All Chapters of Towards You: Chapter 11 - Chapter 20
22 Chapters
11. Maaf
“Untuk semua perbuatanmu dulu, aku juga sudah memaafkan itu,” ucap Lidia tulus.Gio yang merasa makin bingung dengan perkataan Lidia barusan hanya mengerutkan keningnya.“Halo, lama tidak bertemu, Gio!” sapa Lidia dengan tawa yang tertahan.Sedangkan Gio, kini masih tampak bingung dengan apa yang dikatakan wanita di hadapannya dari tadi. Ia melihat Lidia sambil terus berpikir dan berusaha mengingat-ingat. Hingga tak lama kemudian Gio pun terkejut sambil membelalakkan kedua matanya.“Apa, Lidia? Tidak mungkin..” ucap Gio dengan nada kaget dan rasa tidak percayanya.Sedangkan Lidia hanya tersenyum sambil mengangkat bahu dan kedua alis matanya saja.“Bagaimana kabarmu?” tanya Lidia sambil terus menahan tawanya.“Aku baik, astaga... Kau sendiri bagaimana?” tanya Gio kembali masih dengan nada tidak percaya.“Aku juga baik.”“Sejak kelulusan hari itu
Read more
12. Masa yang Hilang
“Sebenarnya kamulah yang selama ini paling kesulitan, aku melihat semuanya.”Lidia menatap Kira dengan raut penuh kebingungan. Ia merasa belum pernah bertemu dengan Kira sekalipun sebelumnya, apalagi di masa-masa sulitnya dulu. Ia ingat, ia tidak banyak bertemu dengan orang lain, karena memang tidak memiliki waktu untuk itu.“Aku sering ikut pamanku mengunjungimu ke desa yang dahulu sempat kau tinggali selama hampir tiga tahun itu. Aku memang tidak pernah ikut masuk, karena beberapa alasan. Jadi, aku hanya menunggu dari mobil saja dan memperhatikanmu dari sana. Dan lagi, mungkin kau tidak tahu, kami sering sekali diam-diam mengunjungimu. Memperhatikanmu dari jauh, dari dalam rumah guru Kevin guru bela dirimu, dan juga mengawasimu saat berjalan kaki jauh menuju ke sekolah dan ke tempat latihan. Aku melihat semuanya,” ungkap Kira sambil tersenyum sarat akan arti.Lidia hanya menatap Kira dengan tatapan tak percaya, tanpa ia sadari, ternyata
Read more
13. Pulih
“Dasar pria sialan!!” umpat Lidia sambil melajukan mobilnya kembali ke kecepatan normal, setelah sebelumnya sempat memperlambatnya karena ingin melihat Ken di dalam kafe tersebut.Lidia sampai di apartemennya dengan keadaan suasana hati yang tidak baik. Ia masih merasa kesal. Meskipun belum tahu pasti siapa wanita yang bersama Ken di kafe tadi, tapi perasaannya terus dihinggapi rasa kecewa.Tidak ingin berlarut-larut dalam perasaan yang sia-sia, Lidia pun memutuskan untuk segera menuju ke kamar mandi dan membersihkan diri saja. Meskipun sempat beberapa kali tetap terlintas pikiran tentang Ken di kepalanya, ia berusaha menyibukkan diri dengan melakukan suatu hal yang lain.Setelah tubuhnya bersih dan terasa segar, Lidia langsung menuju ke meja kerjanya. Ia memeriksa daftar pekerjaan yang telah dibuat oleh Kira dari tab miliknya. Hari ini ia bahkan belum menyelesaikan seperempat dari target keseluruhan, padahal seharian penuh ia telah bekerja sangat ke
Read more
14. Waspada
