All Chapters of Korban Perceraian: Chapter 41 - Chapter 50
145 Chapters
Mengamuk
Bab41 Dengan perasaan yang teramat gugup, Ganesa turun dari ranjangnya, dan berjalan pelan menuju daun pintu. "Apapun yang terjadi, kuatkan aku," batin Ganesa, sembari memegang gagang pintu, dan memutarnya. Ganesa perlahan membuka daun pintu, hingga terlihat jelas, sosok Bryan yang sangat marah di depan pintu. "Kamu yang mempersilahkan wanita itu masuk ke apartemenku?" bentak Bryan dengan sengit. "Maaf Tuan," sahut Ganesa. Bryan masuk ke dalam kamar Ganesa, dan lekas menutup pintu itu. Dia mendorong Ganesa, hingga belakang Ganesa menempel di dinding. "Kau, panggil aku Tuan juga terdesak seperti ini. Maksud kamu apa? Kamu mau Nuna mendengar ucapan kamu tadi? Dan akhirnya dia curiga dan mencari tahu kebenaran hubungan kita. Itu mau kamu?" bentak Bryan, masih dengan suara pelan. "Maaf." Hanya kata-kata itu, yang berulang kali Ganesa ucapkan. Bryan yang sangat kesal pun, meninju dinding, tepat di samping wajah Ganes
Read more
Harapan
Bab42"Kejam! Kamu kejam," kata Nuna, dengan berurai air mata."Siapakah yang lebih kejam dari awal? Aku atau kamu?" Tatapan Bryan begitu tajam, menembus relung hati Nuna."Andai saja kamu tidak menghina dan memakiku saat itu? Mungkin aku tidak akan seperti ini. Bukan hanya hinaan, tapi kamu begitu puas membuat aku menderita, dengan lebih memilih Kelvin. 1 bulan aku patah hati dan nyaris tidak bisa bangun dari kasur. Dan sekarang, ketika aku bisa ikhlas dan merelakan kamu. Mengapa kamu datang padaku?""Bryan, apakah sedalam itu, luka yang aku ciptakan dulu?" Mata Nuna menatap nanar kepada Bryan."Tentu saja. Bahkan hingga detik ini, aku tidak bisa lupa dengan hal itu."Nuna menundukkan wajahnya. "Maaf," lirihnya."Sudahlah, sebaiknya kamu pulang. Aku yakin, orang tuamu pasti sangat khawatir."Nuna kembali menatap Bryan. "Beri aku kesempatan, untuk memperbaikinya," ucap Nuna dengan wajah mengiba.Bryan memandangi lekat wa
Read more
FlashBack
Bab43Gaby menatap langit-langit kamar hotel. Pertempuran panasnya telah usai, dan kini lawan mainnya telah terbantai.Rasid mengarungi mimpi, dengan rasa lelah yang lumayan menguras energinya. Permainan panasnya dengan Gaby, seolah menjadi penghantar tidur yang teramat indah.*******"Mas, bagaimana dengan kelanjutan kisah kita? Aku butuh kepastian?" tanya Andin, menatap lekat wajah Rasid.Rasid mendengkus. "Aku bingung. Kenapa sih, kamu begitu kekeuh, ingin mempertahankan anak ini?" tanya Rasid dengan kesal.Lelaki itu, terus saja membuang pandangan pada Andin."Mas, tega kamu ya? Ini darah daging kamu!""Aku tahu. Tapi kamu kan juga tahu, aku seorang lelaki yang sudah beristri. Jika aku menikahi kamu, bagaimana dengan mereka?""Kamu janji bakal ceraikan istri kamu, Mas. Lalu kenapa sekarang jadi begini?" Andin mulai ter
Read more
Menghalangi
Bab44Rasid pun melamar Andin, dengan sangat romantis. Bukan karena cinta kepada Andin, melainkan untuk membuktikan kepada Gaby, bahwa Rasid, mampu membuat Andin bahagia.Jelas saja, Andin yang semula merasa sangat terluka, seolah mendapat kejutan dari langit.Bahagia yang teramat dia rasakan. Kekaguman pada sosok Rasid, semakin besar dia rasakan.Pernikahan yang membuat Andin bahagia, namun menjadi luka buat Gaby.Tetapi Gaby yang begitu menyayangi Andin, berusaha tetap tegar, meskipun harus menjadi budak sex si Ayah tirinya.Hari hari yang Andin jalani, begitu sangat manis baginya. Sebab Rasid begitu perhatian, dengan dia dan calon bayi mereka.Bahkan lelaki itu, menghadiahkan rumah, type 70."Beneran ini Mas?" tanya Andin, ketika mereka merayakan ulang tahun Gaby.Melihat Rasid memberikan kejutan besar untuk Gaby.
