All Chapters of GANTENG-GANTENG ANAK PEMBANTU: Chapter 31 - Chapter 40
265 Chapters
BAB 31
POV AwanPagi ini, entah jam berapa. Sayup-sayup aku menangkap sebuah langkah kaki lembut melangkah perlahan dan naik keatas tempat tidurku. Lampu yang biasa kumatikan saat tidur, ditambah dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya membuatku membiarkan sejauh mana keberanian pemilik kaki tersebut untuk melakukan apa yang diinginkannya. Aku merasakan kasur sebelahku agak tertekan karena orang tersebut semekin mendekat kearah tempatku sedang tidur saat ini. Perlahan kurasakan tangan lembutnya mengusap kepalaku kemudian turun ke wajahku. Kurasakan jari-jari lembutnya mengusap pipiku, perlahan namun pasti kurasakan hembusan nafasnya menghangat menerpa wajahku, dan...Cuuppp"Sayang, bangun", bisiknya lembut ditelingaku yang kemudian dilanjutkan dengan mencium daun telingaku lembut. Namun karena melihat reaksiku yang masih biasa seperti orang tertidur, dia jadi semakin gemas sendiri, akhirnya ia kembali mencium bibirku dengan sedikit melumatnya."Hmnnppmhh.. Awaaannn, kamu nakal ihh,
Read more
BAB 32
Baru masuk kedalam mobil, Ren mendekat sambil mengendus mendekatkan hidungnya kearahku. Degh, ada apalagi ini ? apa Ren akan menciumku lagi ? oh tidaakk, pikirku antara senang dan khawatir. Khawatir karena di depan ada pak Usman yang lagi duduk di kursi supir, apa tanggapanya nanti kalau melihat anak majikannya menciumku tiba-tiba di dalam mobil, apa gak runyam nantinya, apalagi kalau sempat dilaporkan ke Papah Agus atau Bu Lina. Makin parah dah tuh."Hmnn, kok parfumnya gak dipakai ?", kata Ren tiba-tiba sambil menatapku tajam.Eh, dia nanyain parfum ternyata. Hadoh, iya aku lupa memakai parfum yang dibelikan Ren waktu itu."berhenti dulu pak!", kata Ren pada pak Usman yang mau menjalan mobilnya."Eh, kenapa Non ? ada yang ketinggalan kah ?", tanya Pak Usman mengentikan mobil."Bentar yah pak", kata Ren yang tiba-tiba turun dan berlari kecil masuk kedalam rumah."Ada yang ketinggalan mas Awan ?", tanya pak Usman padaku."Tau tuh pak, Ren", kataku singkat.Pas Usman tampak tersenyum ke
Read more
BAB 33
Saat sampai di kelas, Karin kulihat masih marah sepertinya. Walau aku sudah berusaha senyum ramah padanya ketika masuk, karena kursinya di depan, jadi aku harus melewatinya untuk sampai ke tempat dudukku. Lagi-lagi dia sengaja melengah ke arah lain begitu bertatapan denganku. Aku tak habis pikir, apa salahku padanya. Sampai dia segitunya padaku."Hai..", Sapaku pada sahabat-sahabatku yang duduk dibelakang."Hmnn cerah banget aura loe hari ini bray", kata Novi menyambutku dengan candanya."Maklum, ada yang lagi kasmaran", kata Radit di sebelahnya."Iya yah, mang beda aura orang yang lagi kasmaran itu", balas si Novi geleng-geleng kepala.Aku hanya tersenyum saja melihat canda sahabat-sahabatku ini, mereka mang selalu membuat suasana jadi ramai. Begitu aku duduk di kursiku."Nih" kata Sherla menyerahkan selembar kertas padaku."Apa ni la ?", tanyaku heran memegang kertas yang diberikan Sherla padaku."Tugas dari bu Shinta. Katanya agak telat masuknya. Jadi disuruh ngerjain tugas dahulu",
Read more
BAB 34
