Cinta Dalam Perjodohan

Cinta Dalam Perjodohan

Oleh:  Naily L  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
39 Peringkat
113Bab
26.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sayyidah terpaksa menikahi Abbas karena di jodohkan oleh orang tuanya. Padahal Sayyidah sama sekali tidak tertarik dengan Abbas yang menurutnya jauh dari tipe suami idalam. Laki-laki bergamis, pendiam, yatim piatu dan sangat biasa-biasa saja dengan kehidupan ekonomi yang menengah, tidak kaya, maupun tidak miskin. Lalu bagaimana Sayyidah bisa mencintai Abbas? Mau tau cerita lengkapnya? Yuk simak terus cerita Cinta Dalam Perjodohan, semoga suka dan bermanfaat buat kalian ya.

Lihat lebih banyak
Cinta Dalam Perjodohan Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Naeli L
teman-teman readers jangan lupa baca cerita terbaru aku yaa, berjudul "Wanita Tangguh"
2022-09-03 09:59:03
0
user avatar
Srie Anggie
up donk kaka,,,ceritanya bagus
2022-04-08 15:43:51
1
user avatar
Yde Pm
thor...tolong buat sisayyidah hamil..ama sofyan..biar.ada..karmanya tu orang...buat hidunye..hancur..wkwk
2022-03-08 08:06:56
1
user avatar
Sholihah
ceritanya bagus lanjut dongggggg
2022-02-20 13:08:04
1
user avatar
Araximendes
nggak menarik..,sisayidahnya..kok..kyak psk..ya..nggak ada harga dirinya..wkwk..,cuman diajak lewat..chat..mau..,and..sisayyidahnya..sekamar..ama laki2..lain..,
2022-02-20 07:52:36
0
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :CEWEK AGRESIF VS COWOK POLOS. kalian akan menemukan dari percintaan remaja sampai dewasa yang bakal bikin kita gemas sendiri, seru, ketawa ngakak bahkan geregetan dan terharu setelah beberapa tokoh bermunculan semua. Jangan lupa vote dan komen ya. Mksh.
2022-02-12 09:19:00
0
user avatar
icher
ceritanya mirip sekali dengan realita yang terjadi di kehidupan nyata.
2022-02-02 14:11:17
1
user avatar
Triwahyuni Triwahyuni
ceritanya menarik kak,, lanjut...
2022-02-01 12:15:36
1
user avatar
Chiko Ahmad
ceritanya menarik..
2022-01-31 22:57:13
1
user avatar
Ummu Salamah
is the best deh buat ustdzahku...semangat trs ustdzah, sukses selalu,good job...️
2022-01-31 06:55:40
1
user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-01-28 22:11:04
1
user avatar
Helminawati Pandia
Alurnya bikin penasaran Lanjut thor
2022-01-26 19:29:40
1
user avatar
Kusen Cor
sukses selalu kk ceritanya bagud
2022-01-25 09:51:58
1
user avatar
Cheezyweeze
Menarik ceritanya. Rekomen dah bener2 bagus
2022-01-23 18:03:56
1
user avatar
Aufa
semangat kak, lanjut terus...
2022-01-23 13:35:13
1
  • 1
  • 2
  • 3
113 Bab
Mimpi buruk lulus SMA
Setelah acara pengambilan hasil kelulusan. Marwah melajukan mobilnya dengan kencang. Sayyidah yang duduk di samping kemudi mendengkus kesal dengan sikap buru-buru mamahnya. Ia bahkan belum sempat foto-foto dengan temannya. Acara merayakan kelulusan di puncak 'pun gagal total. Lantaran Marwah tidak memberinya izin. "Sayang! Di rumah sudah ada yang menunggu mamah. Maafkan mamah ya, kalau jalannya agak kencang. Yang penting pakai sabuk pengaman biar aman," ucap Marwah tanpa menoleh, ia fokus dengan jalanan di depan. "Hmmm iya, Mah," jawab Sayyidah pelan, tetapi ucapannya masih bisa di dengar oleh Marwah. Setelah mobil memasuki pekarangan rumah. keduanya turun dan mendapati seorang laki-laki duduk di sebuah kursi yang terletak di samping pintu masuk. Dengan memakai sarung, atasannya kemeja koko putih panjang, di bagian kepala ada peci putih yang menutupinya. "Padahal masih terlihat muda, tetapi gaya berpakaiannya nggak keren. Ketinggalan zaman. Sa
Baca selengkapnya
Tinggal bersama
Atas perintah dari Marwah, Sayyidah segera membereskan tempat tidur dan  membersihkan tubuhnya di kamar mandi. "Mandi yang wangi dan pakai pakaian yang rapih, ya sayang! Biar terlihat mempesona di mata suamimu," goda Marwah dengan nada meledek. "Apaan sih, Mah!" Sayyidah mendengus kesal dan tak berminat sama sekali untuk menuruti perintah Marwah agar berpenampilan cantik di depan Abbas. Saat sower mengucur di kepala Sayyidah, pikirannya menerawang jauh mengingat kejadian semalam. "Apa yang terjadi denganku? Apa aku di mangsa oleh Abbas?" batin Sayyidah, ia tak terima jika itu terjadi.  Tapi seingat Sayyidah, ia hanya di tanya mengenai sekolahnya. Kemudian terlelap di pangkuan Abbas. Mungkin Abbas menggendongnya ke atas kasur sampai ia terbangun tadi. "Ah tidak!" teriak Sayyidah. Membayangkan hal yang tidak ia harapkan. Tangannya segera  menggosokan sabun keseluruh tubuh, tak ingin ada bekas sentuhan Abbas yang menempel
Baca selengkapnya
Adaptasi Dengan Kehidupan Baru
