Lahat ng Kabanata ng Bangkitnya Sang Ahli Pedang: Kabanata 21 - Kabanata 30
199 Kabanata
Kegaduhan di Festival
“Renia awas!”  Bugh!    Aku menangkap kursi itu. Teriakan Tanka dan perasaanku yang tajam berhasil menghentikan kursi itu mengenai Renia yang asik memakan makanannya.    Siapa yang berani berbuat seperti ini?!    Aku meremas kursi besi itu hingga penyok. Bukan hanya Renia saja yang kaget di sana, tapi orang-orang yang memperhatikan juga.    Mata mereka bergetar, berpendar dengan rasa takut. Auraku keluar karna marah.    “Akion, kontrol dirimu. Renia dalam bahaya jika kamu begini ....”    Tanka menenangkanku, bagi oran
Magbasa pa
Istirahat Seperti Anak Muda
Ini kali kedua Bastian menemukanku tertidur di luar. Bajuku terbuka, dada bidang terlihat dari baju yang tersingkap.  Bastian memeriksaku apakah aku sedang mabuk. Namun bau alkohol pun tentu tidak akan tercium karna aku tidak meminumnya.  Sepertinya, waktu yang kuhabiskan bersama Renia membangkitkan masa laluku lagi. Aku memimpikan tentang keluargaku. Tidak terasa sesedih dulu, tapi tetap membuat lubang kehilangan yang membuatku menghela napas panjang.  Aku keluar untuk mencari angin dan berakhir tertidur dibawah langit lagi. Bahkan Tanka tidak menyadari itu.  Menembak dari kelakuanku, Bastian memberikan teh bunga Camomile padaku, untuk menenangkan sarafku yang menegang. Aku mengendus wangi teh ini, wanginya memang menenangkan. Tapi sejujurnya aku
Magbasa pa
Pemburuan Berkedok Piknik
Ada alasan kenapa Renia dengan semangat mendatangiku hanya untuk sekedar piknik. Tubuh kecil ini mempunyai banyak ide di dalam sel kelabunya. Sebelumnya, dia mendengar dari tukang kebun mengenai bunga air yang langkah.  Ya, karna bunga air langkah itu dia dengan berani dan semangat menerobos ruang kerjaku untuk mengajak piknik. Sebenarnya piknik hanya alasan yang dia berikan. Bagaimana seorang nona manis piknik di sarang monster yang menakutkan?  Aku tersenyum kecut.  "Kakak, kau pasti mau, kan, menemaniku?" "Tentu saja. Kakak pernah bilang padamu untuk meminta apa pun yang kau mau, kan?" Perlu kalian ketahui, bahwa hampir seluruh wilayah Sanktessy dikelilingi oleh hutan kegelapan, mereka itu terberai-bera
Magbasa pa
Kaliya
Aku baru saja menyelesaikan sarapanku ketika Levian dan Tanka pulang ke Mansion Sanktessy. Para Kesatria yang melihat mereka sangat berisik, aku tahu bagaimana reaksi masyarakat saat mereka membawa bangkai Kaliya ke sini. Dihari yang cerah ini, mereka pasti sedang menjalankan aktivitas seperti biasa. “Itu ular yang sangat besar.” Seorang ksatria mengagumi, dia ingin menyentuh daging ular itu. “Tuan Akion yang membunuhnya.” Seorang Kesatria yang dikirim Akion untuk membantu Tanka dan Levian menjelaskan. “Luar biasa.” Dia kagum. Levian berbicara pada Tanka, lalu menepuk baju bagian pundaknya yang sedikit kotor. Levian mendatangiku yang baru saja keluar dari Mansi
Magbasa pa
Kembalinya Anak Tertua
Sementara aku tertidur dua jam, sebuah keributan muncul di depan kamarku. Aku tidak membuka mataku, telingaku berkedut mendengarkan suara berisik yang tidak jelas itu. Seorang yang kukenal bersuara panik melarangnya untuk masuk ke kamarku. “Jangan, Tuan Har ....”Suaranya tidak begitu jelas. Tolong biarkan aku untuk tidur lagi. “Tuan Akion baru saja tidur ....” Bastian entah sedang berdebat dengan siapa. Dia tidak begitu bisa melarangnya, ada suara keraguan dan takut didalamnya. Pria satunya tertawa, itu tertawa yang sangat renyah dan leluasa. Siapa dia? 
