Tous les chapitres de : Chapitre 11 - Chapitre 20
127
11. Menggandengmu Sampai Kapanpun
Jordan berdiri di hadapan Clarabelle. Senyumnya menawan membuat jantung Clarabelle tak bisa berdetak normal. Jordan juga tidak mengelak, dia suka memandang wajah lembut Clarabelle. Dia memang pengagum wanita cantik. Dan ada sesuatu yang beda, saat sadar wanita cantik di depannya ini adalah istrinya. “Babe, how are you?” Jordan memeluk Clarabelle. Mendapat sambutan itu Clarabelle membalas memeluk Jordan erat. “I am great,” ucap Clarabelle dengan senyum lebar. “You miss me?” tanya Jordan sembari kembali menatap dua bola mata bulan indah milik Clarabelle. Merona, itu yang tampak di wajah Clarabelle saat Jordan bertanya. “Ya … sure ….” Sedikit malu, Clarabelle jujur mengakuinya. Setelah dua bulan bersama, dia mulai terbiasa dengan Jordan di sisinya. Sepanjang waktu, hampir dua puluh empat jam setiap hari, mereka terus berdua. Rindu itu ada di hati Clarabelle. Jordan makin lebar tersenyum. Ternyata menyenangkan punya seorang istri y
Read More
12. Ternyata Dia Hayden!
Jordan meraih tangan Clarabelle, dia merapatkan kembali tubuh mereka. Jordan bisa melihat tatapan Clarabelle yang sedikit bingung dengan perkataannya. “Babe, selama bersama papa kamu, kamu bahagia. Dan kebahagiaan papa kamu adalah kamu.” Jordan mencari kata yang tepat, mengembalikan suasana hati Clarabelle. “Kalau memang tinggal bersama papa kamu itu lebih baik, aku akan berusaha menyesuaikan diri.” Seketika senyum Clarabelle melebar. Sejauh itu Jordan memikirkan dia dan papanya. Pria ini makin membuat Clarabelle kagum saja. “I am so lucky to have you here, Jordan. Really.” Tulus dari hatinya, Clarabelle mengucapkan itu. “Aku tidak sabar memulai semuanya bersama kamu.” “Me too, Sweet heart.” Dan kecupan lembut Jordan kembali membuat hati Clarabelle membuncah dengan rasa cinta yang makin melebar. Clarabelle bahkan tidak bisa mengerti dirinya sendiri. Setelah sekian tahun menjauh dari semua bentuk cinta, Jordan hanya dalam delapan minggu, mampu meruntuh
Read More
13. Berhadapan dengan Keluarga Hayden
Jantung Clarabelle kembali berdetak begitu cepat. Dia memandang pada wanita tua yang cantik di depannya. Tangannya menangkup pipi Clarabelle dengan senyum yang belum juga menghilang. “What’s your name again?” Dia bertanya dengan mata berseri. “I am Clarabelle Aimee Johan. Just call me Lala.” Clarabelle kembali memperkenalkan diri. “Beautiful name. As you are,” ucap nenek dengan dagu lancip itu. Dia menoleh pada Jordan. “Joy, kamu akhirnya menikah juga. Kenapa kamu tidak undang aku datang di hari pernikahan kalian? Justru orang lain yang datang. Aku kesal. Harusnya aku ikut masuk acara itu.” “Grandma!” James terkejut dengan kata-kata neneknya. Bagaimana bisa dia mengatakan hal sekonyol itu. Mereka keluarga Hayden! Dengan cepat nenek menoleh pada James. “Kamu kenapa harus marah? Lihat, istri Jordan begitu manis.” Clarabelle yang tegang sedari pertama datang, mulai sedikit lega. Setidaknya nenek Jordan bersikap ramah dan senang dengan keh