 “Aku baik, Paman Jo. Kalian bagaimana?” tanya Lidia kembali pada dua orang tersebut.Kira yang memang telah mengetahui bahwa mereka berdua merupakan kerabat Lidia, tidak kaget sama sekali mendengar hal tersebut. Bahkan, orang-orang di kantor ini yang telah bekerja sejak lama pasti juga telah mengetahui fakta ini.“Kami sangat baik, Lidia. Sudah lama sekali kita tidak bertemu dan berbicara, bahkan aku sempat kaget  melihat semua perubahanmu ini dalam rapat pertamamu tempo hari. Kami turut bangga melihatmu,” ungkap Paman Lidia.Lidia hanya membalasnya dengan senyum manis miliknya itu.“Bu, saya akan kembali ke ruangan terlebih dahulu,” ijin Kira pergi dari tempat tersebut, karena merasa kehadirannya akan mengganggu pertemuan keluarga jauh yang telah lama tidak bertemu ini. Dan Lidia pun hanya mengengguk untuk memberikan jawaban.“Sekarang kamu tinggal di mana, Nak? Di rumahmu yang dulu?” tany
Read more
15. Diserang
“Siapa di sana?” tanya Lidia dengan nada yang sangat hati-hati.Tidak ada jawaban.Namun, Lidia tahu bahwa seirig dengan pergerekannya yang perlahan seperti saat ini, pria tersebut juga ikut bergerak. Ia terus berjalan mendekat dengan langkah lebih pelan lagi. Ia terus saja mendekat, tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.Saat posisinya sudah benar-benar dekat, tanpa memberi celah sedikitpun Lidia langsung berbelok dengan cepat menuju ke tempat yang ia duga menjadi tempat bersembunyinya orang mencurigakan tadi.“Siapa..?” ucapnya dengan nada yang sedikit lebih keras, dan menggangtung di bagian akhirnya.Namun, saat ia melihat tempat itu, di sana tidak ada satupun orang. Hanya angin lalu yang memenuhi tempat itu. Lidia pun mengerutkan dahinya bingung, ia yakin sekali di sini tadi ada orang. Ia celingukan ke arah sekitar untuk memastikan tidak ada orang lagi selain dirinya. Dan ya, basement ini sepi, bahkan sangat sepi.
Read more
16. Tenang
Ken pun langsung berdiri tepat di hadapan Lidia, ia tersenyum pada wanita di depannya ini dengan maksud menyapa. Belum sempat mengatakan apapun, tiba-tiba Lidia memeluk Ken erat. Sangat erat. Tubuh Lidia yang sedari tadi menahan gemetar itupun kembali melepaskan semuanya tepat di dalam pelukan Ken. Ia benar-benar membutuhkan sebuah pelukan saat ini, sekedar untuk menghilangkan semua ketakutannya.“Kau kenapa, Lidia?” tanya Ken setelah memastikan bahwa tubuh Lidia sudah tidak bergetar lagi. Ia memang menunggu saat-saat Lidia tenang terlebih dahulu, sebelum menanyakaan keadaannya.Semenjak Lidia tiba-tiba saja memeluknya tadi, Ken yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Lidia. Apalagi keadaan Lidia yang sedikit berantakan dan juga ceroboh ini, sama sekali seperti bukan Lidia biasanya. Meskipun hanya bertemu beberapa kali, Ken sudah sangat hafal betul bagaimana Lidia.Lidia pun melepaskan pelukannya secara perlahan, lalu menarik napas leganya yang sejak
Read more
17. Dialog Hangat
Ken hanya membuang napasnya jengah, ia terus menatap Lidia dengan raut yang sangat serius. Entah mengapa, hal itu membuat Lidia sedikit khawatir.“Kalau kau percaya padaku, seperti aku mempercayaimu, tolong jawab dengan jujur pertanyaanku.”Lidia semakin bingung dan khawatir dibuatnya, raut Ken yang se-serius itu sedikit membuat jantungnya berdebar. Sambil menaruh cangkirnya ke atas meja, Lidia bertanya, “Apa?” dengan nada yang terdengar mengambang.“Ada apa?” tanya Ken dengan suara berat lembutnya itu. Matanya pun juga ikut melembut.“Apa yang kau maksud?” tanya Lidia.Ken hanya mendengus. Ia sudah menduga, Lidia tidak akan langsung berbicara jujur padanya.Melihat raut Ken yang berubah menjadi seperti kecewa itu, Lidia akhirnya memilih menyerah. Ia sadar, bahwa Ken telah percaya penuh padanya, bahkan sampai memberitahu pekerjaan super rahasianya saat ini. Ia tidak ingin membuat Ken kecewa. Ak
