelan.Tarno mengangguk dan mengikuti Samsul sudah berjalan keluar toko, menuju truk yang mula
Read more
12
Tarno mengangguk pelan. Ia kembali terkenang dengan masa sekolahnya.Susanto Wicaksono yang akrab dipanggil Santo adalah teman sebangku Tarno, sekaligus sahabat dekatnya. Mereka sangat akrab dan selalu berdua ke mana-mana.Tarno berkenalan dengan Santo saat pendaftaran murid baru dan semakin dekat setelah mengetahui mereka menjadi teman sekelas.Tarno sering menginap di rumah Santo. Begitu pula sebaliknya, Santo juga pernah menginap di rumah Tarno beberapa kali. Orang tua Santo bahkan sudah menganggap Tarno seperti anaknya sendiri dan memperlakukannya sama seperti mereka memperlakukan Santo.Santo yang merupakan anak tunggal sering kali merasa kesepian di rumah saat orang tuanya bekerja. Karena itu ia sering mengajak Tarno untuk menginap di rumahnya. Atau bergantian tidur di rumah sahabatnya.Setelah Ayahnya meninggal, Tarno pindah kembali ke kampung halaman ibunya. Ia tidak sempat berpamitan kepada siapa pun saat pindah termasuk pada Lastri dan Sa
Read more
13
Tak terasa sudah dua minggu Tarno bekerja di toko bahan bangunan milik Lastri. Ia sudah beradaptasi dengan baik semua kegiatan dan rutinitas di toko. Tubuhnya bahkan sudah tidak merasa pegal-pegal lagi saat malam hari atau keesokan harinya meskipun ia mengangkut bahan-bahan material yang berat dan banyak.Tarno semakin akrab dengan pekerja lain dan mulai paham dengan karakter masing-masing. Anto yang periang dan suka berbicara. Arif yang pendiam namun sekali berucap kata-katanya selalu jujur meskipun kadang menyakitkan. Topa yang sangat rajin bekerja dan tidak bisa diam. Selalu bergerak untuk membereskan barang-barang yang tidak tertata rapi setelah kedatangan pembeli.Sedangkan Wina, yang berada di kasir adalah pribadi yang riang dan ceria. Suka melontarkan gurauan dan rayuan pada pekerja lain. Bahkan Tarno, yang masih pekerja baru. Sesekali Wina menggoda Tarno yang tampak malu-malu dan hanya tersenyum saat mendengar rayuan dari wanita yang mengenakan kacamata tersebu
Read more
14
[Dasar pembohong! Bukankah kemarin sudah sepakat akan memberikan nafkah satu juta perbulan untuk anak-anak. Kenapa tidak ada kiriman uang sampai sekarang? Aku sudah bersabar sampai kemarin tapi tetap tidak ada itikad baik darimu. Bahkan sekedar bertanya bagaimana kabar anak-anak. Apakah kamu mau melupakan tanggung jawab sekarang?] Tarno membuka matanya lebar-lebar. Emosinya langsung terpancing membaca pesan yang dikirim Susanti. Dibantingnya ponsel itu ke kasur. Lalu kedua tangannya mengusap wajah dengan kasar. Tarno duduk di tepi kasur dengan berpangku tangan. Setelah menarik nafas dalam ia mengambil ponselnya kembali lalu mengetik sebuah pesan balasan. [Y] Tarno memijit tombol kirim. Dalam waktu singkat tanda centang dua itu berubah warna biru. Terlihat Susanti sedang mengetik sesuatu. Tarno menunggu dengan sabar untuk melihat apa yang akan dikatakan Susanti kali ini. Ia memang sengaja tidak mengirim uang untuk Susanti bulan ini meskipun sudah mener
Read more
15
Wina dan Lastri tampak kaget mendengar jawaban Tarno barusan. Sementara Tarno menundukkan kepalanya tidak berani menatap kedua wanita yang ada di depannya. Ia merasa seperti seseorang yang sedang disidang karena telah melakukan kesalahan sekarang. “Sidang perceraian? Siapa yang cerai? Kamu, Mas?” tanya Wina. Tarno hanya mengangguk pelan. “Kenapa cerai, Mas?” tanya Wina penasaran. Lastri menyenggol pelan lengan Wina. “Husst, Kepo.” “Eh iya. Maaf ya, Mas. Hahaha. Soalnya Aku juga pernah menjalani sidang perceraian seperti Kamu. Jadi nggak usah malu. Kalau bingung dan perlu teman curhat atau mau tanya-tanya bisa tanya ke aku.” Wina terlihat cengengesan setelah diperingatkan oleh Lastri. “Malah modus. Iya, nggak papa, Mas. Besok Aku izinkan,” ucap Lastri dengan senyum lembut. Tarno mengangguk, “Terima kasih, Bu Lastri.” Tarno pergi secepat yang ia bisa. Saat berjalan keluar toko ia masih bisa mendengar perkataan ked
Read more
16
