Suami Mudaku

Suami Mudaku

Oleh:  Wening  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
28 Peringkat
128Bab
9.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Enjang Wuni Safitri. Seorang janda yang harus berjuang keras menjadi singgle mom untuk dua anaknya. Harinya kemudian jungkir balik penuh warna merah muda ketika seorang sholih yang sukses di usia muda melamarnya. Keputusan menerima Pramudya Dio Pratama seorang pengusaha muda di bidang kuliner membuatnya dilema karena harus memikirkan keturunan keluarga Pratama sementara dirinya terlalu tua untuk mengandung.

Lihat lebih banyak
Suami Mudaku Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
eboll eboll
cerita nya sangat bagus saya suka cerita ini.
2023-04-26 18:15:42
1
user avatar
Najwa
lama baru up mbak Bagus bangat ceritanya
2022-03-16 19:00:21
1
user avatar
Yetik Setianingsih
bagus bukunya
2021-12-31 23:09:43
4
user avatar
Yetik Setianingsih
kapan mau update lagi thor
2021-12-30 23:01:10
3
user avatar
CahyaGumilar79
ceritanya keren dan enak dibaca. Pokoknya bagus Kak.
2021-12-21 15:50:19
2
user avatar
Alamsyah
cerita yang menarik, ngalir gitu....
2021-12-06 14:33:00
2
user avatar
Rai Seika
Wah, Brownis nih ^^v Semangat Up untuk Author
2021-11-19 08:32:45
2
user avatar
Mama Gusvara
next tambahin intrik yg lebih greget yaa
2021-10-22 09:58:09
1
user avatar
Kikyo de Kira
Waw, ceritanya menarik
2021-10-15 15:40:33
1
user avatar
Wening
terima kasih dukungannya teman teman......
2021-10-14 12:41:37
1
user avatar
Asnafa
Semangat kak!
2021-09-28 18:46:23
1
user avatar
Radharmy RD
Semangat kak nulisnya lanjutin lagi, ceritanya seru
2021-09-25 22:48:41
1
user avatar
Naya Lim
keren banget kak cerita nya
2021-09-25 18:35:37
1
user avatar
Sarifah31
Semangat kakak
2021-09-25 10:42:59
1
user avatar
Ade Esriani
Keren ceritanya ...
2021-09-24 21:42:45
1
  • 1
  • 2
128 Bab
Pelengkap Bahagiaku
Mata ini sungguh berat. Beberapa malam susah terpejam hingga terpaksa aku memintanya pulang sekedar dapat menghidu khas keringatnya untuk mengantarku terlelap. Lebay. Itu benar tapi sungguh bukan kepura-puraan.  Rentang waktu yang teramat panjang kulalui penuh perjuangan dan kelelahan.  Menyerah untuk terus memasang tameng ‘tangguh’ sudah terjadi. Di sinilah akhirnya. Dalam pangkuan suami belia di usia tidak muda sebagai istri kedua Mas Dio. Aku baru saja merasa melayang setengah lelap ketika suara kecil memanggil. “Bunda.” “Sssttt.” Tepukan lembut kembali melenakanku. Lelap. Samar mulai kudengar lagi sebuah obrolan. Tak terlalu jelas  kukumpulkan keeping-keping kesadaran hingga kembali utuh. Mata tak lagi penat dan kepalaku di atas bantal. Reflek tangan ini meraba-raba. “Udah bangun?”  Senyu
Baca selengkapnya
Sedih dalam Bahagiaku
Dio. Bersamanya aku melupakan segala pahitnya hidup. Meski takdir mengirimnya menjadikanku pada posisi tak pernah terbayangkan. Berbagi suami. Namun aku bahagia. Tak ada sekat usia saat dia mencumbuku seperti saat ini. Tak peduli kata orang di luar sana, pun seseorang di luar kamar saat ini. Banyak drama sebelum kuputuskan menerimanya. Semula, jelas kuragukan niat baik itu. Janda tak muda beranak tiga bersama brondong tampan? Apa kata dunia? Namun, siapa yang tahu rahasia jodoh, rezeki dan mati? Akupun tak bisa menolak takdir indah ini. Syarat sulit yang kuajukan agar menikahi seorang gadis yang mau melakukan perjanjian pranikah, berisi siap dipoligami, tak membuatnya surut langkah. Tak menyangka dia akan dengan cepat mendapatkannya. Kami menikah setelah sebulan pernikahan pertamanya.   Aku merasa istimewa karena perlakuannya. Jiwaku bergejolak liar di dunia sempit kamar kami. Dia selalu tahu ca