40 menit kemudian aku sudah selesai mengerjakan semua soal yang ada dilembar soal. Total 40 soal aku jawab dengan lancar. Aku menyerahkan lembar jawabanku pada bu shinta, selanjutnya bu Shinta, bu Maya dan pak Tomo bergantian memeriksa jawabanku."Gimana pak, sesuai kata saya sebelumnya kan ?", kata bu Shinta sambil tersenyum cerah pada pak Tomo. Aku yang masih belum mengerti maksud pemanggilan bu Shinta dan test yang diberikannya barusan hanya bisa diam dan menyimak.Tampak pak Tomo dan bu Maya saling pandang sambil tersenyum."Oke kalau begitu dia layak untuk jadi salah satu persertanya, bagaimana menurut anda Bu Maya ?", kata pak Tomo yakin sambil menanyakan pendapat bu Maya."Saya setuju pak Tomo", jawab bu Maya sependapat dengan pak Tomo.Peserta? Wait, apa ini ada hubungannya dengan keterlambatan bu Shinta masuk ke kelas kami tadi pagi, katanya habis mengikuti rapat tentang olimpiade. Oh aku jadi paham sekarang, ternyata aku di panggil untuk ikut acara tersebut."Oke, kalau begit
Read more
BAB 35
POV Author"Bajingann", teriak Awan begitu melihat di depan matanya sendiri Renata dibekap dan diculik oleh Bowie dan gengnya yang kemudian di bawa paksa menggunakan mobil Van berwarna hitam. Dari kejauhan Awan dan teman-temannya mendengar teriakan minta tolong dari Renata. Tanpa berpikir panjang Awan langsung berlari kearah Renata dengan penuh emosi. Melihat hal itu membuat Radit kembali teringat dengan kata-kata abang sepupunya, Ilham. Kalau Awan bukan sekedar orang 'biasa' yang hanya bermodal nekat dan Radit jadi semakin yakin kalau Awan mempunyai kelebihan dalam dirinya sehingga membuat dia tanpa gentar akan menghajar siapapun yang berani mengusik dirinya atau orang-orang disekitarnya.Melihat hal itu membuat Radit ikut menyusul Awan dengan mengambil sepeda motornya terlebih dahulu yang ada diparkiran."Nov, loe dan yang lain temui bang Ilham di warung yang ada di belakang sekolah, biasanya dia ngumpul disitu. Bilangin keadaan darurat. Ceritakan tentang apa yang terjadi disini, CEP
Read more
BAB 36
"Baik, kalau begitu saya langsung kesana, kamu hentikan dia menjelang saya sampai. Tapi ingat, jangan pakai senjata api. Kalau benar sesuai yang kamu katakan, saya tidak mau berurusan dengan Bapak, kalau sampai terjadi sesuatu dengan dia", jawab si Pria sambil menutup telfonnya. Dalam hatinya penuh tanya tentang siapa yang dimaksud oleh anggotanya tersebut. Karena apa yang disampaikan oleh anggota tersebut seperti ada sangkut pautnya dengan sang Guru. Jadi ia tidak mau gegabah merespon laporan anggotanya tersebut, untuk itu ia merasa perlu memastikannya secara langsung. Belum lagi urusan Bowie, salah satu anggotanya yang sembrono tanpa memikirkan efek jangka panjangnya, berbuat melewati batas dengan menculik anak partner kerja dari Klan Atmaja. Sekarang ia dipusingkan dengan laporan anggotanya yang mengatakan hal misterius mengenai pemuda yang tiba-tiba mengamuk dan menghajar semua anggotanya, walau bukan anggotanya secara langsung, tapi tetap saja geng motor tengkorak secara tidak lan
Read more
BAB 37
Tapi sepertinya Awan tidak mengubris perkataan Joe dan mulai bersiap menyerang kembali. Joe baru sadar ketika melihat ke arah mata Awan. Bajingan, ternyata ia sedang dalam keadaan tidak sadar, tatapannya nanar dan kosong. Jadi sedari tadi ia bertarung dalam keadaan tidak sadar ?, tapi melihat mata merah Awan membuat ia teringat mata yang sama dengan gurunya ketika masih muda dahulu. Entah ada hubungan apa pemuda ini dengan sang guru, dan itu membuat Joe jadi tidak ingin melanjutkan perkelahian mereka. "Lebih baik kamu selamatkan wanita yang ada dibelakangmu sebelum terlambat", hardik Joe kembali. Mendengar wanita disebut oleh Joe, membuat Awan langsung menghentikan serangannya. Sepertinya itu berhasil membuat kesadarannya pulih. Benar saja, ia melihat belakang ke arah Renata. Entah karena kondisi emosinya yang masih memuncak atau karena kondisi Renata yang acak - acakan seperti itu membuat ia berteriak dengan sangat kerasnya. "ARRRGGGHHHHHHH..." kemudian ia mendekat ke arah dinding
