All Chapters of Sad Boy: Chapter 21 - Chapter 30
101 Chapters
21. Permintaan Maaf
Setibanya di rumah sakit, Mayra merasakan pusing di kepalanya mungkin karena pertama kali tidak tidur dan hal itu sangat tak biasa baginya. Dia berjalan pelan ke kamar Nalan, bertahan agar tak jatuh dan memegangi tembok rumah sakit untuk membantunya berjalan.  Untung saja di kamar Nalan ada sofa panjang, suaminya sedang tertidur pulas seorang diri di atas branka. Mayra mengendap-ngendap agar tak membangunkan pria berhati dingin itu. Segera saja tubuhnya ia buang ke sofa dan tertidur.  Pagi hari pukul 7.00, Nalan membuka mata dan sontak ia kaget mendapati istrinya tidur di sofa dengan sangat nyenyak. Dia tak menyangka Mayra akan kembali dengan sendirinya bukan bersama kakaknya. "Mayra!" seru Nalan dengan suara keras, tapi gadis itu tak bergeming. Dia terus memanggil, akhirnya direspon dengan membuka mata perlahan sambil mengerjap. 
Read more
22. Bertahan Meski Terabaikan
Sekembalinya Mayra, secepat kilat Nalan menghapus air matanya agar tidak ada yang tahu hatinya gundah. Andai saja istrinya pergi, ia akan keluar dari rumah sakit hari ini juga untuk mencari Serra. Ingin meminta tolong pada Hans untuk mencari keberadaan kekasihnya, tapi Nalan tak ingin satu orang pun tahu kalah Serra telah kembali. Termasuk orang kepercayaannya, karena tahu akan ditentang habis-habisan. Dan berbagai nasehat akan dilayangkan, pastinya akan ada ancaman dari asisten itu. Mengadu pada Nami sudah di jelas akan di lakukan lelaki berusia 20 tahunan.  "Nalan, ayo makan!" ajak Mayra sembari menyiapkan dan memegang jari jemarinya. Namun, Nalan menepis dengan kasar. Dia membalikkan badannya karena tidak dapat menahan rasa lapar sejak semalam.  "Aku menerima ajakanmu hanya karena kak Nami, jangan sampai kau mengadukan atas apa yang terjadi semalam termasuk pada Hans," ucapnya terpaksa
Read more
23. Satu Kebenaran Terungkap
Warning 21+ (Khusus Dewasa) Setelah Mayra membantu mengurus semua urusan rumah sakit, mereka keluar bersama dan mobil tetap dikendarai sang istri. Wajah terpaksa sangat jelas terlihat, Mayra tak peduli dengan hal itu. Toh, seminggu mereka akan menghabiskan waktu, itu cukup membuatnya senang. Walau Nalan memaksakan diri. Sejak di dalam mobil, Nalan diam dan melihat ke arah jendela samping sembari memikirkan wajah teduh Serra. Sesekali ia tersenyum kala mengingat hal di masa lalu yang tidak bisa dilupakan.  Mayra yang melihatnya, ada gerutan kesedihan. Senyum yang tampak itu bukan untuk miliknya, tapi untuk wanita lain. Namun, dia berusaha menyunggingkan senyum keterpaksaan.  "Nalan!?" seru Mayra membuyarkan lamunannya. Dia menjadi kesal dan tanpa berbalik menyahut dengan ketus. "Hm, ada apa?" "
Read more
24. What Is To Do Now?
Meski tidak ada rasa untuk Serra, tapi hal tadi membuatnya benar-benar syok. Dalam benak Bryan terlintas yang buruk tentang wanita itu. Bahkan teringat dengan Nalan, sungguh rasa kasihan menyelimutinya saat ini. Wanita yang masih sangat dicintainya itu ternyata bukan orang yang baik, rasa syukur dalam relung hatinya Nalan menikahi gadis baik seperti Mayra. Di mulai dari latar belakang keluarga, hingga pendidikannya semua memang baik.  Baru kali ini Bryan sadar, sebelum menikah kenapa ia tidak mencek status Serra. Padahal, sebelumnya sudah jelas Nalan dan Serra sering berhubungan. Itulah alasan mengapa tidak ingin menyentuh istrinya karena bekas dari sahabatnya sendiri.  Di tengah perjalanan, Bryan teringat Marco. Sahabatnya lagi itu. "Haruskah aku membicarakan hal tadi? Bagaimana kalau Marco tidak percaya?" gumam Bryan kebingungan.  Pikirannya menghant
Read more
25. Bryan Story
Marco tiba di depan kamar sahabatnya itu, sekali tekan bel pintu telah di buka. Bryan menatap biasa saja, sementara lelaki yang di depannya itu sumringah. "Masuk, Co," ajak Bryan. "Tidak usah di suruh, gue juga bakal masuk," sanggah Marco melewati Bryan yang masih berdiri memegang pintu. Marco duduk di sofa sementara Bryan setelah menutup pintu rapat, duduk di tepi ranjang. Wajahnya sangat lesu dan bingung harus memulai dari mana. "Ada apa, sih?" tanya Marco menanti sahabatnya itu bicara. Bryan masih diam, beberapa kali matanya memperlihatkan keraguan saat menatap Marco yang terus menunggu dengan serius. "Yan, kalau kamu cuma ngajak gue kesini main diam-diaman, mending gue pulang. Berasa kayak orang bodoh duduk disini, hanya memperhatikan loe," keluh Marco mulai emosi. "Maaf, Co. Gue bingung mau memulai dari
Read more
26. Membuat Rencana
"Rencana apa?"  "Kamu kembali ke rumah itu, jadilah seperti biasa yang tidak tahu apa-apa. Bersikaplah bagaimana semestinya, jangan berubah sampai kamu bisa dapat bukti," balas Marco memberi ide yang sedikit rumit bagi Bryan. "Gue tahu loe udah kepalang jijik, tapi cuma cara itu. Loe kembali dan pasang alat penyadap di beberapa tempat dan CCTV," lanjut Marco lagi.  "Apa harus ya? Ngga usah ada gue aja, bisa kan pasang itu semua?" Bryan bertanya kembali dengan bimbang, sulit menahan rasa mualnya jika berada di rumahnya lagi.  "Ngga bisa, nanti ketahuan. Loe mau mereka curiga? Ngga kan?" Bryan bergeming kembali, ia mengusap wajahnya karena pusing memikirkannya, rencana Marco sangat bagus. Bahkan saking tidak menentu arahnya, dia sampai lupa soal CCTV. "Kalau gue disana, pasti di kasih minuman lagi." 
