All Chapters of Cinta Dalam Perjodohan: Chapter 41 - Chapter 50
113 Chapters
Marah
Beberapa foto menyembul di antara kertas yang berserakan, memantik penasaran kedua netra Sayyidah. Terdapat foto dirinya dengan sang suami di pantai, ia ingat saat itu Abbas mentertawakannya karena pose foto yang manyun menghadap wajah suaminya. Masih banyak lagi foto-foto yang lainnya, saat mereka makan bersama di luar, saat di bromo dan lain-lain. Ternyata diam-diam Abbas selalu mengabadikan moment bersamanya, anehnya semua foto menggambarkan wajah Sayyidah yang manyun. Ada satu lagi yang berbeda dari foto yang lainnya, tangan Sayyidah segera menariknya untuk ia tatap lebih lekat. Gambar siluet foto bertanda 'keluarga bahagia' dengan beberapa nama yang sudah di tulis oleh yang punya, di antaranya Abi Abbas, Umi Sayyidah, sedangkan gambar dua bayi di pangkuan keduanya bertuliskan anak sholeh, sholehah. Sayyidah mendengus kesal melihatnya, seketika ia langsung merobek gambar itu. "Jangan harap akan ada k
Read more
Aku minta cerai!
Tidak ada mood baik yang bisa mendorong Sayyidah untuk mengerjakan tugas kuliah, iapun tak ingin melakukan apa-apa selama emosinya masih memanas.Sayyidah meraih gawainya di atas nakas.Ia merayapkan jarinya membuka status yang di buat teman-teman dalam kontak ruang percakapan.Muncul nama Sofyan pada deretan paling atas. Ia klik begitu saja, seketika menampakkan wajah Sofyan yang terlihat dari samping, hidung mancung dan bibir yang seksi terlihat menggoda dengan baju pantai yang di biarkan terbuka di bagian dada.Caption di bawahnya tertulis 'Holiday in Bali'."Kok nggak sama Rani? Bukannya semalem dia sama kamu?" Sayyidah merutuki layar ponselnya sendiri, lalu ia mengirim balasan pada status itu.Sayyidah[Liburan kok nggak ngajak Sof?]send.Satu menit berlalu gawainya langsung memberikan notifikasi pesan.Sofyan.[Maaf sayang ini urusan bisnisnya papi, jadi gue
Read more
Surat dari Abbas
Keesokan harinya Setelah berkemas, Abbas menuliskan sepucuk surat untuk Sayyidah.Lama ia menuangkan semua pesan dan perasaan kepada istrinya, ketika ujung penanya mencapai titik, ia lipat kertas itu lalu melenggangkan kaki dari ruangan perpustakaannya.Langkah kakinya berhenti di depan pintu kamar, rasa ingin membukanya timbul, tapi ia mengurungkan niat tersebut. Ia takut mengganggu istrinya, apalagi jika emosi Sayyidah belum padam, maka akan semakin runyam keadaan.Abbas menghempaskan nafasnya kasar."Aku tinggal dulu, ya?! Jaga diri baik-baik," ungkapnya sembari meraba pintu yang masih tertutup.Beberapa menit berlaluCEKLEKSayyidah membuka pintu kamarnya, sejurus kemudian ia merentangkan kedua tangannya ke atas, tak ketinggalan ia pun menguap beberapa kali seraya mengumpulkan kesadarannya kembali.Ia melirik jam di dinding yang menunjukan angka setengah del
Read more
Kabur dari asrama