Magbasa pa
Ketahuan Karena Tak Sengaja
Bab 26 “Ini peri, kan?”“Ternyata begini aslinya. Ah, cantik sekali.”Harzem menyentuh lembut Tanka dengan telunjuknya. Dia antusias, saat ini dia terlihat seperti Renia. Seorang penyihir pasti menginginkan untuk bertemu peri. Makhluk mitologi yang susah untuk ditemukan. “Bagaimana kamu bisa menemukannya? Ini peri apa? “Apakah dia sedang tidur?”Dia menanyakan bertubi-tubi pertanyaan. “Tanka itu peri tanah.” Aku duduk di sofa sambil menatapnya dengan tangan kiri yang menopang pipiku. 
Magbasa pa
Memenuhi List
Sejujurnya telah banyak hal yang terjadi setelah aku berpindah kesini. Dari hal buruk hingga menyenangkan disini benar-benar tercampur. Bahkan sekarang aku telah bersiap untuk pergi lagi bersama Levian, aku tidak membawa Aaron. Karna saat ini ada yang lebih praktis. Sebuah gulungan sihir telah ada ditanganku. Kami berdua akan pergi ke gunung berk. “Kenapa kau tidak ikut?”“Aku ingin di sini bersama penelitianku.” Tanka memasang wajah serius, dia bahkan menggunakan baju lab berukurannya. Entah kapan dia membuatnya. “Bagaimana aku bisa masuk kesana?”“Itu segel spesial. Aku sudah memodifnya agar kau bisa masuk.”&ldqu
Magbasa pa
Siren yang Berjalan
“Tuan Akion, apakah anda baik-baik saja?”Levian bertanya padaku yang tepaku di tempat. Ini adalah hal yang sulit aku Terima. “Aku merasa kecewa pada diriku sendiri.”Jantungku terasa sakit, ini sakit karna kekecewaan yang luar biasa. Kenapa sejak awal aku tidak memikirkannya? Tanka si peri tanah, dia mampu membuat kebun bunga di halaman depan rumahnya. Tanka kenapa tidak pernah mengatakannya? Levian mendekatiku dan berlutut dengan satu kaki. “Tolong jangan katakan hal seperti itu, Tuan Akion.”“Seharusnya aku menyadarinya sejak awal dan mampu membuat perkembangan lebih
Magbasa pa
Pertemuan Teman Atau Musuh
Kali ini aku telah memberitahukan tentang Eli terlebih dahulu kepada ayahku. Dia memandangi Eli dengan kagum, wajah tuanya tersipu melihat Eli. Itulah kehebatan siren, dia mempunyai daya tarik yang tinggi. Eli masih banyak menyimpan misteri. Aku telah memberikan perintah pada Levian untuk memberikan keperluan Tanka. Jika dia sekarang melihatku dan Eli sedang memakan camilan bersama di ruanganku, Tanka pasti akan sangat berisik. Eli makan dengan lahap, melihat tubuhnya yang kurus, aku senang melihatnya makan dengan lahap tanpa memperhatikan etika makan yang sebenarnya sangat ribet. Dia mengunyah cake coklat dalam sekali suap  membuat mulutnya penuh dan menggembung lucu. Lalu, tanka masuk deng
Magbasa pa
Utusan Marquis Kingston
“Tuan Akion, ada utusan dari Tuan Marquis Kingston.”“Baiklah.”Aku meletakan sendok dan garpu. Saat ini baru saja aku akan menyantap makan siangku. Dalam etika bangsawan, datang ketika makan siang adalah hal yang tidak sopan, tapi ini bukanlah kesalahannya, aku telah melewatkan jam makan siangku dan baru bisa untuk makan sekarang. Bahkan ini pun baru suapan pertamaku. Tapi, aku buru-buru menemuinya dibandingkan memakan makananku hingga habis. “Salam hormat pada Tuan Akion Naal Sanktessy.” Dia langsung mengucapkan salam saat melihatku datang. Aku membalas ucapan itu secara sederhana. Kami duduk berhadapan. Dia tampak seperti orang lugu yang mudah untuk dibodohi. Namun jika
Magbasa pa
PREV
123456
...
20
DMCA.com Protection Status