All Chapters of Cinta Dalam Perjodohan: Chapter 31 - Chapter 40
113 Chapters
Menasehati
"Ada apa? Bilang! Jangan bikin aku penasaran." Menggoyangkan kedua bahu Abbas."Hmmm ... iya deh, aku minta kamu jangan bilang lagi ingin mati, ya?! Nggak boleh, nggak baik ... kamu harus mensyukuri nikmat kehidupan yang Allah kasih saat ini, apapun keadaannya harus di jalani! Di syukuri! Makanya Allah itu paling benci dengan orang yang bunuh diri, sebab dia sama saja memutus nikmat yang Allah beri. Faham, ya, maksud aku?!" Menautkan kedua tangannya di pipi Sayyidah, ia menatapnya lekat."Semoga saja Sayyidah bisa mengerti dan nggak memanas lagi emosinya," gumam Abbas dalam hati.Sayyidah menganggukan kepalanya."Tapi, kamu milik aku 'kan?" Tiba-tiba Sayyidah memeluk tubuh Abbas dengan manja."Ya salaaam ... dasar wanita nggak pernah bisa di tebak perasaannya," ucapnya dalam hati, Abbas menyunggingkan senyuman."Aku 'kan suamimu ... sudah jelas aku milikmu," tandasnya."Yakin? Kamu nggak akan ninggali
Read more
Menemui Halimah
Dengan gamis polos berwarna maroon serta kepalanya di balut hijab berwarna hitam menjuntai sampai bagian pahanya, Sayyidah berjalan menghampiri Halimah yang telah duduk di kursi taman."Assalamuallaikum Kak, maaf kalau menunggu lama," sapa Sayyidah sembari mengukir senyuman manis di bibirnya."Wa'allaikumussalam Dek, nggak papa kok." Tersenyum simpul menyambut kedatangan Sayyidah."Gimana kabar Kaka? Sehat?" Duduk di sisi Halimah."Alhamdulillah seperti yang kamu lihat sekarang.""Maaf Kak, kalau mengganggu waktunya," ujarnya dengan meredah."Laa ba’sa Dek, aku nggak sibuk kok hari ini." "Laa ba’sa?" Melipat dahinya."Hehehe ... maaf, laa ba’sa itu artinya nggak papa.""Ohgitu.""Hmmm ... maaf kamu mau bicara apa, Dek? Aku jadi penasaran nih, bikin deg-degan aja, hehehe." Tertawa ringan menampakkan gigi serinya."Begin
Read more
Kirani & Salma
"Antum kenapa lagi? Kok nangis?" Salma mengurungkan niatnya meninggalkan Kirani sendiri dan terpaksa meladeninya lagi."Ana kemaren habis di siram air  sama Sayyidah, dia juga mencaci-maki ana Sal, hiks ... hiks ...." Menangis tersedu-tersedu."Hah?! Dimana kejadiannya? Kang Karim tau?" ujarnya spontan."Di asrama ana, dia sama Kang Abbas main, katanya mau silaturahim terus nggak tau kenapa dia nyiram gitu aja waktu ana nyuguhin teh," jelasnya."Masa sih?" ujarnya tak percaya."Emang bejat kelakuan dia Sal! Semoga aja dia akan dapat balasan dari perbuatan buruknya, tapi antum jangan bilang siapa-siapa dulu! Biar Kang Abbas dan istrinya nggak tercemar nama baiknya.""Ya Allah ... antum yang sabar Kir, Insyaallah tanda antum di angkat derajatnya, do’a orang yang terdzalimi di kabulkan, antum berdo’a yang baik-baik, ya?!” Salma mulai percaya.****"Assalamuallaikum." A
