Semua Bab Terpaksa Jadi Karakter Utama: Bab 41 - Bab 50
80 Bab
#41 Penggemar Baru
Di ruangan sebesar itu, dengan banyak meja bundar dan hampir semuanya terisi, puluhan wartawan dan orang-orang yang datang berulang kali mengambil foto dan mencoba mencari kesempatan untuk meliput beberapa berita.   Makan malam ini awalnya adalah acara pribadi yang diadakan oleh Elora dan timnya sebagai persiapan untuk Talk Show besok, tetapi itu tidak menghentikan banyak orang untuk ingin tahu lebih banyak tentang semua jenis pertanyaan yang belum terjawab, tentang serangan, tentang monster, kekuatan para Pemain dan banyak hal lainnya.   “Hal ini tidak dimaksudkan sebelumnya, tetapi kami tidak kuasa menghalangi banyaknya orang yang penasaran tentang profil kalian, jika kalian tidak keberatan.”   Setelah Artin dan semua orang di meja mulai bersantai dan menyelesaikan makan malam mereka, Elora bertanya apakah tamunya tidak
Baca selengkapnya
#42 Momen Berharga
Makan malam berjalan cukup lancar, Artin kembali bersama Verona tidak lama setelah itu. Dan setelahnya Artin dan Laila pun berpamitan, juga meyakinkan kehadiran mereka di Talk Show yang telah disiapkan untuk mereka keesokan harinya.   Artin tidak banyak bicara selama perjalanan, sampai mereka tiba di rumah Laila, berganti pakaian dan berkumpul lagi di ruang utama rumah megah itu.   Duduk di sofa yang sama, Artin dan Laila yang telah berganti piyama dan beberapa bantal dan selimut yang mereka bawa setelah memutuskan untuk tetap bersama sementara waktu, mempertimbangkan kemungkinan serangan berikutnya datang pada malam hari.   Laila berbaring di sofa besar dan empuk di ruangan itu, sementara Artin duduk di karpet dan menyandarkan punggungnya di sofa tempat Laila berbaring di belakangnya.
Baca selengkapnya
#43 Aku Akan Menjagamu
Verona yang melihat Artin datang saat itu langsung berlari dan meraih tangan kanan Artin, dengan Laila memegang tangan kirinya, kali ini Artin benar-benar terlihat seperti playboy pemain perasaan perempuan bagi sebagian orang yang melihatnya waktu itu.   Mereka kemudian duduk di sofa dengan kamera mengelilingi mereka dan puluhan penonton yang juga telah hadir di tempat tersebut.   Elora yang duduk dengan kemeja putih, rok pendek abu-abu, kacamata bulat yang ia kenakan lagi kali ini memiliki penampilan yang sangat sempurna dengan sorot mata tajam yang seolah ingin menerkam siapa pun yang diajak bicara. Bulu kuduk Artin berdiri sesaat, membayangkan diskusi yang akan mereka lakukan dengan ribuan pasang mata tertuju pada mereka.   Rania, istri Bima kali ini tampak tak lagi bisa menyembunyikan k
Baca selengkapnya
#44 Kebenaran Yang Menyakitkan
Seseorang dengan tinggi dua meter dan tubuh besar yang dipenuhi otot-otot di sekujur tubuh tiba-tiba masuk dengan menghancurkan dinding yang menyebabkan semua orang di tempat itu berlari dengan panik.   Artin mencoba memunculkan Palu Keadilan karena dia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi, tetapi dia tidak punya waktu untuk melakukannya ketika orang tadi mengangkat sebagian besar dinding dan melemparkannya ke arah mereka.   Artin buru-buru mengangkat tubuh Verona dan langsung melompat dari tempat duduknya.   Laila seketika juga menghilang dari sisi Artin yang kemudian sekali lagi muncul di sisi lain sambil menarik Elora dari benda besar yang dilempar ke arah mereka.   “Mamaaaaa!”   Rohan berdiri menahan benda yang d
Baca selengkapnya
#45 Sudah Berakhir?