Read more
27. Sindiran
Mayra menangis di kamar sejadi-jadinya, harus seperti apa lagi yang bisa dilakukan agar Nalan mengerti semua kebaikannya. Bagaimanapun, sifat seorang istri yang alami dari dalam begitu tergerak. Ingin melayani sebisa mungkin dan melakukan perannya, tapi Nalan masih saja dengan sifat kasarnya.  Sejak tahu perbuatan bejat suaminya, Nalan makin menjadi-jadi tabiat buruknya. Bukankah harusnya Mayra yang seperti itu? Namun, semua itu menjadi kebalikan.  Drrrt! Drrrt! Bunyi dering ponsel di atas nakas menghentikan tangisnya, ia segera berjalan untuk meraih benda pipi itu yang sedikit jauh darinya. Panggilan itu rupanya dari Seon, dengan cepat Mayra menghapus air matanya dan merubah suara ke normal.  "Halo, Kak," sapa Mayra setelah mengangkat telepon. "May, kakak ada di depan apartemen
Read more
28. Kembali Ke Rumah
"Kenapa sih gadis ini bertanya?" tanya Nalan dalam hatinya mulai geram seraya mengepalkan tangannya di atas paha, tidak ada yang melihat karena mereka masih duduk, kapalan itu sembunyi dibalik meja makan. "Ngga ada masalah apa-apa sih, cuma wanita yang kembali ke masa lalu kakak ngga respect lagi," sahut Seon pura-pura biasa, memandang Mayra yang berada didepannya. "Kenapa? Kalau kak Seon suka, harusnya hargailah," ungkap Mayra begitu polos. Nalan kembali melebarkan mata dan Seon sedikit terhenyak dengan kata-kata Mayra. Dia tidak bermaksud ingin menyinggung adiknya, tapi yang keluar dari bibirnya sungguh diluar dugaan.  "Ehm, gimana ya?" Seon sedikit berpikir dan melirik ke arah Nalan yang masih diam mematung tapi wajahnya ditekuk. "Masa lalu, biarkan saja. Toh, kakak lebih memilih hidup di masa depan. Mundur ke belakang kakak takut kesandung," sindirnya lagi seraya me
Read more
29. Memulai Rencana
Serra mengembangkan senyum kala Bryan menatap dirinya dari atas ke bawah, ia merasa suaminya mulai tergoda dengan tubuhnya yang hanya dibalut lingerie. "Bryan pasti tergoda," tebak Serra dalam hatinya. "Mana ada laki-laki bisa menahan hasratnya ketika melihat keindahan tubuhku."  "Sedang apa kamu di kamar ayah?" tanya Bryan dengan wajah santai agar tidak menimbulkan kecurigaan. "Pakai pakaian seperti ini ke kamar, ayah," tegurnya pura-pura perhatian. Wajah Serra berubah kebingungan dengan pertanyaan Bryan, ia jadi salah tingkah dan lupa memakai penutupnya saking keasyikan memadu kasih dengan Eden tanpa henti. Eden mendengar hal itu, ia keluar untuk membantu Serra yang terlalu lama diam. Dia takut jika rencananya akan gagal, kalau sampai Bryan curiga. "Ayah tadi tiba-tiba tidak enak badan, minta tolong pada Serra mengambilkan air. Mungkin dia p
Read more
30. Kebohongan
Serra teramat kesal dengan perlakuan Bryan yang semakin berusaha menjauh dan menolaknya. Dia melempar tubuhnya ke ranjang dengan kasar, sebegitu tak tergodanya ia di mata suaminya. Padahal, segala cara dilakukan agar lelaki polos itu mau menyentuh. Termasuk memperlihatkan tubuhnya secara langsung, tapi tetap saja iman Bryan kuat. "Bryan, kau semakin membuatku penasaran," gumam Serra menarik selimut, bergegas ingin tidur karena lelah seharian melayani nafsu Eden yang sangat besar. Walau ia tua, tapi tenaga dan gairahnya sangat kuat. Dibanding lelaki manapun yang pernah dicobanya, tetap Eden lebih bisa memuaskannya. Ketimbang Arback dan Nalan bahkan lelaki lainnya. Hanya saja, Serra penasaran dengan keperkasaan Bryan. Semakin lelaki itu menolaknya, semakin tinggi hasrat untuk tidur dengan suaminya.  Serra memang wanita yang sering tidur dengan laki-laki sebelum bersama Nalan, sudah puluhan pria yan
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status