Read More
14. Pembelaan Jordan
Jaren memandang Clarabelle lekat-lekat. Wanita muda di depannya itu memang cantik, meskipun tidak begitu tinggi. Penampilannya sederhana tetapi cukup menarik. Dan dia berani bicara dengannya. Apa yang dia mau katakan? “Bicaralah,” ujar Jaren. Clarabelle menarik nafas dalam. Dia harus bisa meyakinkan orang tua Jordan jika dia serius dengan pernikahannya dengan Jordan. “Saya minta maaf dari hati saya, telah membuat terkejut keluarga Hayden karena pernikahan saya dengan Jordan. Tetapi, saya tidak pernah bermaksud menjalani pernikahan seperti sebuah permainan.” Clarabelle menguatkan hatinya. Dia harus bicara. Tentu saja berharap kedua orang tua Jordan akan memahaminya. Jaren dan Anne-Mary mencermati wanita yang telah dinikahi anak bungsu mereka. James bertopang dagu, sedikit ketus, menunggu drama apa yang sedang dimainkan Clarabelle. “Saya menyadari sebuah pernikahan itu sakral dan suci di hadapan Tuhan. Saya menikah dengan Jordan berdasarkan kesa
Read More
15. Senyum Adriano, Kegembiraan Crystal
“Hei, setidaknya istrimu wanita yang baik. Harusnya kamu bangga. Pria tidak jelas seperti kamu punya istri manis, lembut, dan penyayang. Nikmatilah!” sahut Warren.“Kamu dan dua sekutumu itu, harus ikut bertanggung jawab jika aku kena celaka karena semua ini. Kalian yang memulai permainan gila ini!” kesal Jordan.“Hei, hei! Sabar dulu! Jangan sembarangan bicara, Man!” Warren berusaha membela diri. Jordan bersedia terima tantangan. Pilihan dia masuk dalam pernikahan di event antik itu. Tidak ada alasan dia mempersalahkan teman-temannya.“Dengar, Warren. Usai perjanjian, kalian tidak boleh asal lepas tangan. Ingat itu!” Jordan masih mencari cara mengancam.Klek! Pintu kamar mandi terbuka. Jordan cepat-cepat mengakhiri panggilan Warren. Dia tidak mau Clarabelle mendengar dia bicara dengan Warren.Jordan meletakkan ponsel dan segera merebahkan badan. Matanya mengekori Clarabelle. Dengan gaun tidur seksi,
Read More
16. Hari yang Tak Terduga
Kembali ke rumah Jordan setelah dua malam menginap di rumah Adriano, Clarabelle sedikit merasa berat. Jordan bisa merasakan itu. Clarabelle masih ingin lebih lama dengan ayahnya. Tetapi Jordan sudah ada janji dengan tiga sekawan, mereka akan datang berkunjung. Ketiga teman Jordan itu hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Jordan yang sok manis dan baik sebagai suami Clarabelle. Menyiapkan rumah, padahal dia lebih senang di apartemen. Mereka berusaha menahan tawa saat melihat Jordan bersama Clarabelle saling memandang dan terlihat mesra bahagia. Begitu Clarabelle pergi, tinggal mereka sendiri yang mengobrol, mereka habis-habisan mengerjai Jordan. “Kamu memang pemain watak kelas kakap. Kenapa kamu tidak jadi aktor saja? Kurasa film pertamamu akan booming.” Ronald menatap Jordan sambil mencibir. “Aku harus akui, kamu menang. Andai aku jadi istrimu, aih, istri … haa … haa … masih aneh aku mengucapkan itu.” Warren menyahut.  Dia menyenggol lengan Jordan.