Verona berlari ke arah pria itu. Artin berusaha mengejar tapi kemudian berhenti saat melihat cengkeraman pria itu mengencang di leher Rania. Artin masih berusaha untuk mengejar ketika Rania kemudian mulai bergerak lebih liar karena rasa sakit yang dia rasakan di lehernya.   Artin tidak punya banyak pilihan, dia tidak bisa sembarangan menyerang, nyawa Rania dipertaruhkan. Dan sekarang keadaan semakin buruk dengan Verona yang mencoba lari dan mendekati pria itu.   Verona berlari ketika pria itu menendang perut Verona yang kemudian membuat Verona terjatuh dan kaki kanan pria itu menekan tubuh kecil Verona ke lantai, membuat gadis kecil itu kesulitan untuk bergerak.   Satu atau kedua nyawa Rania dan Verona kini dipertaruhkan, tindakan salah sekecil apa pun, nyawa mereka tidak akan terselamatkan. Artin mengertakkan gigi dan men
Baca selengkapnya
#46 Adu Kekuatan
Rania jatuh ke lantai, tampak lemah. Setelah itu pria yang melakukan ini berbalik dan berlari cukup kencang menuju sebuah lubang besar di salah satu bagian ruangan besar itu.   Artin tidak akan membiarkannya pergi seperti itu. Artin dengan cepat melompat mencoba mengejar, hanya untuk dihentikan ketika Rohan memanggilnya dengan cukup keras.   "Biarkan aku mengejarnya, tolong selamatkan Rania!"   Hanya dalam waktu sesingkat itu, wajah Rohan yang dipenuhi amarah langsung melesat melewati Artin. Kemudian melompat beberapa kali untuk memperpendek jarak dengan pria itu. Sepersekian detik kemudian, 2 orang itu tidak lagi terlihat di depan mata Artin.   Artin berlari ke arah Rania yang jatuh ke lantai. Elora sudah duduk berlutut di sampin
Baca selengkapnya
#47 Api Yang Tak Rela Padam
Rohan terpaksa menghentikan semburan apinya, lehernya terkunci rapat hingga sulit bernapas. Jari-jari pria di depannya mencengkeram leher Rohan dengan erat, yang sekilas terlihat sangat lemah.   Rohan meraih tangan pria itu, mencoba melepaskan cengkeramannya, tetapi dia tidak memiliki kekuatan untuk melakukannya. Kemudian mencoba untuk melemparkan beberapa tinju, tetapi kembali hanya terasa seperti pukulan lemah.   Penglihatan Rohan perlahan menjadi gelap, kematian terlihat jelas di hadapannya.   "Ha ha ha! Seperti ini saja?”   Tubuh pria di hadapan Rohan itu kini tampak perlahan pulih dan kembali ke bentuk semula, meski masih ada luka bakar di sekujur tubuhnya yang membuatnya tampak seperti mayat hidup tanpa kulit dengan lapisan
Baca selengkapnya
#48 Skor Buruk
Artin tidak menahan sedikitpun setiap pukulan yang dia lakukan, mengarah membabi buta pada tubuh pria yang terjatuh di depannya.   Kaki, perut, dada, wajah, berulang kali hingga setelahnya tampak hanya segumpal daging yang hancur dengan bercak darah yang menciprat ke segala arah, memenuhi wajah dan tubuh Artin dengan tumbah darah dari target kemarahannya.   Setelahnya, segumpal daging hancur yang ada di depan Artin rontok dan jatuh ke tanah dalam bentuk abu yang setelahnya lenyap tertiup angin.   Selesai sudah, pertarungan yang dia lakukan selesai sudah. Menyisakan kemarahan di hati Artin yang masih menggebu dan memberontak hendak keluar dari tubuhnya.   Artin jatuh ke tanah, menahan dengan lututnya dan Palu Keadilan yang berdiri disampingnya. Napasnya berhembus berulang
Baca selengkapnya
#49 Masakan Terbaik
Mata Artin terbuka kembali. Kondisi tubuhnya kini telah membaik. Memang dari sisi fisik, dia tidak mendapatkan luka sedikitpun, tapi dari sisi mental, Artin merasa sangat lelah bahkan status di Sistem tidak bisa menggambarkannya. Andai saja ada Status bernama Kewarasan. Beberapa waktu lalu, nilai kewarasan Artin pasti sudah berada di titik nol.   Beberapa guratan cahaya masuk melalui tirai di sudut ruangan, cukup hangat untuk jatuh membentuk garis di wajah Artin, memalingkan wajahnya sejenak untuk menghindari silaunya matahari.   “Pagi, atau sore?”   Menyadari bahwa hari sudah siang, Artin buru-buru bangun dari tidurnya. Karena kelelahan, Artin membuatnya lupa waktu dan tertidur cukup lama.   Laila, Laila, Artin harus memastikan kondisi Laila, lalu bergegas keluar kamar,
Baca selengkapnya
#50 Darimana Datangnya Monster?
Artin memeriksa status terbarunya. Levelnya telah naik sedikit sejak Artin terakhir kali memeriksanya.   Artin telah mendapatkan peningkatkan kekuatan pada kakinya, memungkinkan dia untuk berlari, melompat dan menendang lebih keras dengan kekuatan yang dia dapatkan dari Bima.   Setelah itu, Artin juga mendapatkan kekuatan yang tidak masuk akal dari pria yang datang untuk menyerang studio Elora sebelumnya. Tambahan 50% dalam Kekuatan yang membuat serangan dan kemampuannya untuk mengangkat beban berat meningkat dengan peningkatan yang cukup besar. Artin juga mendapat efek lain dari kemampuan itu, yaitu peningkatan 100% pada HP yang dimilikinya.   Peningkatan sebesar ini hanya dengan membunuh dua orang. Seberapa kuat seorang Pemain jika dia fokus membunuh pemain lain daripada monster? Sampai saat ini, Artin merasa tidak heran
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status