All Chapters of Noda di Seragam Putriku : Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
Ekstra Part 5: Kata-Kata Pelakor
Hari ini Aris tidak kemana-mana, selain memang tidak ada kepentingan pergi ke kampus, ia juga ingin menyelesaikan permasalahan salah faham tentang Zara.Sengaja Aris mengajak Laila ke luar, maksudnya supaya leluasa bicara tanpa sungkan karena ada Ajeng.Laila awalnya menolak, tapi jika dipikir lagi masalah ini memang tidak bisa dibiarkan berlarut-larut.Aris memilih tempat yang nyaman, selain untuk makan juga supaya Ariel bisa bermain.Tapi ternyata sepertinya makan di luar juga tidak tepat, karena tidak ada waktu untuk mereka ngobrol."Maaf, Kak, jangan bahas apa pun saat ini. Aku harus fokus jagain Ariel," tolak Laila ketika Aris bilang minta maaf atas kejadian kemarin. Sedangkan Ariel yang baru bisa berjalan aktif ke sana ke mari perlu diawasi.Pria itu mendesah kesal karena Laila cenderung menghindar. Sebenarnya bisa saja mereka berbicara sambil menjaga Ariel, toh anak itu anteng bermain.Aris hanya bisa pasrah, sebenarnya dia tid
Read more
Ekstra Part 6: Jomblo Berkelas
Sore itu Rani baru saja selesai mandi ketika anak cucu dan menantunya datang. "Kalian datang, kok, enggak ngasih kabar, sih. Jadi Bunda enggak masak," kata Rani sambil mengambil Ariel dari gendongan Laila. "Tenang aja, Bun. Laila tadi mampir beli makanan banyak. Katanya sekalian pengin makan bareng Ayah dan Bunda." Aris mengangkat kantong plastik yang ia tenteng lalu meletakkan di atas meja. "Ya ampun banyak banget, Laila," Rani kaget melihat makanan yang Aris bawa ternyata banyak. "Sengaja, Bun. Kata Ayah 'kan sekarang Bunda lagi enggak suka masak. Jadi aku sengaja bawa yang banyak." "Kalau begitu, telepon Ayahmu! Nanti kalau dia keburu beli makanan 'kan mubazir." "Enggak usah, Bun. Bentar lagi Ayah pulang, 'kan? Kalau pun beliau bawa makanan, tidak usah khawatir. Ada ibu menyusui yang siap menghabis makanan itu." Aris mengusap pundak Laila sambil tersenyum dan saling menatap. "Bawaan kamu banyak banget, Laila. Seperti orang m
Read more
Ekstra Part 7: Kehidupan Helen
Di dalam penjara. Beberapa hari ini, setelah kedatangan Arya, kekasihnya. Helen selalu menuggu kabar baik dari pria itu. Ia sudah memohon pada Arya supaya membebaskan dia dari penjara. Helen tahu uang Arya banyak. Bukan hal sulit untuk menyogok petugas di penjara ini supaya mengeluarkannya dari sini. Atau setidaknya membayar orang yang bisa membantu dia kabur. Tapi pria yang dia tunggu tidak datang-datang. Helen menungggu dengan perasaan gelisah. Berbagai prasangka buruk hadir di dalam pikirannya. "Arya sangat mencintaiku, tidak mungkin dia mengabaikan aku di saat seperti ini. Mungkin dia sedang sibuk dengan bisnisnya," gumam Helen menghibur diri. Wanita itu terus memupuk rasa percayanya pada kekasihnya itu. Meskipun dalam hatinya ada perasaan tidak enak, karena tidak seperti biasanya pria itu menghilang. Teringat sikap Arya ketika kemarin berpamitan, pria itu seperti tiba-tiba berubah dingin. Padahal sebelum Helen memintanya untuk men
Read more
Ekstra Part 8: Romantis