"Tasya, lo tinggal berapa hari lagi di sini?" Sayyidah menatap sahabatnya yang terlihat menyiapkan minuman di sudut ruangan dapur."Paling dua hari lagi Say, besok gue ada lomba, besoknya lagi gue nyantai dulu lah di sini," terang Tasya."Yah cuman dua hari," keluh Sayyidah dalam hatinya."Sepupu lo nggak nganterin?" Tasya menyuguhkan es lemon tea kepadanya."Minum dulu!" perintahnya."Hhhhhh ... ng-ngak Tas," jawab Sayyidah gugup, ia langsung menyambar gelas di hadapannya dan meminumnya sampai tandas."Tasya, ajak gue jalan-jalan, ya?! Keliling kemana gitu!" tandasnya."Kemana?" Tasya mengernyitkan dahinya, ia tak menyangka setelah sekian lama baru berjumpa sahabatnya menjadi lebih excited."Ya kemana aja, gue pengen refreshing," ungkap Sayyidah, ia tatap pemandangan di balik jendela kamar hotel."Hahaha ... lo habis di kurung kaya burung apa gimana? Kaya baru keluar
Read more
Kebohongan Sofyan Terbongkar
Sayyidah beranjak dari kursi tunggu menanti Tasya keluar dari ruang ganti. "Tasya! Kamu hebat!" Berhambur memeluknya sembari mengucapkan selamat setelah sahabatnya berhasil memenangkan perlombaan. "Terima kasih Sayyidah, ini berkat dukungan lo juga," ucap Tasya. "Tasya!" pekik seorang wanita, sontak Sayyidah dan Tasya memeriksa asal suara. "Celine!" ucap mereka bersamaan.Sayyidah melebarkan bola matanya melihat tangan Celine bergelayut manja di lengan seorang pria. "Selamat, ya, Tasya! Gue bangga sama lo!" Celine menyambar Tasya dengan pelukan. "Lo langsung dari Bali?" tanya Tasya setelah terlepas dari pelukan Celine. "Iyalah, demi support sahabat, tapi Sayyidah juga dateng buat support lo, ya?!" Manik mata Celine menatap Sayyidah yang mematung di samping Tasya. "Lo dateng kesini buat liat perlombaan Tasya, Sayyidah? Salut banget sama lo, care banget sih?!" Memeluk tubuh Sayyidah yang dia
Read more
Abbas Kembali ke Asrama
Tiga hari berlaluHujan menghuyur di tengah kegelapan, suasana sepi, walaupun waktu masih menunjukkan angka sepuluh di pergelangan tangannya.Tok ... tok ... tok ..."Assalamuallaikum, Sayyidah?" Abbas meneriaki nama istrinya di depan pintu asrama, ia menunggu sahutan dari dalam. Namun, setelah menunggu selama tiga puluh menit  hasilnya tetap nihil. Ia putar gagang pintu yang ternyata tak terkunci.Abbas menerobos begitu saja pintu yang terbuka, perasaannya menjadi tak menentu. Ada apa dengan istriku?Ia terus menusuri setiap ruangan asrama yang ia tinggali."Sayyidah kamu di mana?” ujarnya dengan gusar.Abbas memeriksa ruang kamarnya sekali lagi, ia buka seisi lemari. Baju Sayyidah masih ada, tapi ada satu tumpuk baju yang kosong.Kembali Abbas telusuri, barangkali masih ada jejak yang Sayyidah tinggali."Tidak ada, semua bahan makanan yang aku ting
Read more
Teguran dari Zahra
"Bisa-bisanya kamu bilang maaf? Laki-laki seperti kamu bisa aja memaksaku  memberikan anak untukmu, tapi ...." Sayyidah mulai meragukan ucapannya sendiri.Dalam lubuk hatinya ia menyadari bahwa Abbas termasuk orang yang dapat di percaya dalam ucapannya, Abbas pun tak pernah memaksakan suatu hal yang di inginkannya.Ah! Jika di bandingkan dengan Sofyan, Abbas lebih baik pastinya."Uh! Apa sih? Nggak jelas banget aku ini." Sayyidah bangkit, lalu memukul kepala dengan kedua tangannya sendiri.Netranya melirik kembali ponsel yang berkedip, nama panggilannya sudah berganti Zahra.Segera ia raih benda pipih itu."Hai Za!""Assalamuallaikum Say," sapa Zahra.Sayyidah menghela nafasnya."Wa'allaikumussalam." Ia beranjak, langkah kakinya berhenti di depan jendela."Lo lagi di mana? Sama siapa?" cecar Zahra."Ya Allah Zahra ... baru telefon langsung nyerocos aja lo?!" Sayy
