All Chapters of Perfect Love: Chapter 61 - Chapter 70
113 Chapters
Part 61: Mulai terbiasa tanpanya
Eva duduk di kursi meja depan yang berhadapan dengan meja dosen. Ia begitu fokus menulis catatan penting yang dipaparkan oleh Dosen di papan tulis. "Kalian boleh catat materi ini. Strategi menjadi jurnalis itu sangat penting bagi kalian yang masih menjadi seorang mahasiswa," kata Dosen paruh baya itu sambil memberikan senyuman kepada semua murid. Lalu, ia kembali duduk di kursinya untuk menunggu para mahasiswa selesai mencatat. Namun, tatapan semua mahasiswa tertuju ke arah Eva dan Tristan yang duduk bersampingan dan mereka terlihat begitu dekat. "Apa mungkin Eva sedang menggoda Tristan sekarang, setelah Rendra meninggalkannya." "Mungkin saja. Dia 'kan terkenal suka menggoda siapa saja. Dosen saja suka sama dia. Apalagi sekarang kita sudah mulai turun ke lapangan. Aku yakin dia pasti mendapatkan sebuah perusahaan yang bagus." "Tentu saja. Papa dia 'kan seorang jurnalis yang sudah memiliki perusahaan besar." "Wah. Aku tak sanggup untuk mengganggu seorang anak bos jurnalis indonesi
Read more
Part 62: Aku akan tetap bersamamu
Eva berjalan penuh percaya diri menuju ruang syuting, Eva menatap tajam ke arah podium tersebut sambil membatin. 'Aku ini seorang presenter berita bukan juru bicara yang menerjemahkan setiap perkataan orang'. Eva menaiki podium acara dan bersiap-siap sambil merapikan jasnya, menyetuh sedikit rambut di sebelah kirinya dan berdiri tegak hingga ia terlihat semakin tinggi karena memakai hak 9 cm. Ia menarik napas pelan dan tetap santai sambil menunggu aba-aba dari sutradara pada saat acara akan dimulai. Ia memegang remote pengontrol infokus untuk nanti saat menunjukkan berita di layar dinding. Seorang kru berseragam hitam mengarahkan kamera ke arahnya dengan shot yang begitu bagus."Mulai!" ucap sutradara memulai acara. "Halo, selamat siang pemirsa. Bersama saya Eva Gricia Sukma Negara ...," Eva terus melanjutkan pemberitaannya setelah perkenalan diri. Ia bahkan tidak peduli dengan konsep berita yang sudah direncanakan oleh atasan. Ia tetap dengan pendiriannya untuk memberitahukan fak
Read more
Part 63: Tak sama seperti dulu
Seorang sopir memasukkan dua koper besar ke dalam bagasi mobil yang berdiri di depan rumah. Daddy dan Sisi mengantar Rendra di depan rumah yang akan bergegas kembali ke Indonesia seorang diri. Ia berpelukan dengan Daddy dan Sisi untuk mengucapkan perpisahan. "Rendra pamit. Daddy jaga diri, juga jagain Kak Sisi untuk Rendra. Mungkin setelah pekerjaan selesai, Rendra akan kembali," kata Rendra melepaskan pelukan."Bukankah kamu rencananya akan menetap di sana?" tanya Daddy memastikannya karena ia pikir Rendra akan terus di Indonesia. Tapi, setelah mendengar perkataan dia akan kembali, membuat Daddy ragu."Itu hanya omongan dia, Dad. Dia akan tinggal di sana. Sebelum dia melewati batas perang, dia tidak akan kembali," sahut Sisi mengatakan kondisi yang belum jelas. "Kak Sisi jangan menerjemahkan banyak hal. Sekarang yang penting Kak Sisi jaga diri di sini. Jaga Daddy juga." Rendra mengingatkan banyak kepada Sisi agar ia lebih mementingkan kesehatannya dari berdebat dengan Rendra tiap ha
Read more
Part 64: Pemecatan
