All Chapters of Korban Perceraian: Chapter 51 - Chapter 60
145 Chapters
Membantu Memasak
Bab51"Sudah Bunda kabari?" tanya Rakjasa."Sudah Ayah."Rakjasa kembali menonton tivi. Namun, tiba-tiba handphone miliknya, mendapat panggilan telepon."Siapa Yah?" tanya Bunda Jelita.Rakjasa pun meraih ponselnya, dan melihat nama si pemanggil di layar pipihnya."Alia.""Alia?" tanya Bunda Jelita memastikan."Iya. Katanya kemarin mau datang hari ini, sama rekan bisnisnya juga.""Oh ya? Kebetulan sekali ini. Bunda akan masak banyak," sahut Bunda Jelita dengan senang.Bryan yang sudah memasuki gerbang rumah orang tuanya, dan memarkirkan mobilnya di tempat biasa pun, mulai membangunkan Ganesa.Ganesa berusaha membuka matanya, dengan mengerjap-ngerjap, memaksakan kantuknya hilang."Kita dimana?" tanya Ganesa memindai sekitar. Dia merasa bingung."Di rumah orang tuaku. Bunda Jelita meminta datang, katanya penting. Lekaslah keluar, aku tidak ingin lama-lama di sini."Ganesa pun mengangguk,
Read more
Bersabar
Bab52Usai berkata semacam itu, Bryan pun berpamitan untuk pulang. Sedangkan Ganesa, hanya terdiam, mengikuti apapun permintaan Tuannya.Dia sadar, dia bukanlah siapa-siapa di mata Bryan. Jadi wajar, jika Bryan memperlakukan Ganesa seperti itu."Ganesa, ayo ikut saya ke belakang." Raut wajah Bunda Jelita sangat berubah dratis.Yang tadinya ada Bryan sangat ramah dan lembut. Kini, berubah dingin. Sedangkan Rakjasa, sedari tadi memang mengacuhkan kehadiran Bryan dan Ganesa.Ganesa pun mengikuti langkah Bunda Jelita, menuju ke dapur."Kamu cuci piring dulu ya! Setelah itu baru nyuci baju. Jangan pake mesin cuci, hemat listrik."Ganesa hanya mengangguk, tanpa berani membantah. Dia pun mulai melakukan tugas yang di perintahkan, meskipun dalam hatinya sangat sedih.Sedangkan Bunda Jelita, mulai menghubungi Nuna, untuk mengajaknya memasak bersama
Read more
Pingsan
Bab53"Ganesa, kamu tata dengan rapi, seluruh masakan ini, ya. Saya dan Nuna mau ke depan, menyambut Bryan dan tamu penting kami."Ganesa lagi-lagi, hanya bisa mengangguk. Nuna memeluk lengan Bunda Jelita, dan berjalan beriringan dengan manja. Nuna berharap Ganesa sadar, bahwa hanya Nuna lah, sosok yang di terima sebagai menantu, bukan Ganesa.Meski lelah dan teramat pusing, Ganesa tetap mengikuti perintah Bunda Jelita."Mana teman lelakimu? Katanya mau ikut datang kemari?" tanya Bunda Jelita, sembari memeluk Alia, yang ternyata sudah datang."Katanya dia menyusul. Tadi dia masih ada meeting." Wanita yang bernama Alia itu menyahut."Oh. Oya, kenalkan." Bunda Jelita menunjuk Nuna. "Calon istrinya Bryan," katanya.Alia tersenyum, dan bersalaman dengan Nuna. "Bryan memang pinter mencari calon, cantik!" puji Alia. "Terimakasih, Tante. Tante juga cantik," puji Nuna juga."Berasa jadi obat nyamuk," seru Rakj
Read more
Playing Victim
Bab54Bryan menatap Ganesa, dan tidak mau lagi berdebat dengan sang Bunda."Mama, jangan tinggalkan Ganesa," lirib wanita itu, dengan mata, yang masih tertutup rapat.Bunda Jelita dan Nuna saling tatap. Sedangkan Bryan, menepuk pelan pipi wanita itu, dan menggenggam tangannya."Ganesa," bisiknya pelan. Namun wanita itu tidak kunjung membuka mata.Ganesa terus menggaungkan kata Mama."Bryan, dimana Ibu Ganesa?" tanya Bunda Jelita penasaran.Bryan tidak menyahut, dia hanya terfokus pada Ganesa, yang sulit untuk dia bangunkan.Sedangkan Nuna hanya terdiam, melihat Ganesa seperti ini. Ada rasa kasihan di hatinya, namun juga rasa marah yang begitu berkembang, membuatnya memupuk rasa benci yang lebih besar dari rasa empati.******"Halo, Mas." Alia menyapa Zaki, dan asik mengobrol bersama Rakjasa.
