All Chapters of Tenggelam Cinta Masa Lalu: Chapter 11 - Chapter 20
86 Chapters
11. Pencapaian Janji
Adhikari berjalan memasuki rumah orangtua Rosaline dengan perasaan bahagianya yang luar biasa. Setelah berminggu-minggu tak bertemu dengan Rosaline, kini Adhikari ingin memberikan kejutan untuk Rosaline. Saat memencet bel pintu rumah, ternyata Bik Lastri yang membukakan pintu.“Selamat sore, Mas,” sapa Bik Lastri tersenyum ramah.“Bik Lastri, apa Rosaline ada di rumah?”“Ada, Mas. Mari silakan masuk, biar saya panggilkan dulu.”Adhikari duduk di ruang tamu lalu Bik Lastri pergi untuk memanggil Rosaline.“Hai,” sapa Rosaline saat ia berjalan menghampiri Adhikari.“Rose,” sapa Adhikari seraya tersenyum.“Kok kamu nggak telpon dulu kalau kamu mau ke sini?” tanya Rosaline.“Iya, aku mau ajak kamu jalan. Kamu siap-siap gih.”“Iya. Kamu tunggu sebentar.” Rosaline langsung berjalan cepat menuju kamarnya. Ia harus segera bersiap karen
Read more
12. Kinanti
“Kak,  ayo antarkan aku ke rumah temanku.” Laksmi menghampiri Adhikari yang baru saja merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Baru saja Adhikari pulang dari kantor dan belum hilang rasa lelah, Laksmi sudah merengek-rengek meminta bantuannya.“Kamu pergi sendiri saja lah. Aku capek, Laksmi ... kamu kan tahu sendiri kalau aku baru saja pulang dari kantor. Belum juga mandi,” gerutu Adhikari.“Kak Badrika belum pulang dari kantor, Papa juga lagi pergi sama Mama. Cuma Kakak yang bisa aku mintai tolong kan. Ayolah ...,” rengek Laksmi.“Cuacanya mendung, aku takut kalau tiba-tiba turun hujan kalau aku naik motor sendiri,” imbuh Laksmi.“Ya udah di rumah aja. Udah tahu mendung kenapa masih nekat pergi. Udaahh ... di rumah aja,” sahut Adhikari.“Ah Kakak gitu ah.”                     &n
Read more
13. Hanya Rosaline
Rosaline begitu sibuk dengan pekerjaannya, bahkan hari ini ia harus meeting sampai beberapa kali.Tok tok tok.              “Masuk!” seru Rosaline.“Selamat sore, Bu Direktur.”Rosaline mengangkat wajahnya. “Dini? Kamu belum pulang?”Dini mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di seberang tempat duduk Roaline. “Kamu pekerja keras banget ya, Rose. Aku mau pulang tapi pas lewat sini lampunya masih nyala dan aku yakin kamu pasti belum pulang.”“Kerjaan aku banyak banget hari ini, Din.” Rosaline kembali fokus dengan layar laptopnya.“Yaa aku paham itu.”         “Kamu nggak pulang?” tanya Rosaline.“Kamu mau pulang jam berapa?”“Enggak tahu. Mungkin sebentar lagi. Aku juga udah capek banget, punggungku r
Read more
14. Mengajak 'Calon Istri'
“Adhi, jangan lupa datang ke pesta nanti malam. Ajak juga calon istri kamu,biar kita semua bisa kenal sama calon istri kamu.” Ucap teman kantor Adhikari saat mereka hendak berpisah di parkiran.“Iya, tentu saja,” sahut Adhikari.“Kalau begitu aku mau pulang biar bis siap-siap untuk nanti malam.”“Baiklah. Aku  juga akan siap-siap,” sahut Adhikari. Ia berjalan menuju di mana mobilnya terparkir.“Aku coba telpon Rose dulu deh.” Adhikari menunda melajukan mobilnya dan memilih untuk lebih dulu menghubungi kekasihnya.“Halo, Rose.” Sapa Adhikari setelah sambungan telponnya terhubung.“Hai, ada apa?”                  “Apa kamu sibuk? Nanti malam akan ada perayaan ulang tahun perusahaan di tempatku kerja. Aku mau ajak kamu mendampingi aku datang ke acara nanti
Read more
15. Kesempatan
Rosaline tiba-tiba teringat pada Adhikari yang tadi sore mengajaknya menghadiri pesta yang diadakan di kantor kekasihnya itu.“Kenapa, Rose?” tanya Dini. Dari tadi ia merasa bahwa teman sekaligus atasannya ini sedang tidak fokus dengan pekerjaannya.“Sekarang ini aku kok jadi kepikiran tentang Adhi ya, Din?” gumam Rosaline dengan wajahnya yang terlihat sedih.“Memang ada apa sama Adhi?” tanya Dini penasaran.“Sore tadi Adhi telpon aku, dia ngajak aku buat hadir di acara pesta yang diadakan kantornya. Tapi aku menolaknya karena kerjaan masih numpuk. Lihat sendiri kan, bahkan saat ini kita juga masih ada di kantor,” ucap Rosaline.“Dari pada kamu kepikiran terus, mending kamu coba hubungi Adhi dulu deh. Tanya apa dia jadi pergi apa enggak. Ya meskipun kamu nggak bisa menemani dia ke acara itu, paling enggak kamu udah ngasih perhatian dengan menanyakan hal itu,” saran Dini.“Iya
Read more
16. Melewati Batasan
