“Apa! Hamil?” Bu Ratih mengguncang bahu anak permpuannya keras. Dengan wajah kusut masai Rindi sama sekali tak bereaksi. Membiarkan badannya terantuk-antuk ke depan dan belakang. Perutnya kembali bergejolak. Dengan lemah melepaskan diri dari pegangan ibunya berlari ke arah wastafel. “Hueeekk!!” “Ya ampun, Rindi!” Sang mama kembali memekik gemas. “Kamu gimana sih, belum bisa kuliah dan sukses, status istri yang dimadu, malah sekarang hamil. Pinter banget sih kamu jadi perempuan?” Bu Ratih terus merutuk kesal. “Sudahlah, Ma … mau gimana lagi? Hueekk!” “Kamu saja yang bodoh!” Bu Ratih mendelik menatap suaminya yang ikut campur masalah perempuan. “Apa sih maksudmu, Mas?” “Kau jaga anakmu itu. Tak perlu kuliah susah-susah dia sudah sukses mengandung keturunan Pratama. Menantu kita itu anak tunggal otomatis pewaris hartanya nanti adalah cucu kita,” kata ayah Rindi sambil menepuk dada bangga. “Ya ampun kamu benar sekali, Mas. Aku tak mikir sampai ke situ.” Mata Bu Ratih berb
Last Updated : 2021-11-09 Read more