Read more
Bertemu Papa
Bab55"Diam, kalau kamu terus mengoceh, aku akan mengurung kamu di kamar ini," ancam Bryan yang mulai kesal.Ganesa pun terdiam, tidak lagi berani bersuara. "Rebahkanlah kepalamu di pundakku, dan tutup mata. Buat dirimu senyaman mungkin," pinta Bryan. Dan Ganesa pun menurutinya.Dia menutup mata, dan membenamkan wajahnya di dada bidang Bryan. Mereka melewati ruang keluarga. "Bryan, dia belum siuman?" tanya Alia, ketika melihat Bryan menggendong Ganesa."Sudah sadar, Bryan akan membawanya pulang ke apartemen.""Pulang ke apartemen? Dia pembantu kamu ya?" tanya Alia dengan polos. Mendengar pertanyaan Tantenya itu, Bryan menghentikan langkahnya.Zaki hanya melihat sekilas, dan kembali menatap layar ponselnya, karena ada beberapa kiriman pesan, yang berupa informasi penting bagi proyek yang baru digarapnya."Pembantu, kenapa Tante bisa berkata begitu?" tanya Bryan penasaran."Tadi kata Bunda kamu, dia itu-
Read more
Diperhatikan
Bab56"Ganesa ...." Bryan menatapku. Aku menyeka pelan air mata, mencoba menghentikan isakkan tangis, yang tidak kunjung berhenti juga."Maaf jika aku bertanya. Teman Tante Alia tadi, itu benar Papa kamu?" tanya Bryan kepadaku.Aku menunduk, rasanya tidak kusangka, bahwa aku bisa bertemu Papa lagi. Apakah ini sebuah kebetulan? Kurasa dalam hidup ini, tidak ada yang kebetulan.Semuanya sudah atas kehendak Allah."Iya," sahutku pelan."Kenapa reaksimu seperti tadi? Maafkan aku, Ganesa. Yang kutahu dari Bunda. Papa kamu itu lelaki sukses, yang memiliki aset miliarran. Ada apa dengan kamu? Mengapa ada di tempat Mami Ara?" Aku menatap Bryan dengan perasaan yang terluka. Bukan karena perkataannya, melainkan karena nasibku yang kurang beruntung."Wanita itu menipuku!" sahutku cepat tanpa ragu. "Dia menahan ijazahku. Dia membawaku dari Kalimantan ke Jakarta, dengan iming-iming kerjaan sebagai ART. Aku yang saat itu memang kesulit
Read more
Dilema
Bab57"Eemm. Mengenai Nuna, aku mendengar jelas tadi. Papa kamu bilang, kalian dulu satu sekolah dan bersahabat, apa itu benar?""Menurut kamu bagaimana?" Aku mentapnya."Jawablah. Bukannya bertanya balik, nggak sopan." Wajah Bryan cemberut, membuatku merasa lucu."Dulu iya, sekarang lain lagi ceritanya.""Why?""Karena kamu!""Hah?" Bryan melongok seperti orang bego, membuatku tidak bisa menahan tawa."Nggak usah sok kegantengan, Tuan Bryan," decakku sebal, melihat ekspresi konyolnya itu."It's oke. Bukan urusanku," katanya sambil menaikkan bahu, dan bangkit dari duduknya."Istirahatlah, aku masih ada urusan.""Ya." Kutatap lamat-lamat punggung lelaki itu, lelaki yang kini menghilang di balik pintu kamarku.Meninggalkanku seorang diri di sini. Meratapi segala sunyi dan pe
Read more
Menatap Ragu