Samsul sampai melongo mendengar pertanyaan Wina yang lebih mirip orang marah daripada bertanya. Lastri sampai menyenggol lengan Wina untuk menyadarkannya. Wina yang merasa trauma dengan perceraiannya karena perselingkuhan suaminya, refleks bertanya bak wartawan yang sedang melakukan wawancara. Semua perkataan yang muncul dalam pikirannya langsung ia keluarkan tanpa jeda sedetik pun. “Eh ... Maaf, Mas. Aku terbawa emosi tiap mendengar kata perselingkuhan,” ucap Wina setelah sadar. “Iya, nggak papa, Mbak,” jawab Samsul. “Jadi bagaimana ceritanya, Mas? Siapa yang selingkuh? Mas Tarno atau istrinya?” tanya Wina lagi. Rasa penasarannya benar-benar tidak terbendung. Meronta-ronta dalam pikirannya meminta untuk dilepaskan. “Sebenarnya Aku nggak enak sama Mas Tarno, karena itu masalah pribadinya. Tapi daripada Mbak Wina menduga yang tidak-tidak akan kuberitahukan saja.” “Iya, iya. Mas Tarno pasti paham kok. Dia nggak akan marah sama ka
Read more
17
Sesuai dengan perkataan Lastri kemarin pada Wina, hari ini ia berniat mengumpulkan seluruh pekerja di tokonya untuk menyampaikan sesuatu. Saat toko sepi dan belum ada pembeli yang datang, Lastri menyuruh Wina untuk memanggil seluruh pekerja. Setelah semua berkumpul, Lastri segera mengawali pembicaraan tanpa menunggu lama. “Pasti kalian bertanya-tanya dengan apa yang akan kusampaikan. Bukan, ini bukan masalah kenaikan gaji. Tapi ada hal lain.” Lastri memandang Wina yang langsung memasang wajah kecewa saat mendengar perkataan pemilik toko tempatnya bekerja. “Jadi, selama beberapa bulan ini Aku berencana untuk membuka toko mebel. Nah sebelum pembukaan tentunya banyak hal yang perlu dipersiapkan. Dan untuk itu Aku membutuhkan seseorang yang bisa mengantarku dan membantuku mempersiapkan segala sesuatunya. Termasuk mengantarkanku yang sibuk pergi kesana kemari. Karena itu Aku membutuhkan seseorang yang bisa mengendarai mobil. Adakah yang bisa, selain Mas Anto? Kare
Read more
18
“Sebenarnya selama seminggu ini, Aku tidak diberi uang saku. Katanya ibu tidak punya uang. Karena itu ia jualan gorengan di depan rumah saat sore hari.” Dila menunduk dan memainkan ujung kakinya. Tidak berani memandang ayahnya.Tarno sangat kaget mendengar penuturan putri sulungnya. Jika benar yang Dila katakan berarti uang tabungan Susanti telah habis. Bahkan ia sampai berjualan gorengan.Saat menjemput anak-anak tadi, Tarno melihat sebuah meja panjang yang ditaruh di halaman. Meja kayu jati yang dulu diletakkan di dapur itu penuh dengan bekas minyak di beberapa sudut. Ia sempat bertanya-tanya kenapa meja itu dikeluarkan di halaman. Ternyata meja itu digunakan oleh Susanti untuk berjualan.Tarno pikir uang dalam rekening yang dibawa Susanti masih banyak. Ia terakhir kali melihat jumlah saldo dalam rekening tersebut sekitar setahun lalu. Waktu itu jumlah yang terkumpul sudah lumayan banyak. Cukup untuk membeli dua buah motor baru. Karena itu Tarno me
Read more
19
Tarno berkendara dengan kecepatan tinggi. Ia membayangkan senyum kedua putrinya untuk meredakan emosinya yang sempat meledak saat Joko mengajaknya berbicara tadi. Ia tahu lelaki itu sengaja memanas-manasinya dengan mengatakan hal tersebut. Dan sialnya, Tarno tetap terpancing meskipun ia sudah mengetahui niatnya. Hati dan perasaan adalah sesuatu yang sulit dikendalikan. Terkadang otak bisa mengatakan tidak namun tidak dengan hati. Tarno mencoba untuk tetap fokus. Ia tidak mau kejadian dulu terulang lagi. Menuruti emosi hanya akan membuatnya rugi. Ditariknya nafas dalam-dalam, mencoba meraup oksigen sebanyak mungkin lalu dihembuskannya dengan pelan. Dikuranginya laju motornya lalu berhenti saat ia melihat penjual es degan. Ia turun dari motor dan memesan segelas es degan. Segera diteguknya es degan yang baru saja diterimanya hingga tandas. Setelah itu ia duduk sembari melihat kendaraan yang lalu lalang di depannya. Setelah tenang, ia membayar es degan y
Read more
20
Joko yang baru pulang dari sawah langsung mengambil ponselnya yang berdering dari atas lemari. Tertulis nama Susanti di layar sedang menghubunginya.“Halo,” jawab Joko setelah menekan gambar gagang telepon berwarna hijau.“Mas, tolong Aku ... Sepertinya Aku keguguran ....” Suara Susanti terdengar lirih di telinganya.Joko mendengar Susanti menghela nafasnya seperti orang yang sedang menahan kesakitan.“Tunggu sebentar. Aku segera ke sana sekarang.” Joko mematikan panggilan telepon.Dengan terburu-buru, Joko berjalan ke kamar mandi. Membersihkan diri dan membasuh tubuhnya dalam waktu singkat. Setelah berpakaian rapi, ia mengambil kunci motor yang tergantung di dinding. Lalu melesat dengan cepat ke rumah Susanti dengan mengendarai motor ninja kesayangannya. Susanti masih duduk dengan memegangi perutnya yang terasa semakin sakit. Wajahnya terlihat pucat dan setetes keringat mengalir dari keningn
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status