All Chapters of Reinkarnasi Ke-dua Di Dunia Lain: Chapter 61 - Chapter 70
110 Chapters
Part 37 : Evolusi Pahlawan
Pasukan Borlal gelombang kedua "Kenapa tidak terjadi ledakan?" Des meneropong menggunakan snipernya dan melihat energi sihir yang amat besat tadi hilang begitu saja. "Kok seperti ini!?" Joko nampak kecewa dengan kinerja meriam itu. "Ohh jadi itu Ratu Danirmala yang dirumorkan, jadi mereka yang menghilangkan sihir tadi," ujar Des saat melihat para Ratu Danirmala yang sedang bersama Al. "Tapi bagaimana bisa energi sebesar itu hilang begitu saja!?" Alex masih tidak percaya dengan apa yang mereka saksikan. Brushh... Tiba-tiba saja dalam sekejap, hutan yang hancur karena dilewati oleh energi sihir tadi kembali seperti semua. Seakan ilusi, hutan benar-benar kembali tanpa adanya kerusakan sedikitpun. "Apa yang terjadi!?" Alex kaget hingga terjatuh ke belakang. "Bagaimana bisa? Aku tidak merasakan adanya ilusi, ini semua benar-benar terjadi," uja
Read more
Part 37.5 : Raja Beban
"Aku sama Lia saja yang menjaga Al," ujar Nay sambil menarik tangan Lia yang akan berdiri. "Oke!" jawab mereka dengan serempak dan langsung menghilang untuk berteleport menuju hutan Suci Danirmala. ..Para pasukan yang ada di pinggi hutan suci Danirmala langsung berlutut saat para Ratu mereka datang. "Apa yang terjadi?" tanya Noe dengan santai kepada Oyen. "Saya tidak tau Yang Mulia, tiba-tiba saja mereka berlari mendekat," jawabnya dengan masih berlutut. Terlihat pasukan musuh berlarian keluar hutan menuju padang rumput yang masih tersisa. Suara gemuruh dari teriakan dan tapak kaki mereka juga terdengar hingga pinggiran hutan Suci Danirmala. ___Istana kegelapan di kota Necropolis benua Cora Terlihat pasukan raksasa sudah berkumpul dengan para demon di dalam istana. Raja kegelapan membuat lingkaran sihir teleportasi masal m
Read more
Part 38 : Hempaskan
"Paduka Raja kegelapan!" teriak raksasa yang berlari ke arah kami, dia mengangkat palu besarnya lalu melompat. Gagang palu godamnya bisa meliuk-liuk elastis seperti karet, jadi saat dia hentakkan bisa menghempas lebih kuat. Raksasa bernama Cakil, dengan gelar Raja Raksasa dan juga Demon Lord. Pantas saja Raja kegelapan tidak bisa aku lihat status miliknya, rupanya bawahannya saja merupakan Demon Lord. Untuk segi kekuatan Cakil masih jauh di atas Fenrir maupun Oyen, tapi tentu saja masih di bawah para Ratuku tercinta. Crereeessttt.. Raksasa itu langsung terkena sengatan listrik saat menghantam penghalang yang aku buat. Dia terpental dan berubah menjadi wujud manusia bersamaan dengan senjatanya yang ikut mengecil. "Kau tidak perlu ikut campur!" bentak sang Raja Kegelapan kepadanya. "Violet, tolong ladeni dia. Perlu penghalang barier tidak?" ujarku kepada Violet yang langsung berjalan mendekati raksasa
Read more
Part 38.5 : Regera menusuk Al
Kami berdua langsung melesat lagi secara bersamaan dan momen pertama kali bertarung kembali terulang.  Brollll... Tanah di seluruh tempat langsung retak dan hancur hingga sampai ke ujung barierku. Gelombang energi dan hembusan angin menyebar dari arah kami hingga membuat pepohonan dan mayat para prajurit Borlal ikut terhempas. Ke 4 Demon tangan kanan dari Raja kegelapan bekerjasama membuat penghalang, begitu juga dengan Nay yang melindungi Ratu lainnya. Untuk Violet dan Cakil, mereka berubah menjadi Naga dan raksasa dengan memperkuat tumpuan dengan energi sihirnya.  Keadaan mulai tenang, abu yang berhamburan sudah tersapu angin, terlihat daratan berubah menjadi cekungan luas seperti danau yang mengering. Pohon, tanah, batu, dan seluruh isi hutan kecuali yang terlindungi barier tersapu hingga ke ujung penghalang. [Berlebihan kan, itu tanah hingga tergerus sampai cekung di lingkaran barier yang ada di bawah.] Eri
Read more
Part 39 : Permulaan
Saat aku berumur 14 tahun, aku bermimpi tentang 4 cewek kembar yang nantinya akan menjadi pendamping hidupku. Karena itu hanya mimpi, jadi aku abaikan saja. Namun, saat umurku menjelang 17 tahun, aku semakin sering sekali memimpikan hal tersebut. Pada umurku menjelang 20 tahun, aku menyukai seorang cewek yang bernama Nia. Aku yang tidak suka basa basi, belum ada satu bulan kenal, aku mengungkapkan perasaan dan beruntungnya langsung diterima. Namun, setiap dia jalan denganku, sifatnya selalu saja berubah-ubah. Kadang dia tsundere seperti saat awal bertemu, kadang galak, pendiem seperti saat menerimaku dan kadang juga penuh semangat. Panggilannya kepadaku juga selalu berbeda-beda, kadang Darling, Sayang, dan juga Al. Panggilan berbeda itu tidak hanya saat bertemu langsung atau bertelepon, tapi juga saat chatting. [Sayang, komputer yang baru beli kemarin tidak mau menyala, padahal Nia sudah merakitnya sesuai petunjuk,] chat dari Nia muncul di aplikasi media sosialk