Saling memeluk mengucapkan perpisahan, Eva dan Tristan terlihat seperti pasangan kekasih yang tak ingin berpisah, padahal Tristan hanya pergi satu minggu karena ada urusan pekerjaan. “Ingat kembali, oke?” Eva memukul pipi kanan Tristan dan lembut dan memeluknya dengan hangat. *** Langkah Rendra terhenti saat melihat Eva berpelukan dengan seorang pria, tepat di hadapannya walaupun masih berjauhan ia bisa mengenali Eva harus memastikannya terlebih dahulu. Ia masih sangat mengenal Eva lebih dari siapa pun. Tetapi, Eva tidak mungkin melihatnya karena banyak orang yang berlalu-lalang keluar masuk bandara. Rendra terdiam dan hanya berdiri menatap Eva yang begitu erat memeluk pria itu dengan wajah tersenyum. Sontak Rendra menggenggam kuat pegangan kopernya itu dan raut wajahnya terlihat sedih walaupun matanya tertutup kacamata. Seluruh bahasa tubuhnya terlihat lesu, padahal penampilan perdananya tiba di Indonesia cukup menarik para pramugari yang lewat karena Rendra terlihat modis dan
Read more
Part 65: Direktur Baru
Keesokan paginya, Rendra keluar dari kamar dan sudah rapi mengenakan setelan jas biru dongker dengan dalaman kemeja putih serta rompi dan dasi. Ia membenarkan dasinya sambil berjalan mengambil kunci mobil di atas lemari. “Kamu mau ke mana?” tanya Kak Sisi sedang mengunyah potongan apel sambil duduk di kursi sofa membelakangi Rendra. “Kerja,” jawab Rendra singkat dan bergegas keluar dari apartemen. Kak Sisi memalingkan wajahnya melihat Rendra yang langsung pergi. Ia mengerutkan alis karena heran akan sikap Rendra yang tiba-tiba menjadi misterius. “Jangan-jangan, hari ini dia mau ketemu Eva. Aku harus follow dia.” Kak Sisi segera menaruh piring yang berisi potongan apel di atas meja dan berdiri dari tempat duduknya bergegas masuk ke kamar untuk bersiap-siap menyusul sang adik. *** Rendra mengemudi dengan kecepatan standar menuju tempat yang ingin dituju. Ia menunjukkan raut wajah datar seraya menggenggam kuat stang mobilnya. Ia sangat marah apabila ia melihat Eva dihujat oleh neti
Read more
Part 66: Ingin Kembali Seperti Dulu
‘Ting ting ting’ Suara bel rumah berbunyi beberapa kali. Eva masih dalam lamunannya dan beberapa saat akhirnya tersadar akan suara bel yang terus saja berbunyi. Ia berdiri dari tempat duduk tanpa ada semangat sedikit pun dan berjalan untuk membuka pintu. ‘Kreek’ “Selamat siang, Nona. Ini ada kiriman amplop dan paket untukmu.” Pengantar barang tersebut memberikan sebuah amplop dan kotak besar. Eva terlihat kebingungan seraya mengambil paket dan amplop itu. “Siapa kirim paket untukku? Tristan ‘kan di luar negeri. “Bisa tanda tangan di sini,” suruh pria itu memberikan pulpen padanya untuk di tanda tangani di atas buku kecilnya. Eva segera menandatangani pesan terimanya. “Terima kasih, Nona,” ucap pria itu sambil tersenyum dengan ramah. “Terima kasih kembali,” balas Eva sambil tersenyum tipis. Pria itu pun pergi meninggalkan rumah Eva dan melanjutkan pekerjaannya. Eva bergegas masuk ke dalam rumah dan kembali duduk di kursi sofa. Pertama-pertama, ia membuka paket kotak berwarna bi
Read more
67. Gerakkan dia
Rendra menghela napas panjang seraya memeluk gulingnya dan menatap ke arah jendela yang memancarkan cahaya senja di sore hari. "Apa aku terlalu berlebihan jika kecewa dengannya?" Rendra terlihat cemas saat mengingat Eva. Ia bangun dari tempat tidurnya menuju balkon. Sontak ia melihat Eva sedang bersama Jeremi di depan pagar rumah. "Aku suka sama dia atau tidak, itu bukan urusanmu. Lebih baik kau pergi dari sini!" ucap Eva mengusir Jeremi. "Aku mencintaimu, Ev. Aku sangat mencintaimu," ucap Jeremi memeluk Eva dengan kuat. Jeremi sengaja memeluk Eva untuk membuat Rendra kesal. "Je, lepaskan aku!" "Sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan mu. Aku sayang sama kau, Ev. Aku janji, aku tidak akan menyakitimu lagi. Pokoknya kita harus balikan. Titik," ujar Jeremi terus memeluknya dengan erat sambil tersenyum ke arah Rendra dengan sinis. Eva terdiam sejenak membiarkan Jeremi memeluknya. Rendra membalas tatapan tajam ke arah Jeremi. Ia terlihat geram melihat kemesraan mereka hingga