Read more
Rihlah ke Pantai
"Alhamdulillah," ucap syukur Abbas setelah menghabiskan sisa nasi di piringnya."Say," panggil Abbas kepada istrinya yang sedang berkutat di depan laptop."Apa lagi? Kamu bisa 'kan taruh piring sendiri?" omel Sayyidah."Hmmm ... bukan gitu Say." Menghampiri istrinya di sudut kanan ruangan kamar."Akhir-akhir ini kamu 'kan sering sedih, aku juga ikut pusing ngadepinnya.""Terus? Kamu bosen sama aku? Udah sana pergi aja!" oloknya."Hey! Nggak boleh gitu kalau ngomong sayangku." Menatap istrinya dari samping."Jangan panggil sayang!" Menggertakan giginya."Hehehe ... ya udah. Kalau kita rihlah ke pantai, kamu mau nggak?""Beneran?" Menghentikan aksinya melototi layar laptop."Iya, kamu mau?" ujarnya lembut."Mau ... mau banget," ucap Sayyidah girang."Alhamdulillah.""Kenapa ngucap Alhamdulillah?""Bersyuku
Read more
Malaikat Azab
Abbas segera berlari mengejar istrinya, laju larinya yang lebih kencang berhasil mengkap Sayyidah yang sudah menjauh dari bibir pantai. Abbas langsung mendekap tubuhnya."Lepas ... lepasin aku! Jangan mesum kamu!" Sayyidah meronta-ronta dalam pelukan suaminya. "Biarin dulu beberapa menit," jelas Abbas yang masih membelit tubuh istrinya. "Lepasin! Malu tau nanti dilihat pengunjung lain!" perintah Sayyidah. "Oke!" Ia melepas tangannya. "Ih! Nyebelin banget," umpat Sayyidah seraya memperhatikan bajunya yang ikut basah karena baju Abbas. "Hahaha basah 'kan? Lagian kamu yang bikin aku basah, jadi kamu harus ikutan basah." "Nyebelin! Dasar malaikat azab!" omel Sayyidah. "Hahaha kok malaikat azab sih? Kamu lupa namaku? Aku Abbas," jelasnya. "Nggak, sekarang nama kamu malaikat azab, penyiksa hidup orang lain!" makinya. "Hey! Nggak boleh ngomong gitu ih!" "Bi
Read more
Percobaan Malam Pertama
"Hahaha ... santai! Itu mata bisa copot nanti!" Kirani semakin memanasi hati Sayyidah yang meradang."Lo nggak usah banyak cincong deh! Lo nggak tau hidup gue! Sok tau lo!" maki Sayyidah."Katanya cantik, kaya, tapi kalau ngomong asal nyablak aja!" Kirani balik menjawabnya."Hey! Lo tuh yang asal nyablak! Lo yang duluan! Bukan gue!" Sayyidah semakin menaikkan nada bicaranya."Kang Abbas sholeh, tapi nikahnya sama wanita ini, belum punya keturunan lagi,” tuturnya."Nggak iri!" cerocos Sayyidah."Ini bukan masalah iri, tapi siapa wanita yang lebih sempurna di antara kita. Coba aja kalau ana yang dulu nikah sama Kang Abbas, mungkin kita udah punya beberapa keturunan. Bang Karim ...." Ocehannya terhenti ketika Karim terlihat mulai dekat menghampiri mereka."Ini Dek minumannya! Hmmm ... Mba Sayyidah ini silakan minum." Menyodorkan minuman kepada istrinya, lalu kepada Sayyidah.