Pagi ini Aris sudah rapih, jadwal ia interview diperkirakan jam 11 nanti. Tapi tak ada salahnya Aris datang lebih awal, siapa tahu urutannya diacak.Laila memindai penampilan suaminya sekali lagi, khawatir ada yang kurang atau ada yang salah."Aku sudah cakep, 'kan?" tanya Aris sambil berdiri di depan cermin."Dari dulu memang cakep, kalau enggak cakep mana mungkin aku jatuh cinta.""Is, sudah semakin pandai merayu sekarang." Aris menghampiri istrinya itu lalu menatapnya tak berkedip."Yang ngajarin 'kan Kak Aris," ucap Laila sambil tersenyum."Kapan aku ngajarin?""Setiap hari.""Begitu, ya?" Aris mengetuk-ngetuk pelipisnya dengan telunjuk."Udah, ah, cepetan berangkat! Nanti terlambat.""Masih ada waktu tiga jam lagi." Aris melirik jam tangannya."Siapa tahu ada yang berhalangan hadir atau jalanan macet.""Iya, juga, sih. Kalau begitu aku pergi dulu, ya.""Hati-hati, kalau lihat cewek cantik
Read more
Ekstra Part 9: Cinta Bersemi
Besoknya, berbekal kartu nama dari David, Aris pergi ke kantor Papanya David. Tidak sulit ternyata untuk menemui pria paruh baya berbadan tinggi itu.Tadi sewaktu datang, Aris menemui Mbak resepsionis dan bertanya apa ada lowongan pekerjaan. Mbaknya langsung menjawab sedang tidak ada. Aris langsung merasa kecewa dan mengeluarkan kartu nama Papanya David."Apa ini benar kantornya orang yang ada di kartu nama ini?" tanya Aris sambil memperlihatkan kartu tersebut."Iya, benar? Apa Anda sudah ada janji dengan beliau?""Tidak, saya hanya memenuhi undangan anaknya Pak Jani.""Sebentar, saya hubungi dulu Pak Jani." Mbak resepsionis berbicara melalui telepon, sepertinya dengan yang bersangkutan."Silahkan, Anda ditunggu di ruangan beliau di lantai 4," ucap Mbak resepsionis sambil memberi tahukan letak ruangan tersebut.Sesuai petunjuk dari Mbak resepsionis, akhirnya Aris dapat menemukan ruangan Pak Jani, Papanya David."Temannya David?
Read more
Ekstra Part 10
Fanno menjalankan mobilnya tanpa tahu Lintang akan membawanya ke mana. Ia hanya menuruti perintah Lintang, belok kiri, belok kanan atau lurus."Tinggal bilang mau kemana, aku langsung meluncur," protes Fanno."Enggak bisa, aku maunya begitu. Pokoknya Kak Fanno ikut aja, deh. Enggak usah protes.""Tapi 'kan jadi lama, perasaan dari tadi muter-muter mulu.""Enggak apa-apa, 'kan biar lama. Udah dibilang jangan protes juga.""Iya, bawel. Untung sayang," balas Fanno dengan raut datar."Bilang sayang, kok, enggak ada manis-manisnya? Mana enggak senyum lagi." Lintang melirik kekasihnya itu."Kan lagi kesel, jadi enggak boleh senyum, dong." Fanno tetap menatap lurus ke depan."Oh, oke. Sabar, Lintang." Gadis itu mengusap dadanya pelan sementara Fanno hanya meliriknya sekilas.Lintang tersenyum senang karena akan membawa pria itu ke suatu tempat yang menurutnya akan menjadi kejutan buat Fanno. Meskipun pria itu nampak kesal, Lint
Read more
Ekstra Part 11: Sungkan
David kerap mengajak Aris bertemu selepas jam kerja. Cuma sekedar minum kopi dan nongkrong. Sebenarnya Aris kurang suka, karena di rumah ada anak dan istrinya yang menunggu.Akan tetapi jika ia menolak ajakan David, Aris merasa tidak enak secara dia seperti punya hutang budi.Ketika Aris hampir putus asa karena selalu gagal melamar pekerjaan, saat itulah kartu nama yang David berikan menjadi sangat berguna."Bengong aja, Ris." David menjentikkan jari di depan wajah Aris."Enggak juga." Aris berkelit."Dari tadi lu enggak banyak ngomong.""Gue cape Dav, hari ini banyak mesin yang ngadat." Aris memijit tengkuknya."Lu mau gue promosikan jadi manager? Masalah gampang itu, gue tinggal bilang sama bokap.""Enggak usah Dav. Makasih, gue enggak enak, baru saja kerja dua bulan masa udah jadi manager saja," sahut Aris sambil tersenyum miring.Baginya mungkin akan sangat menguntungkan jika diangkat menjadi manager. Tapi apa kata s