Selepas waktu subuh, Marwah mengantarkan kedua anaknya ke sebuah daerah yang cukup terpencil di Pasuruan, jauh dari kota Jakarta tempat tinggalnya. Marwah dan Sayyidah sangat menikmati udara segar yang mereka hirup. Sangat jauh berbeda dengan suasana kota dan polusi udara yang menyesakkan dada. Terlebih pemandangan alam pegunungan dan area pesawahan di samping asrama yang memanjakkan mata. Tak jauh dari tempat asrama yang Abbas tinggali, terlihat deretan gedung bertingkat tiga. Terdengar suara lantunan Al Quran dari sana. "Sofa sangat bijak memilih Abbas mendapatkan pendidikan di tempat ini, nyatanya tempat ini berhasil mencetak Abbas menjadi orang baik dan berakhlak." Marwah begitu iri dengan Sofa, karena ia tak bisa seperti Sofa dalam mendidik anaknya. Menyesal, tentu. Setidaknya Marwah telah memutuskan jalan hidup untuk Sayyidah saat ini. Dunia bisa di cari, tetapi akhirat siapa yang bisa menjamin bisa selamat, sedangkan kehidupan akhirat itu k
Baca selengkapnya
Ujian Rumah Tangga Pasti Ada
Satu bulan berlalu Sejak tinggal di asrama Abbas, Sayyidah  berdaptasi banyak hal. Dengan lingkungan baru, Sayyidah 'pun harus belajar kebiasaan baru. Abbas memberikan Sayyidah beberapa potong gamis yang harus ia pakai setiap hari. Dia hanya di perbolehkan memakai celana ketika di dalam asrama atau hanya untuk daleman ketika keluar. Lingkungan Abbas yang mengedepankan nilai-nilai agama memaksa Sayyidah untuk terbiasa, tidak seperti kehidupan sebelumnya yang bebas dan tanpa batas. Pukul enam pagi Abbas telah berpakaian rapi, gamis putih panjang berkerah, di lapisi jaket hitam, sedangkan kepalanya ia hiasi dengan peci putih. Ia duduk menyuapi mulutnya dengan bantuan sendok, lidah Abbas menyecap rasa dari kuah kuning bubur ayam yang ia buat sendiri sebelumnya.  Manik mata Abbas menatap Sayyidah keluar dari pintu kamar dengan muka bantal dan rambut yang acak-acakan. "Say, ayo makan!" Sayyidah tak menggubris aj
Baca selengkapnya
Permintaan Mamah
"Sudah dua hari Sayyidah mendiamkanku. Dia tak mau menatapku. Bahkan memalingkan pandangannya setiap berpapasan denganku. Bersama di bawah satu atap. Namun, rasanya seperti ada tirai yang menghalangi aku dengan istriku." "Aku sangat sedih, batinku tersiksa. Tapi aku harus lebih tabah dan sabar menghadapinya. Lagi pula tidak gampang baginya menerima segalanya dengan mudah. Ia butuh waktu dan menata hatinya." pikir Abbas dalam muhasabahnya. Saat azan subuh berkumandang, Sayyidah beranjak dari tempat tidur tanpa Abbas di sisinya. Abbas memilih tidur di perpustakaan kecil miliknya, menghindari penolakan Sayyidah yang membuat hatinya kecut. Sayyidah bergegas membersihkan tubuh dan keluar dari kamar mandi dengan gamis polos berwarna abu muda sebagai penutup tubuhnya. Ia menghadap cermin guna melihat wajahnya saat membalut pashmina plisket di kepala. Tidak ada riasan. Walaupun polos, pipi mulusnya menampilkan rona alami. Dering benda pip
Baca selengkapnya
Meninggalnya Marwah
Pesawat terbang meninggalkan pacuannya, air mata Sayyidah terjun bebas di pipi. "Rasanya baru sebentar,” ucap Sayyidah seraya menyeka air matanya."Semoga Mamah selamat sampai tujuan, aamiin," ucap Abbas."Aamiin.""Ayo kita balik ke asrama, Say!" Keesokan harinya  Tugas Sayyidah sebagai mahasiswa mulai menumpuk. Walaupun kuliah online, tapi tugas terus berjalan.  Ceklek! "Assalamuallaikum." Abbas memasuki kamar. "W*'allaikumussalam,” balas Sayyidah dengan tatapan jengah. Ia melihat jam masih menunjukkan pukul sebelas siang. Biasanya Abbas pulang sore, ini lebih awal dari biasanya. "Ada yang ketinggalan tadi pagi,” ujar Abbas lebih dulu melihat ekspresi penuh pertanyaan di wajah istrinya. Namun, sayangnya ia hanya diam seolah tak peduli.Abbas berjalan mendekati nakas. Benar saja map hijau tergeletak disana. Suara dering benda pipih di atas kasur mendorong tangan empunya untuk men
Baca selengkapnya
Di anggap sepupu
Abbas berjalan mengiringi langkah Sayyidah memasuki sebuah mall. "Bas, kamu nunggu aja, ya!" Sayyidah menghentikan langkahnya. "Ngga Sayyidah, aku mau menemanimu,” pinta Abbas. "Tapi Bas, pakaianmu ... udah ku suruh pakai celana aja, kenapa sih ngga mau?"  "Ngga papa Say, aku sudah terbiasa pakai sarung, ngga biasa pakai jeans seperti yang kamu suruh. Biarin orang mau nilai aku apa, yang penting aku jadi diri sendiri." "Ish! Keras kepala amat." gerutu Sayyidah.  "Dimana tempat teman kamu yang bernama Zahra?" Mengedarkan pandangannya. Merasa dirinya asing di tempat seperti ini, walaupun bukan pertama kalinya ia berkunjung ke mall. Bahkan dulu ketika libur dari pondok, uminya sering mengajaknya ke mall untuk berbelanja atau mencari kebutuhan saat persiapan berangkat ke pesantren.  Sangat jarang, alasannya tentu menghindari pemandangan aurot dari wanita yang memakai pakaian kurang bahan, menurutnya.