Read More
17. Aku Akan Mencarimu, Jordan!
Bersama Karen, Jordan seolah dibawa kembali pada masa lalu. Tidak bisa dibilang mereka berpacaran, tetapi waktu itu, Karen yang paling sering bersama Jordan. Mungkin, Jordan hampir jatuh hati pada wanita itu. Tetapi Jordan yang tidak peduli soal perasaan, hanya ingin menikmati kesenangan, tidak menyadarinya. Hingga akhirnya Karen pindah ke negara bagian lain karena mengejar karirnya. Malam itu, Jordan memuaskan diri, bersama wanita yang pernah lama memenuhi hari-harinya. Ternyata Karen memang istimewa, pesonanya makin kuat. Pergulatan mereka melampaui malam hingga hampir pagi. “Karen … you are really …” Kelelahan Jordan tampak puas sambil merangkul wanita cantik itu. Karen tak mengira, perjalanannya yang hanya bertujuan bisnis, bisa berakhir dengan manis, bersama pria yang tak pernah bisa dia lupakan itu. Setelah ini, dia tidak akan melewatkan kesempatan jika mungkin bisa kembali bersama Jordan. Jordan memang bukan satu-satunya pria di hidup Karen, te
Read More
18. Mulai Mempertanyakan
Bola mata Clarabelle menatap tajam pada wanita cantik dan seksi yang hampir menempel dengan tubuh Jordan. Melihat sikapnya, Clarabelle mulai menduga mereka sepertinya punya sesuatu di waktu yang lalu. Sekalipun Jordan bersikap normal, tampak jelas ada kedekatan di antara mereka. “Semoga berhasil untuk bisnis kamu. Sampai jumpa.” Jordan sedikit mendorong Karen agar menjauh. Dia tidak terkejut dengan sikap Karen, hanya tidak mau merusak suasana manis yang masih dia nikmati dengan Clarabelle. Karen berdiri, memandang Jordan dengan tatapan tidak senang. Apa pria tampan di depannya ini mengusirnya? “Aku dan istriku harus segera kembali ke kamar.” Jordan berdiri. Dia mendekati Clarabelle, mengulurkan tangannya. “What? Wife?” Karen seketika melebarkan pandangan, tersenyum getir. Tapi jelas dia tidak percaya mendengar kata-kata Jordan. “Yeah. We’re just getting married.” Jordan merangkul bahu Clarabelle. “Kami sedang berbulan madu.” Clarabelle
Read More
19. Kegembiraan Jordan, Tangis Clarabelle
"Ahh, Joy … ini yang aku selalu rindukan darimu. Ohh …” Wanita berbalut kain ketat di tubuhnya itu merapat pada Jordan. Tanpa malu-malu dia menyentuh dan melepas kemesraan. Jordan pun menanggapinya. Jordan sangat menikmati malam-malam seperti ini. Dia tidak mau kehilangan kegembiraan bersama teman-temannya dan para wanita pemujanya. Setelah dua bulan hanya bergelut dengan Clarabelle, bersama wanita-wanita yang menanti dia di club, menjadi sesuatu yang berbeda.  Sementara ketiga teman Jordan juga asyik dengan pasangannya masing-masing. Bunyi musik yang keras, hentakan dan goyangan mereka yang melantai dikelilingi lampu berkejap-kejap tanpa henti, menambah suasana makin panas. “Joy … bisakah kita ke apartemenmu? Joy …” Wanita itu makin liar.  Tanpa bicara, Jordan menariknya. Dia gandeng Ellen melewati Ronald dan Warren yang mulai seru di tempat mereka. “Joy … ingat istri!” Warren berseru. Sengaja, dia menggoda Jordan, ingin melihat playboy itu
Read More
20. Kecurigaan Clarabelle
Clarabelle merasa campur aduk. Tapi dia harus tetap tenang dan terlihat tegar di depan papanya. Dia tidak ingin kesehatan papanya bukan membaik justru sebaliknya jika mendapat kabar yang tidak menyenangkan. Clarabelle berdiri, tepat di sisi Adriano dan memegang tangannya. “Jordan sedang ada urusan, Pa. Dia pasti akan segera kemari jika sudah selesai. Aku memang tidak ingin mengganggu dia. Papa istirahat saja.” “Baiklah, Sayang. Asalkan kalian baik-baik saja, aku sudah tenang.” Senyum tipis Adriano sunggingkan di bibirnya. Lalu dia memejamkan matanya. Dia butuh banyak istirahat. Dia harus berjuang agar tetap sehat, demi Clarabelle. Putrinya telah berusaha mewujudkan mimpi Adriano, menikah, memiliki seorang pendamping. Dia pun harus bertindak, sebab dia ingin bisa lebih lama melihat putrinya, jika mungkin sampai Clarabelle dan Jordan punya keturunan. Clarabelle lega, Adriano tidak bertanya lebih jauh. Dia kembali duduk di kursinya. Dalam hati dia merasa bersala
Read More
Dernier
123456
...
13
DMCA.com Protection Status