59. Aira's
“Hanya sebentar saja aku sudah bahagia.”—Aira's ***"Bolehkan Aira yang peluk Ayah?" Nadanya amat lembut penuh harapan membuat ayah seketika menoleh ke arah ibu yang nyaris tak mau melihat suasana itu. Ayah seakan meminta persetujuan dari ibu, tapi nihil ibu sama sekali tidak memberikan hal itu. Ayah seakan bimbang antara ego kan prinsipnya yang sama seperti ibu, atau justru sebaliknya. Ayah terlihat gelagapan walau akhirnya ia mengangguk pertanda setuju. Bersamaan dengan itu senyum Aira makin mengembang lantas tanpa aba-aba memiliki ayahnya erat dan akhirnya terisak. "Aira rindu Ayah!" ujarnya pilu di sela isak tangis serta pelukkan. Miris, ayah sama sekali tidak membalas pelukkan Aira, ia malah mendengus pasrah dan membiarkan Aira memeluknya semau dia. "Aira!" Kala tengah bercumbu atas kerinduan yang makin bak benalu. Mengelus-ngelus pipi pada dada bidang milik ayah rasanya rindu itu
Read more