Hari ini Adhikari lewati dengan penuh suka cita. Semua pekerjaan kantornya ia lakukan dengan sangat baik dan cepat agar ia bisa pulang tepat waktu karena ia harus mengantarkan dompet ke rumah Kinanti. Efek Kinanti sangat dahsyat dalam hidupnya, Kinanti sekarang ini telah menjadi tujuan dalam hidupnya. Bahkan seharian ini Kinanti juga telah menguasai  pikirannya.Adhikari tersenyum seraya memasuki mobilnya dan segera melajukan mobilnya. Ia harus cepat sampai di rumah Kinanti. Mungkin saja saat ini gadis manis itu sudah menunggunya.Setelah tiga puluh menit, Adhikari menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Kinanti. Sebelum turun dari mobil ia terlebih dulu merapikan penampilannya. Setelah dirasa cukup, barulah ia turun dari mobil dan tak lupa ia juga membawa dompet milik Kinanti.Adhikari memencet bel rumah Kinanti. Tak lama kemudian pintu terbuka. Ia langsung tersenyum kala yang pertama ia lihat di balik pintu adalah orang yang hari ini telah berhasil men
Read more
17. Desakan
Sampai dalam rumah Adhikari dikejutkan oleh keberadaan Rosaline di rumahnya. Bukannya senang tapi tiba-tiba ia malah menjadi gugup. Ia bahkan lupa bahwa dari kemarin ia belum satu kali pun menghubungi atau mengirim pesan pada Rosaline.“Rose,” gumam Adhikari.       “Adhi, kamu baru pulang? Aku nunggu kamu dari tadi.” Rosaline langsung berdiri dan berjalan menghampiri Adhikari yang saat ini berdiri mematung.“Rose, aku ... tadi aku—“   “Aku cemas mikirin kamu. Aku kira kamu marah sama aku soal kemarin.” Rosaline mendesah lega seraya menyugar rambutnya ke belakang. “Maafin aku karena udah berpikir buruk soal kamu. Ternyata kamu sibuk kerja di kantor sampai pulang selarut ini makanya kamu nggak sempat hubungin aku.”“I—iya,” sahut Adhikari gugup.“Adhi, kamu baru pulang? Kasihan loh Rosaline nunggu kamu p
Read more
18. Merasa Bersalah
Ivana berjalan menuju dapur untuk mengambil botol susu Marsya yang sudah dicuci mumpung putri kecilnya itu sudah tidur. Namun saat sampai dapur, ia terheran dengan mama mertuanya yang kini sedang tenggelam dalam lamunannya. Ia melempar pandangannya ke arah Laksmi yang saat ini sedang memotong sayuran untuk masak makan siang. Namun Laksmi malah mengendikkan bahunya pertanda jika ia pun juga tak tahu menahu soal mamanya yang sibuk melamun.“Mama ada masalah?” bisik Ivana di telinga Laksmi.“Nggak tahu. Dari tadi pagi udah kayak gitu, melamun terus,” bisik Laksmi.“Kamu coba tanya gih. Siapa tahu aja Mama mau cerita. Kasihan kan kalau Mama pendam sendiri masalahnya,” bisik Ivana.Laksmi menganggukan kepalanya dan menghentikan gerakan  tangannya memotong sayuran. Ia lalu berjalan menghampiri mamanya sedangkan Ivana mengikutinya berjalan di belakang.“Mama.” Laksmi duduk di sebelah Ruwina namun mamany
Read more
19. Penetapan Hari Baik
Kini sudah sepekan setelah Adhikari mengatakan bahwa ia meminta kedua orangtuanya untuk melamarkan seorang gadis untuknya.Kemarin Ruwina dan Panji terkejut saat Adhikari memperlihatkan sebuah cincin yang akan Adhikari gunakan untuk melamar gadis yang saat ini sedang digilainya itu. Dengan terpaksa hari ini Ruwina mempersiapkan barang bawaan yang akan dibawa menuju rumah sang gadis yang sudah ia ketahui bernama Kinanti. Ini sudah menjadi keputusan putranya, jadi mau bagaimana ia menolak, tak akan bisa bila putranya sendiri juga masih ngotot. Toh hidup rumah tangga putranyalah yang nantinya akan menjalani.“Udah siap semua?” tanya Adhikari antusias.Di sini hanya Adhikari yang antusias, sedangkan anggota keluarga yang lainnya tak begitu antusias karena mereka masih terselimuti rasa bersalah kepada Rosaline. Mereka hanya mengikuti keinginan Adhikari saja.Semua keluarga Adhikari mengamati rumah bangunan tua bercat putih milik orangtua Kinanti in
Read more
20. Pertemuan Tak Disangka
Persiapan perniahan sudah hampir selesai. Bahkan undangan pun juga sudah jadi dua minggu sebelum hari pernikahan terlaksana. Semua serba cepat dan mendadak hingga nantinya acara benar-benar terselenggara dengan sangat sederhana di rumah Kinanti.Kinanti bahkan hanya membeli gaun pengantin sederhana. Meski begitu ia merasa tak sabar ingin segera menjadi seorang pengantin.Saat ini Kinanti sedang duduk di ruang tamu menunggu kedatangan Adhikari yang akan mengajaknya untuk mengambil souvenir pernikahan mereka. Ia harus sudah siap di depan rumah agar tak membuang-buang waktu karena setelah mengambil souvenir calon suaminya itu harus kembali lagi ke kantor.“Hai,” sapa Adhikari saat ia melihat Kinanti yang sudah siap membawa tasnya berdiri di ambang pintu.“Hai,” sapa Kinanti seraya tersenyum.     “Udah siap kan?”“Iya, kita langsung berangkat aja,” ajak Kinanti.Adh
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status