Read more
Awal Mula
Bab45Gaby pun memasuki kamarnya dengan kecewa. Dan Andin, bisa merasakan hal itu. Namun dia pun tidak berani banyak berkata.Air mata Gaby menetes, dia berharap bisa bertemu Papanya itu, agar bisa keluar dari masalah ini."Aku tidak mau selamanya begini, Papa. Aku ingin terbebas, dari jerat lelaki itu. Aku ingin bebas," gumam Gaby sambil terisak.Dia berusaha tenang dan menahan diri, hingga deret pintu kamarnya terdengar di dorong. Gaby terkejut, dan dengan secepat kilat, dia menghapus jejak air matanya."Ayah," lirihnya, yang melihat sosok Rasid, masuk ke dalam kamarnya.Rasid tersenyum tipis, dan berjalan pelan menuju Gaby, yang duduk di pinggiran kasurnya."Gaby sayang, jangan coba-coba menghubungi Papamu. Atau saya, tidak akan segan-segan, memperlihatkan video panas kita pada Mama kamu," ancam Rasid."Ayah, mengapa Ayah begini? Gaby k
Read more
TALAK
Bab46"Menjauh dari suamiku! Atau aku akan berbuat nekad!" ancam Maura berapi-api, dengan jari telunjuk yang selalu lentik itu, menunjuk ke arah wajah Alia.Sudut bibir Alia terangkat, dengan tatapan tajam dan menantang. Meskipun Alia tidak bersuara, namun sangat jelas di mata Maura, Alia tidak merasa takut sama sekali, dengan ancaman Maura barusan."Kau tidak tulikan?" tanya Maura dengan suara serak."Mas, istrimu galak!" rengek Alia, kemudian dia terkekeh."Ah nggak apa-apa, dia baik dan berhati mulia," kata Zaki, sambil mengulas senyum tipis, dan membelai lembut pipi Alia."Mas ...." Maura berteriak, dia merasa sangat sakit hati kini, dengan kelakuan Zaki.Zaki mengangkat jari telunjuknya, dan menempelkannya ke bibir. Memberi kode pada Maura, untuk diam."Ceraikan aku, Mas." Maura mulai mengancam."Oh ya? Kamu yakin, tidak akan menyesal?" tanya Zaki dengan santai."Dia cuma mengancam, Mas," kata Alia, memanasi
Read more
Mati Rasa dan Mati Empati
Bab47"Kamu lelaki yang senang dengan kegagalan. Aku nggak nyangka, bahwa kamu akan setega ini."Zaki terkekeh. "Dasar wanita. Hanya bisa merengek dengan lukanya, tanpa mau melihat dengan sadar diri, bahwa  dia pun hebat dalam hal melukai orang lain. Nggak usah playing victim, Maura. Karena terlalu percaya denganmu, aku kehilangan anak-anakku. Dan sekarang, tidak ada satupun dari mereka, yang bisa aku temui.""Itu bukan salahku, Mas. Aku terlalu mencintai kamu. Aku tidak ingin, mereka mengganggu hubungan kita. Kamu harusnya mengerti, bahwa aku, sangat dan sangat mencintai kamu."Maura menghela napas berat."Apa itu salah, Mas?" Maura menatap dengan wajah mengiba."Jelas ajalah salah. Kamu itu bodoh atau bagaimana? Sudah tahu Zaki punya anak, harusnya kamu bisa mencintai Bapaknya, cinta juga dengan anak-anaknya. Lah ini, malah berbuat sejahat itu. Aku kalau jadi Zaki p