Baca selengkapnya
Perpisahan
 Dulu Mas Marwan seorang yang gila kerja. Tidak bisa menghargai istri apa lagi berterima kasih saat dibantu banting tulang mencukupi kebutuhan keluarga. Pantang minta maaf dan mengaku salah. Terlebih kikir hingga akhirnya bahtera kandas meski telah dibangun selama lebih dari 15 tahun. Tiga anak tak membuatnya mau menurunkan ego dan menyayangi seorang istri yang mendampinginya sejak susah.Aku mundur setelah  mencoba bersabar, tapi justru mendapatkan tekanan berat saat diri berada di titik sangat lemah. Mengandung anaknya. “Tak perlu periksa kandungan segala buang duit!” “Mas! Ini anak ke tiga lho. Apa masih belum tahu cara merawat ibu hamil?” Sakit rasanya mendengar kalimat itu. Airmata sudah banjir di pipi. “Yang penting, kan tak ada keluhan,” katanya ngeyel. “Jadi tak mau mengurusku? Kembalikan aku ke orang tua saat bayi ini sudah lahir,&rd
Baca selengkapnya
Perpisahan 2
"Pakai uangmu dulu ya,”  kataku untuk menghindar dari memberikan uang nafkah. Bukan tanpa alasan. Sarah istriku itu punya tabungan banyak. Apapun di tangannya bisa jadi uang. Masakannya, barang yang dipakainya, kosmetiknya, semua dijadikan iklan. Bahkan saat dia main ke tetangga tangannya tak pernah kosong. Ada saja bawaan karena Sarah orang yang ringan tangannya untuk membantu siapa saja jika mampu. “Tapi, Mas ….” Aku sungguh sebal lihat mimik wajah yang selalu terlihat tak berdaya. Merasa terzolimi padahal makanan tak pernah kurang di meja makan. Ya meskipun bukan beli dari uangku kan sama saja sekeluarga tak pernah kekurangan. Itu saja intinya. Rumah kami cukup besar. Dua lantai dengan banyak kamar. Tak sedikit uang terkuras untuk membangunnya dulu. Seharusnya Sarah banyak bersyukur. Di lingkungan kami banyak orang masih mengontrak. “Kamu itu harusnya bersyukur,
Baca selengkapnya
Perpisahan 3
  “Istriku sangat boros. Uang berapa pun habis di tangannya. Kalau ada urusan dengan suaminya ini maka itu dipastikan hanya soal uang dan uang.” Begitu cerita Pak Marwan rekan kerjaku. Keprihatinanku bertambah tambah saat melihatnya berbusana lusuh. Pendapatannya bukan sedikit. Dirinya termasuk senior di kantor dengan bonus hampir sejumlah gaji bulananku. Jarang jajan, lebih senang makan siang di kaki lima ketimbang kantin kantor yang katanya lebih mahal. Padahal seharusnya Pak Marwan bisa makan setiap hari di resto favorite kalau memang ada niat. Rupanya masalah ada pada istrinya yang katanya boros. Mungkin tidak bisa mengatur keuangan. Menurut sang suami, Bu Enjang juga berpendidikan rendah. Aku mengenalnya saat ada family day di kantor. Penampilan Bu Enjang waktu itu tidak terlalu glamour tapi elegant menurutku. Busana muslim dengan jilbab panjang hingga ke bawah lutut yang lumaya
Baca selengkapnya
Cinta Pertama Bidadariku
Bau tanah basah sisa hujan semalam kuhidu kuat demi mengisi penuh paruku dengan sebanyak mungkin hawa segar pagi ini. Aku harus terus berusaha waras menghadapi segala rasa yang berperang dalam batin. Karamnya mahligaiku bersama Mas Marwan meninggalkan luka dalam bagi buah hati kami terutama Syifa. Bagaimanapun tak akan pernah kukotori hati putihnya dengan rasaku pada sang ayah. Demi mereka harus kukesampingkan sejauh mungkin ego yang bercokol di hati. Membenci mantan suamiku. “Mas kita harus kerja sama untuk menjaga hati Syifa. Biarkan dia ikut dulu bersamaku biarpun hak asuh ada padamu, “ pintaku sambil menangkup tangan memohon. “Sampai kapan.” “Enjang tidak tahu. Mungkin baik kalau Syifa mendapatkan apa yang dia ingin saja,” kataku ragu. Mendengar ucapanku percikan amarah berpendar dari mata yang dulu sangat kusukai karena begitu teduh. Sayang sekarang keteduhan
Baca selengkapnya