Read more
68. Diam!
Grup whatsapp SMA Angkasa Jakarta menerima pesan masuk. Seluruh murid dan guru berada dalam grup itu. Sebagian murid di kelas 12 IPA langsung membuka pesan di ponsel masing-masing. Pesan itu merupakan sebuah video yang di kirim oleh Zia dari kelas IPS, tapi ia menyamar dengan nomor tak dikenal.Semua tindakan Eva saat menggoda dan memotret catatan Rendra, terekam dengan jelas di video tersebut. Sontak murid-murid sangat terkejut melihat video yang membuat mereka sangat kesal dan marah dengan perilaku Eva yang kurang bijak."Pencuri!" teriak murid itu ke arah Eva sambil berdiri.Murid yang lain ikut menyerbu Eva dan berdiri dari tempat duduk mereka."Pencuri, penggoda!" sahut murid-murid yang lainnya.Eva menoleh ke arah murid-murid itu dengan bingung. Eva tidak mengerti akan maksud dari perkataan mereka."Hei, hei. Ada apa ini?" tanya Erik yang hendak pergi dari kelas.Para murid itu menatap Erik dengan tajam dan kembali menatap Eva dengan kemarahan yang membara."Dia tidak pantas men
Read more
69. Sangat berbeda
Dengan jarak yang jauh menuju rumah sakit di Jakarta, Erik mengemudi dengan kecepatan tinggi. "Siapa yang berani culik keponakanku!" ujar Erik sangat marah. Kekhawatiran terlihat jelas di raut wajah Erik hingga membuatnya semakin marah kepada penculik itu. Rendra berlari menuju ruang IGD untuk melihat kondisi Eva. Tanpa memanggil namanya, Rendra langsung menggendong Eva dan menidurkannya di atas ranjang. Tapi, Eva malah bangun lagi dan duduk di atas ranjang. Rendra membiarkan Eva agar ia lebih tenang. "Penyakit apa itu. Aneh sekali," ujar salah satu pasien merasa ketakutan. "Tidur berjalan," ucap pasien lainnya. Suasana di IGD menjadi ricuh saat melihat penyakit Eva yang begitu langka. "Dia kerasukan, Ma. Aku takut," ujar salah satu pasien anak kecil yang memegang kuat tangan Ibunya. "Sudah, sudah. Kakak itu hanya sakit biasa," jawab Ibunya menenangkan sang anak. "Semuanya tenang. Dia hanya kelelahan saja," sahut Dokter menenangkan para pasien. Dokter dan tiga perawat mende
Read more
70. Menua bersama
Seorang pasien gangguan jiwa paruh baya, sedang membaca buku dengan teman dan santai di atas ranjangnya dengan duduk sambil menyandarkan punggungnya di atas bantal yang tempelkan di dinding. Ia terlihat sedang tersenyum malu ketika membaca sebuah buku anak-anak. "Haha, si kancil sudah kabur!" ujarnya sambil tertawa. Lalu, Erik dan seorang perawat perempuan memasuki ruangan pasien untuk melakukan pemeriksaan. Sontak pasien itu menyembunyikan buku yang sedang dibacanya di bawah selimut. Ia langsung terdiam dengan memasang tatapan yang kosong. "Selamat Pagi, Bu Hasti," sapa Erik memberikan senyuman. "Aku tidak baik, Perawat Harris. Aku kesakitan. Seluruh tubuhku memanggil nama anakku dan anakku. Apakah Perawat Harris tau, dimana dia berada?" tanya pasien itu seraya memegang tangan Erik kuat. "Ibu Hasti tenang dulu, kita akan mencari anak ibu," sahut perawat wanita. Sontak pasien itu menatapnya dengan tajam. "Diam kau, Syifa!" ucap pasien lantang. "Syifa? Bu Hasti tau nama saya?
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status