Read more
18. Canggung
“Ken, kini giliran kau. Kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur,” ujar Lidia dengan dengan raut yang sok diseriuskan.Ken melihat perilaku Lidia yang menurutnya menggemaskan itu hanya bisa tertawa kecil. Entah mengapa, setiap pergerakan kecil yang dilakukan oleh Lidia selalu dapat membuatnya terpikat. Seumur hidup, baru kali ini ia merasakan perasaan yang seperti ini. Perasaan yang terasa sangat rumit dan juga membingungkan, terkadang rasa senang dan gelisah bisa terjadi dalam satu waktu. Mungkin karena memang dalam hidupnya ia belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya, sehingga perasaan asing yang memaksa masuk dalam kehidupannya itu pun menjadi suatu hal yang cukup mengagetkan bagi perasaannya. Begitu pula bagi Lidia.“Baiklah, kau mau bertanya apa?”Lidia menatap Ken penuh selidik. Tapi setelah beberapa saat, tiba-tiba saja ia menjadi ragu. Setelah beberapa detik memikirkannya lagi, Lidia berniat untuk mengurungkan niatnya saj
Read more
19. Perpisahan yang Pantas
“Kenapa kau tidak peka sekali? Ini artinya aku ingin bersamamu, Lidia. Dasar!!” ungkap Ken sambil mengusap kepala Lidia gemas.Tawa keduanya pun pecah. Selama perjalanan, mereka terus melempar candaan ataupun saling meledek satu sama lain untuk meramaikan suasana. Keduanya seakan bisa melupakan hiruk pikuknya dunia yang begitu sibuk dan kejam meskipun hanya sejenak.Tidak terasa, saat ini mereka telah sampai di depan gedung apartemen Lidia. Bersamaan dengan itu, suasana juga jadi semakin hening. Helaan napas keduanya saling beradu yang menandakan rasa sedih. Untuk kesekian kalinya, keduanya harus saling melepaskan diri.“Sudah sampai,” ujar Lidia dengan senyum tipis yang bertengger manis di wajahnya. Namun, di dalam nadanya tersimpan banyak sekali kesedihan.“Kenapa? Kau lega akan segera berpisah denganku?” canda Ken.“Tidak, aku malah merasa sedih, tahu.”Mereka saling menatap. Berusaha menyer
Read more
20. Mimpi Buruk
Setelah beberapa lama ia baru sadar, bahwa tangannya tengah terikat saat ini. Resah, gelisah, hanya itu yang bisa Lidia rasakan. Ia hanya bisa mengeluarkan air mata tanpa bisa berteriak sedikitpun.Hingga tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki orang.Dak, duk, dak, duk..Suara langkah kaki yang terdengar menggema, seperti suara orang yang memakai sepatu boot yang alasnya tebal dan keras. Perasaan Lidia makin tidak enak seiring dengan suara langkah itu yang terus mendekat. Napasnya memburu karena ketakutan, peluh dan keringat pun terus bercucuran. Pikirannya sama sekali tidak bisa tenang dan jernih. Berbagai macam dugaan memenuhi kepalanya hingga nyaris membuat pikirannya meledak bagai petasan.“Sebenarnya ada apa ini? Di mana aku?”Batin Lidia terus menerus berteriak. Meskipun rasanya se-menakutkan ini, tapi Lidia sepertinya memang pernah mengenal tempat ini. Setiap melihat di setiap sudut, rasanya seperti se
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status