Berondong Tengil
“Begitu aja cantik apa lagi kalau ….” Dia menghentikan bualannya ketika kulirik tajam.   Saat ini kami sedang  berada di sebuah acara  pelatihan UMKM bersama mereka yang muda dan antusias mengikuti  jalannya acara. Apa lagi pembawa acaranya lucu dengan banyolan segar.   “Sukses cari materi, akan mudah sukses juga cari pasangan ya, tidak …!!?” Gemuruh tepuk tangan membahana.   Pemateri kali ini adalah seorang  pemuda tampan lagi mapan bernama Dio. Pengusaha  yang Berjaya di bidang kuliner di usia cenderung  muda. Bersahajanya di podium berbanding terbalik saat dirinya berada di luar. Tengilnya luar biasa.   Kami bertemu saat menawarkan produk minuman herbal yang coba kuproduksi belakangan ini. Karena dialah aku mengenal komunitas pelaku UMKM.   “Datang ke gedung serba guna. Aku juga di sana. Nanti kukirimkan jadwal harinya,” katanya wa
Baca selengkapnya
Bab 8
Pagi masih basah sisa hujan semalam saat sebuah motor masuk pagar halaman.Aku yang tengah memberi makan ayam di pekarangan samping jadi bergegas takut ada sesuatu yang penting. "Ada apa, Nak?" Tak sabar sampai duduk kucecar tanya. Sekarang bukan hari libur tapi putraku tiba-tiba datang ke rumah dengan penampilan dan gaya yang berbeda dari biasanya. Sungguh aku sangat khawatir dia terpengaruh pergaulan yang salah. "Assalamualaikum, Bunda." "Waalaikumusalam warahmatullah." Royyan nyengir menyadari tatapan intensku pada motor vixion yang dikendarainya. Seakan tahu tanda tanya besar di kepala ibunya. Aku tak pernah membelikan kendaraan apa lagi yang model begitu. Kendaraan khas anak muda. Mungkinkah Mas Marwan yang membelikannya? "Nanti kujelasin, Bun ... masuk yuk. Pasti udah ada sarapan enak," katanya sambil merangkulku masuk ke dalam. 
Baca selengkapnya
Bab 9
  Aku seperti tak mengenal anak sendiri. Serasa lingluing sekejab aku terduduk di kursi kayu dekat ibu berada. Wajah tua itu tampak sama terkejutnya denganku. Sedikit banyak beliau tahu permasalahanku dengan lelaki bernama Dio yang disebutkan cucunya.   "Tolong jangan diputus dulu ya, Bund ... Kami sudah kenal cukup lama. Om Dio Maha Santri di Pondok Royyan dulu. Jadi in sya Allah kenal baik dengan beliau. Motor itu hadiah karena Royyan mencapai target dari ustadz hanya Om Dio donaturnya."   Aku hanya melongo mendengar penjelasan putraku. Kuteliti wajah itu untuk mencari ketidak jujurannya tapi nihil. Kemarahan entah lenyap kemana, sekarang. Perlahan kugeser kursi mendekat padanya. Aku mencoba bicara dengan suara yang rendah.   "Tapi, Nak ... Om Dio itu terlalu muda buat bunda. Tak jauh lho selisih usia sama kamu," kataku sambil mengelus bahunya lembut.   Cara ini biasanya jarang gagal u
Baca selengkapnya
Bab 10
Tinggal di kampung kecil segala berita cepat sekali tersebar. Kabar aku dilamar brondong kaya jadi topic hangat di setiap persimpangan. "Kok ra isin wes tuek arep mbojo bujang." Begitu nyiyiran mereka mencibir. Aku cukup kebal menghadapi omongan tetangga. Sejak kepindahanku kembali ke rumah ini, rasanya tak ada yang lepas dari gunjingan. Status janda, anak-anak juga segala polahku dibahas. Punya banyak waktu mereka memantau hidup ini. Ma sya Allah, semoga tertempa sabarku. Hari ini dipastikan hidupku kembali viral di kampung penghasil ubi kayu ini. Pasalnya ketika matahari baru naik menghangatkan dinginnya cuaca, kampung Legok kedatangan tamu agung. Agung di sini identik dengan harta, ukuran derajat seseorang. "Mobile apik." Bisik-bisik mereka yang mengikuti sampai halaman dengan dalih menunjukan jalan. "Terima kasih ya, bapak-bapak sudah diantar," kata seorang ibu berbusana glam
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status