Read more
BAB 38
"Awan, bagaimana sekarang ? kita Cuma berdua", kata Radit pucat, kurasakan badannya agak gemetar karena cemas dengan lawannya. Shit, aku gak punya banyak waktu, belum lagi dua motor yang menghalangi kami sebelumnya juga datang dan berdiri tepat di belakang kami. Tanpa bicara aku langsung melesat menyerang dua security yang ada di depan kami. Kedua nya tampak terkejut dengan serangan mendadakku. Bughhhhhh Dengan sedikit membungkuk, aku menyerang cepat ulu hati security sebelah kiri. "Arrgghhh...", teriaknya kesakitan sambil membungkuk memegang perutnya. Security kedua mengeluarkan pentungannya hendak memukul dari arah samping, tapi karena aku sudah dalam posisi siap dan masih dalam posisi sedikit merunduk, memutar badan cepat dan melayangkan sebuah tendangan keras memutar dari arah bawah. Bummm.. Tendanganku tepat menghantam dagu security kedua. Diapun terlampar kepanel penghalang, Braakkkk.. Panel kayu tersebut patah, security yang kuhantam tersebut terlihat kejang – kejang geg
Read more
BAB 39
"Ini akibatnya bagi siapaun yang berani menyakiti orang kusayangi", kemudian dengan teriakan sambil mengeluarkan emosi di dada."aaaaaa..." kataku memberi sebuah uppercut tajam ke bagian kepalanya.Bughghhh... ia sampai terangkat dari lantai kemudian terhempas ke dinding, saat aku berniat mengakhirinya.Bruaaakkkkk..."arrgghhhh",Bunyi suara kesakitan dari belakangku dan suara kayu patah.Ternyata itu suara balok kayu yang dipukul kan oleh Radit ke kepalanya si Bopeng, rupanya ketika aku sedang menghajar temannya, si bopeng sudah bangun dan berniat menikamku dari belakang, untung Radit melihatnya dan mengambil balok kayu yang ada di dekatnya kemudian dengan sekuat tenaga memukul si Bopeng dari belakang.Si bopeng megelepar beberapa saat, kemudian pingsan tidak sadarkan diri."Thanks dit", ucapku mengacungkan jempol padanya.Radit mengacungkan jempolnya sambil menyeringai senang."ttollooooongg.." terdengar teriakan Ren dari lantai atas."Kita segera keatas Dit", sambil melangkah menda
Read more
BAB 40
Dengan sisa tenaganya ia meringsut mundur kebelakang. Darahnya membasahi lantai sepanjang ia meringsut. "Amm.. ammpun, gue hanya di perintah", katanya ketakutan. "Arggghhhhh", Teriaknya lagi begitu kakinya yang patah di injak oleh Awan. Dan blaammmmm Sebuah pukulan keras menghantam kepalanya dan membuat ia langsung pingsan seketika. Puas sampai di situ!, ternyata tidak. Awan langsung menghajar semua anak – anak geng motor yang masih bergerak dengan sadisnya sampai tidak ada satupun lagi yang bergerak. Ruangan itu seperti ruang penjagalan saja, darah berceceran dimana – mana. Tapi Awan seperti tidak puas, yang mash pingsan juga dihajarnya sampai mereka tersadar paksa dan dihajar lagi, ia tidak seperti Awan yang biasanya, karena yang menguasainya saat ini adalah emosi puncaknya, yang haus akan darah. "Bajingaann", teriak Bosky orang suruhan Joe ketika baru masuk kedalam ruangan. Ia memandang semua orang yang tergeletak diatas lantai dengan penuh luka, dan di depan matanya sendir
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status