Read more
Gagal Malam Pertama
"Sayyidah!" seru Abbas, ia menelan ludah melihat istrinya berbusana dinas malam."Bas," ucap Sayyidah manja, kedua pipinya bersemu merah.Ia terlihat canggung, untuk pertama kalinya ia melakukan hal gila, itu bukan karena hasratnya yang membara, tetapi karena hawa nafsunya yang bergelora. Ia tak mau kalah dari Kirani. "Aku akan buktikan kalau aku bisa hamil anak Abbas, biar aku bisa tertawa puas di hadapan nenek lampir itu!" cecar Sayyidah di lubuk hatinya.Sayyidah berjalan mendekati Abbas, lalu mengitari tubuh suaminya itu, perlahan ia menepuk bahu Abbas dengan lembut."Bas ... lakukanlah padaku malam ini , ya?!" pintanya dengan manja.Abbas beringsut mencubit lengannya."Awww! Ya Allah ... aku nggak mimpi, apa benar ini Sayyidah?!" pekik batinnya."Mungkin ini sudah waktunya, bismillah!" Meyakinkan dirinya dengan menganggukan kepalanya pelan.Sayyidah be
Read more
Ingin Punya Anak
Nafas Abbas terengah-engah setelah berhasil lari dari makian istrinya. "Wuuuuaam!!!" Abbas menguap, ia benar-benar sangat ngantuk, setelah sebelumnya sempat terganggu oleh tingkah Sayyidah. Ia melajukan kakinya menuju sofa, lalu membaringkan tubuhnya hingga terlelap sampai waktu qiyamullail tiba. CEKLEK !Abbas membuka pintu kamar yang tak terkunci, istrinya masih tertidur dengan mengenakan baju tidur yang lebih sopan. Ia mengulum senyum mengingat kejadian semalam. CUP"Ukhibuki fiilah zaujatii," ucapnya pelan.Netranya melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat pagi. Ia bergegas masuk kamar mandi untuk bersuci, lalu mengerjakan sholat sunah menghadap illahi. "Yaa Rabb ... ampunillah hamba ini, kepada-Mu aku mengadukan diri." "Lembutkanlah hati istri hamba ya Allah ... mudahkanlah langkahnya untuk menjadi wanita yang sholehah," hibanya di atas sajadah. Lama Abbas berbincang kepada Tuhannya, sesekali b
Read more
Kapan kamu siap punya anak?
Beberapa warga sekitar berhambur menghampirinya."Biar saya bantu ustadz, ya Allah ... kasian." Seorang bapak membantunya mengangkat motor yang terguling."Apa yang sakit ustadz?" tanya laki-laki lainnya yang lebih muda dari bapak tadi."Ini cuman berdarah sedikit." Meringis menunjukan siku dan lututnya. Warna merah darah sangat kontras dengan gamis putihnya."Ayo saya bawa ke puskesmas ustadz!” ajaknya."Nggak usah Pak, biar di obatin di rumah aja," tolak Abbas."Beneran nggak papa ustadz?" ucapnya ragu."Iya Pak," ujar Abbas singkat.Ia menaiki kembali motornya, beruntung tidak terjadi kerusakan berat, hanya beberapa body motornya saja yang lecet."Hati-hati ustadz!" pesan laki-laki yang telah membantunya."Terima kasih banyak Pak, assalamuallaikum." Melajukan motornya seraya melemparkan senyuman hangat menutupi perih dan sakit yang perlahan menja
Read more
Ingin Bebas dari Abbas
Ya, lagi-lagi tentang keturunan yang membuat hati Abbas semakin kecut. Dambaan memiliki anak masih redup di hatinya karena sikap Sayyidah yang belum berubah. "Aamiin, syukron katsiroon Sob, semoga antum bisa nambah tahun ini hehehe." Abbas berusaha mencairkan suasana hati. "Hehehe ... aamiin, tapi Sarah belum mau Bas, katanya repot ngurus Fatih, apalagi kalau harus nambah," ungkap Sobri. "Syukurin aja Sob, antum 'kan udah punya satu, lah ana?"  "Ikhtiarnya setiap malem Bas biar hasil," bisik Sobri di telinga Abbas. "Hahaha ... Oke!" Menautkan telunjuk dan ibu jarinya membentuk huruf 'O'. Hati Abbas cukup terhibur berbincang dengan Sobri, ia melupakan sedikit kegelisahan hatinya karena Sayyidah. "Ya salam ... udah jam setengah sebelas aja Bas, ana harus pulang sebelum istri ana tidur duluan, bisa-bisa malam ini nggak dapet jatah," ujar Sobri sembari memeriksa jam di pergelangan tangannya.
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status