Read more
Tatapan Dingin
Bab48"Aamiin. Yang semangat dong, Ki. Kamu harus kuat, dan harus bisa menemukan Ganesa," kata Alia memberi semangat."Terimakasih, Al. Maaf, jika aku melibatkan kamu dalam masalah rumah tanggaku. Jujur aku nggak enak banget sama kamu.""Santai saja lagi. Kita rekan bisnis, sekaligus teman baik. Jadi, kamu nggak perlu sungkan begini sama aku. Oke.""Hhmm ..., baiklah. Dari dulu, kamu memang selalu baik dan mengerti aku.""Kamu berlebihan." Alia tersipu malu, mendengar semua ucapan Zaki."Bagaimana bisnis kamu di Kalimantan ini? Apakah kamu akan merelakan semua usahamu, dikelola kembali oleh Maura.""Iya nggak apa-apa. Lagi pula, bisnis kita lagi berkembang pesat di Jakarta. Aku tidak masalah, jika harus melepaskan bisnisku di Kalimantan," ungkap Zaki dengan masih fokus mengemudi."Sulit juga, jika aku masih di Kalimantan. Maura merupakan w
Read more
Diam
Bab49Bunda Jelita berjalan menjauh dari dapur. Dia menuju ruang tengah, dan duduk di sofa, dengan wajah nampak kesal.Bryan mengikuti Ibunya, dan duduk berhadapan, dengan meja yang menyekat keduanya."Bryan, sejauh apa hubungan kalian?" tanya Bunda Jelita dengan serius."Biasa saja sih. Bunda tenang saja, tidak perlu berlebihan begini," sahut Bryan enteng."Bryan, apakah kamu tidak kasihan sama Ayah? Apa kamu tega, jika Ayah sampai masuk penjara, di usianya yang kini sudah mulai tua.""Bunda to the point saja." Bryan tahu, arah pembicaraan, wanita yang melahirkannya itu. "Apakah kamu tidak mempertimbangkan, perkataan Bunda saat itu? Ini masalah serius, Yan.""Intinya, Bunda ingin, aku menikah dengan Nuna?" Bryan menatap serius, wanita yang melahirkannya itu.Bunda Jelita mengiba. "Hanya itu jalan satu-satunya. Agar Ayah kamu, tidak bernasib malang, di penjara usia senja. "Mata Bunda Jelita berkaca-kaca. "Lag
Read more
Jalan-Jalan
Bab50"Hhhmm ...." Bryan menatap liar.Ganesa menghela napas berat."Ada apa dengan napas begitu? Kamu tidak suka kehadiranku?""Bukan. Aku hanya merasa tidak nyaman.""Hhmm. Lupakan, ayo siap-siap.""Mau kemana?""Kita jalan-jalan, aku merasa jenuh di apartemen.""Oke. Tunggu aku di luar! Aku akan bersiap-siap."Bryan tersenyum sambil menggeleng. "Aku tidak mau, aku akan menunggumu di dalam." Lelaki itu masuk, dan menutup pintu kamar."Dasar mesum!" gumam Ganesa."Haha. Mesum tapi ganteng!""Cih.""Woo ..., hei Ganesa, kamu meragukanku? Banyak wanita yang sudah mengantri jadi kekasihku. Bahkan banyak dari mereka, yang rela kutiduri dengan gratis," kata Bryan dengan pongahnya."Seorang casanova sepertiku, banyak diidolakan para wanita. Dan
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status