Baca selengkapnya
Kemarahan Abbas
Abbas duduk di belakang kemudi, melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Sayyidah berada di sampingnya. Keduanya diam tanpa sepatah katapun. Detik kemudian ... "Ada yang mau kamu jelasin?" tanya Abbas memecah keheningan. "Tidak ada," balas Sayyidah dengan malas. "Kalau pergi kemanapun harus tau waktu, waktunya sholat harus sholat. Jangan sampe di tinggal!" pesan Abbas, kepalanya menengok kepada lawan bicaranya. Sayyidah membuang wajahnya ke jalan, "Aku udah besar, tau mana yang benar-mana yang salah, tau depan-belakang, tau atas-bawah. Ngga usah kamu ngasih tau, aku juga sudah tau," sanggah Sayyidah dengan ketus. "Jaga pergaulan kamu Sayyidah, jangan sampe mama sedih di alam sana dengan keadaan kamu di sini!" "Aku tau," jawab Sayyidah dengan ekspresi kesal.  Abbas tak lagi membalas ucapan Sayyidah. Tak ada kata maaf sama sekali dari mulutnya, setelah mengatakan Abbas sebagai sepupu di depan
Baca selengkapnya
Ciuman pertama
Sayyidah dan Abbas masih menjalani hari-harinya di Jakarta. Demi menemani Sayyidah, Abbas rela meninggalkan tugas khidmah di ma'had dan perkuliahannya. Hati Sayyidah masih terpukul dengan kepergian Marwah, hari-harinya masih hampa tanpa semangat. Lepas sholat subuh, Sayyidah mengurungkan diri di dalam kamar. Sebagai suami, ia sendirilah yang mengerjakan pekerjaan rumah. Pukul tujuh pagi ia sudah selesai nyapu, ngepel dan menyiapkan sarapan untuknya dan Sayyidah. Ia berjalan membawakan makanan untuk Sayyidah ke dalam kamar.  Tubuh Sayyidah terbungkus oleh selimut, matanya terpejam, tapi mulutnya meracau."Mah, Sayyidah kangen ... peluk Sayyidah, Mah." Bulir air matanya mengalir, Abbas yang sudah duduk di tepi ranjang di tarik oleh tangan Sayyidah dan di bawanya dalam pelukan. Kini Abbas sudah terbaring di sampingnya, kepala Sayyidah terbenam di leher Abbas, tangan kiri Sayyidah melekat di pinggangnya, sedangkan tangan kanannya meraba ba
Baca selengkapnya
Kamu istriku
"Terima kasih banyak Say, gue pamit dulu." "Sama-sama Zahra." Setelah cipika-cipiki, Zahra berjalan ke arah mobil yang telah terparkir.Sayyidah melambaikan tangan ketika mobil Zahra melaju pelan meninggalkan pekarangan rumahnya. Drrt ... Drrt ... Drrt ... Benda pipih yang tersimpan di saku gamisnya bergetar, segera ia buka pesan-pesan yang sedari tadi masuk. Namun, tak junjung ia buka karena asik berbincang dengan Zahra.  Deretan pesan pertama muncul atas nama Sofyan dengan pesan beruntun,[Sayyidah manis][Sayyidah cantik][Sayyidah imut][gue kangen sama lo Say] pesan ke empat di iringi wajah Sofyan yang tersenyum manis di depan kamera, senyum yang bisa melelehkan siapa pun yang melihatnya. Sayyidah tersenyum simpul melihat layar andoidnya, tanpa mengalihkan pandangannya ia berjalan santai menuju kamarnya. Abbas baru saja keluar dari pintu kamar, hampir saja bertubrukan dengan Sayyida
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status