Read more
Cek Out Hotel
"Nak, kamu harus tau! Ketika kamu sudah bersuami maka ridho dan syurgamu ada pada suamimu! Ikuti dan patuhi apa kata suamimu nanti." Pesan Marwah saat Sayyidah mulai beranjak dewasa. "Sayang, jika kelak mamah tiada ... tolong bahagiakan mamah dengan amal baikmu, yah?! Do'akan mamah selalu, jadilah anak yang sholehah, ya, Sayang." Pesan dan nasehat Marwah terus terngiang dan berputar di otak Sayyidah. Ia sapu air mata di pipinya, lalu berpindah posisi duduk di sofa. Tangan Sayyidah terulur mengambil ponsel yang masih tergeletak di sana. Ia membuka galeri, lalu ia cari foto-foto kenangan bersama Marwah. "Mah, kalau Mamah bahagia Sayyidah sama Abbas ... Sayyidah bakal berusaha nerima kok, walaupun Sayyidah masih cinta sama Sofyan," ucap Sayyidah dengan sesenggukan. "Tapi Mah, Sayyidah belum bisa kembali ke Abbas. Sayyidah pengen bebas dulu Mah. Sayyidah nggak mau terkungkung hidup sama Abbas, punya anak ... Sayyidah belum siap
Read more
Pertolongan Abbas
Sayyidah menyangga kepalanya dengan kedua tangan. Waktu menunjukan pukul dua siang, cacing di perutnya sudah mulai keroncongan. Semua snack yang ia punya sudah habis sebagai penangkal lapar. Banyak orang berseliweran di lobby itu, adakalanya yang bolak-balik menatap Sayyidah dengan heran. Ia sudah berjam-jam duduk di situ, mungkin pikir mereka begitu. Seorang resepsionis berjalan menghampiri Sayyidah."Maaf Kak, ini sudah melebihi waktu cek out apakah mau di perpanjang?" tanyanya. Sayyidah segera berdiri dan seketika ia melambaikan tangannya."Tidak! Minta waktunya sebentar lagi, ya, Mba. Saya pasti akan mengurus administasi cek outnya," ujar Sayyidah dengan menghiba. "Ada yang bisa kami bantu Kak?" ucapnya lagi, sepertinya sang resepsionis mengerti ada hal yang tidak beres dengan customernya ini. "Maaf Mba, ponsel saya rusak. Saya tidak bisa menghubungi siapapun," ucap Sayyidah dengan ragu. "Silakan g
Read more
Pesan
"Sia-sia aja dia dateng ke sini, cuman mau ngerusak hari bahagiaku aja." Sayyidah mendengus kesal, sesekali ia melirik tubuh suaminya yang menunduk di bangku halte itu. "Ya Allah ... nelangsa banget hidupku, terlunta-lunta nggak jelas. Mah, Sayyidah butuh mamah, hiks ... hiks ... hiks." Air matanya berderai seraya menyisir jalanan yang berlalu-lalang kendaraan. Sayyidah melirik Abbas yang tampak berjalan mendekatinya, segera ia putar tubuhnya ke arah yang berlawanan. "Pergi! Jangan dekati aku! Jangan berharap aku sudi ikut denganmu!" ujarnya dengan sesenggukan. Tidak ada jawaban apapun dari suaminya, sontak ia berbalik menatap tubuh laki-laki berbadan tegap itu. Abbas berdiri di sampingnya sembari menyodorkan secarik kertas kepadanya.Sayyidah mendengus kesal, lalu balik memutar tubuhnya. Seketika Abbas menjatuhkan kertas itu ke pangkuan Sayyidah, lalu ia beranjak kembali meninggalkan istrinya.  
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status