Bab58Usai sarapan, aku berusaha bangkit, dan berjalan perlahan menuju pintu keluar.Terdengar suara orang yang sedang mengobrol di ruang tamu. Aku berjalan semakin pelan, agar langkah kakiku tidak begitu terdengar.Kutajamkan pendengaran, untuk memastikan, siapa tamu Bryan sepagi ini."Papanya sudah tidak sabar ingin bertemu. Bryan, kamu harusnya bisa membujuknya." Terdengar jelas, seperti suara Bunda Jelita.Aku berjalan lebih dekat lagi, berdiri di dinding penyekat antara ruang tamu dan ruang bersantai."Bunda, Ganesa masih sakit.""Bryan tolonglah Tante. Papa Ganesa sangat kecewa pada keluarga kita." Tante Alia terdengar memohon pada Bryan."Bukan urusan Bryan. Salah Bunda sendiri, selalu seenaknya menilai orang," cecar Bryan."Bryan, kamu jangan begitu, Nak. Bunda kan nggak tau, kalau Ganesa anak orang kaya. Bunda pikir, kamu mungut anak panti asuhan," sahut Bunda Jelita.Astagfirullah, sakit rasanya hati ini
Read more
Salah Dalam Bersikap
Bab59"Ganesa, maaf." Lagi-lagi ucapan Tante Alia terjeda.Aku hanya diam menatapnya, tanpa mau melempar tanya.Tarikan napas Tante Alia terdengar jelas."Ganesa, Tante tidak tahu jelas, tentang semua masalah kamu dan Mas Zaki. Tetapi ada baiknya, kamu beri dia kesempatan untuk bicara. Selama ini, dia sudah mencari kamu kemana-mana. Hingga berat badannya kini semakin menyusut."Aku masih terdiam. Rasanya sakit hati ini mengingat Papa, lelaki yang tega menelantarkan buah hatinya itu, jujur, bukan hanya kecewa yang mendalam di hati ini. Tapi juga benci."Ganesa, Tante mohon, temuilah Papa kamu, sayang. Biar bagaimana pun, dia sangat menyayangi kamu.""Sayang seperti apa yang Papa punya? Aku bertahun-tahun terlantar, hingga nasibku sehancur ini. Dan Tante bisa- bisanya bilang begitu? Tante boleh suka sama Papa, aku jelas tidak perduli. Tapi jangan membelanya,
Read more
Marah
Bab60"Maafkan saya," ucapku gugup. Bunda Jelita memindaiku, tatapan dingin itu tiba-tiba menguap, dan berganti senyuman manis secepat kilat.Begitu cepat sekali perubahannya, membuatku sedikit merasa takut padanya."Its oke, sayang. Maafkan Bunda, jika kemarin keterlaluan. Semua itu Bunda lakukan, untuk menguji keseriusan kamu, yang ingin menjadi menantu kami."Rasanya aku benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Bunda. Jujur saja, Bunda seperti orang, yang memiliki kepribadian ganda."Kok bengong? Peluk Bunda sini," pinta Bunda Jelita, membuatku semakin terperangah dengan keramahannya."Ganesa," panggilnya lagi, membuyarkan lamunanku.Aku pun memaksakan senyum, dan menghambur ke pelukannya."Terimakasih Bunda, sudah mau memberi maaf, pada Ganesa yang lancang dan tidak sopan," kataku lagi.Bunda Jelita membelai rambut hit
Read more
PREV
1
...
45678
...
15
DMCA.com Protection Status