Read more
Ekstra Part 12: Hukuman Untuk Orang Jahat
"Lepaskan aku! Kalian tidak punya hak menangkapku!"Helen terus meronta ketika dua orang sipir memegangi tangannya. Kedua pria itu membawa Helen ke luar sel tersebut."Lepaskan!!" Helen mencoba mengayunkan tangannya agar terlepas, tapi sia-sia karena tenaga dua orang pria itu tentu saja lebih kuat.Tiba-tiba wanita itu berhenti. Ia berusaha mundur ketika dua orang berseragam itu menariknya."Aku bilang lepaskan! Kalian akan membawa aku kemana?""Tindakanmu barusan itu membahayakan penghuni lain. Kamu harus dipisahkan," ujar salah satunya."Tidak mau! Aku tidak mau sendirian! Aku mau bersama dengan yang lain. Lepas, aku bilang lepas!!"Lama-lama tenaga Helen terkuras sia-sia karena terus meronta. Wanita yang dulu selalu berpenampilan bak artis ibu kota itu akhirnya harus pasrah ketika dirinya dimasukkan ke sel terpisah tanpa teman."Heeyy! Lepaskan aku!! Kalian tidak tahu pacarku kaya, banyak duitnya. Sebentar lagi dia akan data
Read more
Ekstra Part 13: Hati Wanita
Ekstra Part 13Hati WanitaLaila mondar mandir sambil terus mengotak-atik ponselnya. Dari tadi ia menghubungi Aris tapi tidak diangkat. Akhir pekan ini, pria halalnya itu berjanji akan pulang cepat demi mengajak Ariel jalan-jalan."Habis ashar kamu dan Ariel langsung siap-siap, ya. Supaya aku tidak nunggu lama dan kita punya banyak waktu untuk mengajak Ariel jalan-jalan." Itu pesan Aris beberapa jam yang lalu lewat telepon.Tapi sampai saat ini suaminya itu belum juga datang. Laila mencoba menghubunginya, tapi tak satupun panggilan darinya diangkat."Mungkin Kak Aris terjebak macet, maklum ini sudah masuk akhir pekan jadi banyak yang ke luar untuk liburan," guman Laila menghibur diri.Matanya tak lepas dari layar ponsel yang masih menyala."Tapi ... kalau memang iya terjebak macet, kenapa sampai tidak bisa menjawab telepon?"Laila bangkit dari duduknya lalu melihat ke luar rumah melalui kac
Read more
Ekstra Part 14: Kepercayaan
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, Aris seperti kesetanan mengemudikan mobilnya. Ia terus merutuki kebodohannya, kenapa harus menuruti David. Bukankah ia sudah punya janji dengan Laila dan Ariel.Kenapa pula ia harus terus menerus merasa tidak enak pada David, bukankah ia juga punya hak untuk menolak."Sial. Seharusnya aku sudah berhenti kerja setelah tahu David itu sepupuan dengan Zara. Sebab aku tahu Zara itu licik dan nekad." Aris memukul setir.Berkali-kali ia menekan klakson karena ada yang menghalangi jalannya. Hingga satu ketika mobilnya oleng dan hampir saja menabrak pembatas jalan."Astaghfirullah," ucapan sambil memelankan mobilnya.Ia usap wajahnya berkali-kali, lalu membuang nafas perlahan. Ini salah, melampiaskan kekesalan dengan cara ugal-ugalan saat menyetir, memang tidak dibenarkan. Bisa membahayakan dirinya juga pengendara lain. Bukannya mengurangi masalah malah akan manambah masalah jadinya."Papa?!" Matanya membola keti
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status