Read more
Part 39.5 : Dewi Cahaya
"Selamat datang di dunia lain! Saya dewi cahaya yang memanggil kalian" sambutan dari seorang cewek dengan pakaian serba putih dan mukanya terlihat silau karena cahaya. "Ehh kok cuma 2 orang!?" dia kaget saat menyadari hanya Nia dan Noa yang berada di depannya. "Sial siklus reinkarnasi milikku dirusak!" Cewek itu berteriak dan setelah itu menghilang, tidak lama kemudian dia muncul kembali di depan kedua saudari kembar itu. "Apa-apaan ini!?" teriak Nia kepadanya. "Maaf aku memanggil kalian yang baru saja bersenang-senang. Aku membutuhkan kalian untuk menjadi penghuni dunia yang baru aku buat. Bukan sebagai manusia, tapi sebagai makhluk lainnya," ujarnya sambil duduk di sebuah kursi seperti singgasana. "Kau memisahkan kami seenaknya dan sekarang memerintah kami!?" Noa bertanya dengan pelan namun mukanya terlihat geram. "Maafkan untuk hal itu, saudari kembar kali
Read more
Part 40 : Anak Kecil Dirantai
Saat aku sadarkan diri, kepalaku masih terasa pusing sekali dan tubuhku begitu lemas. Di samping tempat tidurku masih ada Lona yang tertidur dengan menyandarkan tubuhnya di kasur. Menyadari ada gerakan dariku, Lona terbangun.   "Tuan Al, rebahan dulu tuan, saya panggilkan tuan Hanes dan Paduka Raja." Lona langsung berlari pergi, padahal dia terlihat teramat mengantuk dan memaksakan diri.   Selang beberapa menit saja, Lona kembali bersama pak Harnes dan pak Downer. Mereka adalah kepala penyihir kerajaan dan juga pemimpin pasukan kerajaan Lamris.   "Tuan Al bagaimana keadaannya?" tanya pak Harnes yang sedang duduk di sampingku.   "Pusing sama lemas sekali," jawabku dengan suara pelan karena benar-benar lemas.   "Bagaimana kondisi Al!?" Kakekku yang bernama Balgo datang ke kamarku dengan ekspresi marah.   "Paduka!" Mereka semua langsung memberi jalan dan menundu
Read more
Part 40.5 : Dasar Kucing
"Beneran 2 kali lipat!? Hahaha syukurlahh!" Aku kelepasan dan berteriak girang karena energi sihirku bertambah 2 kali lipat. "Pangeran Al!?" Lona tampak bingung melihat kelakuanku. "Ahh tidak apa-apa, lanjutkan saja." Aku kembali tenang untuk dipakaikan pakaian olehnya. "Oh iya Tuan, nanti pangeran Bob datang ke istana," ujar Lona sambil memakaikan aku baju. "Anak dari paman Ronald?" "Iya tuan, pangeran Bob mau dilatih berpedang bersama Tuan Al juga. Kabarnya, pangeran Bob sudah pandai mengayunkan pedangnya,"  "Hahaha jadi kakek membawanya kemari agar aku tidak malas-malasan?"  "Bisa jadi tuan," ujarnya yang sudah selesai memakaikan baju kepadaku. ....Sore harinya Rombongan 2 kereta kuda datang ke istana, rombongan itu berpenumpang paman Ronald, istri dan anaknya. Bob, anak laki-
Read more
Part 41 : Monster Troll
"Untung aku suka sama kucing, selamatlah dirimu dasar Oyen barbar," ujarku sambil menggendong anak kucing yang berwarna oranye itu. Tidak aku sangka, troll itu perlahan mendaki pegunungan yang tinggi dan cukup curam ini. Karena ukuran tubuhnya yang besar, dia dapat cukup mudah menaiki pegunungan dengan tinggi ratusan meter ini. "Kau kira aku akan lari!?" teriakku yang cukup frustasi sambil melempar sebuah batu kecil ke arahnya. Aku terdiam beberapa detik sambil memikirkan ide, tapi karena troll itu terus mendaki membuatku jadi penuh adrenalin. Saat aku lihat ke sekeliling, ada batu besar di bagian atasku. Batu besar itu posisinya miring dan untung saja di bawahnya ada tanah yang menjadi alasnya. Aku yang terbiasa menggunakan sihir air, dengan sisa energi sihirku yang sedikit aku mencoba mengubah tanah itu menjadi lumpur. Batu itu langsung tergelincir saat aku ubah tanahnya menjadi lumpur. 
Read more
Part 41.5 : Hob Goblin
Ada hob goblin tepat di atasku, untungnya dia tidak menyadari keberadaanku. Goblin tingkat tinggi yang bisa menggunakan sihir itu mengendus-endus bau tubuhku dan tetap saja tidak mengetahui lokasiku.    Warna tubuhnya hijau dengan muka menyeramkan dapat aku lihat dengan jelas. Aku benar-benar ketakutan karena baru kali ini melihat wujud seperti itu dengan sangat dekat.   "Harxxhh." Kucing Oyen itu malah mendengus seperti akan bertarung, ekornya mengembang dan cakarnya mencengkeram tanganku. Karena ulah kucing itu, hob goblin tadi menyadari keberadaanku.   Brushhkk.. Ternyata tidak hanya ada satu hob goblin, tapi ada belasan lagi di belakangnya. Aku langsung berlari sekencang-kencangnya menuju suara gemuruh air. Aku berharap bisa melarikan diri dari mereka dengan menceburkan diri ke sungai.   Tidak seperti harapanku, ternyata para hob goblin tadi berlari lebih cepat dariku dan sudah berada di dep
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status