All Chapters of Hello, Papa!: Chapter 61 - Chapter 70
103 Chapters
Chapter 61
Diandra membongkar isi dompet Jay kecuali di bagian ATM dan uang tunai, pertama-tama Diandra mengambil kartu nama dan identitas Jay untuk mengetahui alamatnya. Setelah mengetahui alamat rumah Jay, lalu ia mengambil dua lembar foto ukuran dompet yang ada di dalam dompet Jay."Wah, ini Jayden? ganteng banget!" pekiknya, yang Diandra lihat saat ini adalah foto Jay saat kuliah. Penampilannya masih nampak polos, tanpa piercing dan tatonya juga belum terlalu banyak.Tapi Diandra nampak tidak suka saat melihat foto yang kedua, itu adalah foto selfie Priscilla dan Jay saat masih tinggal bersama. Diandra merobek foto itu hingga hancur tidak terbentuk, wajahnya mendadak berubah badmood.Diandra baru menyadari nama belakang Jay adalah Dinata, yang Diandra tau Dinata itu adalah nama belakang seorang pengusaha yang cukup terkenal dan sukses. Diandra mengambil ponselnya dan mencari tau tentang Jay di internet, berita tent
Read more
Chapter 62
Diandra memarkirkan mobil sedan miliknya, dan melenggang masuk ke gedung perkantoran milik Andrew. Hari ini ia mengenakan rok span setengah paha dan atasan crop top berwarna pastel, tidak lupa juga ia mengenakan blazer untuk menutupi sedikit bagian atas tubuhnya. Diandra harus terlihat tampil seksi namun juga elegan saat bertemu Jay, rambut panjang bergelombangnya ia gerai dengan kacamata tersemat di atas kepalanya."Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis."Saya ingin bertemu Jayden, apa dia sedang berada di kantor saat ini?""Pak Jayden ada di ruangannya saat ini, mohon tunggu sebentar nyonya."'Sial, aku udah tampil secantik ini kok dipanggil nyonya. Emang muka aku tua banget apa?!' gerutu Diandra dalam hati."Maaf, dengan nyonya siapa?""Bilang saja saya orang yang menemukan dompetnya di cafe," sahut Diandra ketus.
Read more
Chapter 63
Jay tidak henti-hentinya menatap Priscilla yang tengah menyantap black forest di hadapannya, tidak sedetikpun Jay mengalihkan perhatiannya pada Priscilla sampai makanan yang ia pesan kini sudah dingin. Priscilla tentu salah tingkah di perhatikan seperti ini, tapi ia tahan kegugupannya di depan Jay dan tetap terlihat biasa saja."Makan yang banyak ya?" ucap Jay seraya tersenyum."Aku udah makan tiga piring emang masih kurang banyak di mata kakak?"Jay hanya tertawa sekaligus terkejut melihat mie kuah yang ada di depannya sudah sangat mekar, lantas ia menyingkirkan mie itu dan malah mengambil black forest milik Priscilla."Kakak!" Priscilla menepis punggung tangan Jay dengan garpu plastik."Kakak mau juga Sil black forestnya,""Pesen lagi aja ih," gerutu Priscilla sembari menarik cake itu lagi ke hadapannya."Gak mau, kakak mau
Read more
Chapter 64
Pagi menjelang, namun Jay masih juga belum keluar dari kamarnya dan makanan yang Diandra siapkan semalam masih utuh tidak tersentuh. Niko sama sekali tidak berselera untuk menyentuh masakan Diandra, walaupun sepertinya masakan Diandra cukup enak. Niko yakin kalau sejak kemarin Jay juga belum makan, karena bahan makanan sudah tinggal sedikit jadi Niko memutuskan untuk membuat salad dan roti panggang saja."Jay, saya bawain jus dan roti panggang." ucapnya sembari mengetuk pintu Jay berkali-kali. Lima menit Niko menunggu tapi Jay tidak kunjung keluar juga, ia akhirnya membawa lagi baki berisi sarapan itu ke dapur. Karena hari ini Niko sedang libur, ia memutuskan untuk pergi membawa Dominic dan Molly berjalan santai di taman. Tapi baru saja ia hendak pergi ke luar, tiba-tiba sebuah mobil masuk ke pekarangan rumahnya. Mobil itu tidak asing bagi Niko, ia jadi ragu untuk meninggalkan rumah karena kedatangan tamu ini. "Morning Niko!" teriak Diandra dari dala
Read more
Chapter 65
"Udah siap nak?" tanya Leonard."Udah pi, cuma ini aja kok barang-barang Priscilla."Priscilla menatap ke luar jendela, pikirannya jauh melayang ke kejadian kemarin. Betapa menyakitkan ucapannya pada Jay, lelaki yang sudah menolongnya saat keadaannya terpuruk. Lelaki yang sangat Priscilla cintai, tapi tega ia sakiti hanya karena keegoisannya sendiri. Priscilla padahal tau Jay akan selalu menerimanya, tapi ia lebih memilih meninggalkan lelaki itu.Semua barang sudah di kemas, kini saatnya Priscilla pulang bersama Leonard ke istana kecil milik Leonard. Besar rumah itu hanya secuil dari rumah lamanya, tapi Leonard berharap dari sana mereka bisa memulai kehidupan yang baru dan ia bisa belajar menjadi ayah yang sepatutnya untuk Priscilla."Priscilla," panggil seseorang, membuyarkan lamunan Priscilla."Niko?""Saya harus bicara sama kamu, maaf pak Leon
Read more
Chapter 66
"Masuk sayang, maaf papi gak bisa lagi kasih tempat tinggal yang mewah buat kamu." ucapnya."Gak apa pi, mau dimanapun kita tinggal Priscilla gak masalah,""Kalau gitu papi tinggal dulu ya? papi harus kembali ke proyek untuk bekerja." Priscilla mengangguk, lalu menyeret kopernya masuk ke dalam rumah.Di dalam kontrakan ini belum terisi banyak barang, hanya ada kasur, lemari, tv jadul berukuran 14 inci, dan peralatan memasak ala kadarnya. Saat Priscilla tengah membereskan bajunya, seseorang masuk ke dalam rumah untuk membawakan makan seperti biasa."Priscilla?""Nadine?"Untuk sesaat mereka saling bertatap, namun tiba-tiba Nadine menghambur dan memeluk Priscilla erat juga meminta maaf padanya. Priscilla tidak tau harus berbicara apa padanya, tapi yang Priscilla lihat Nadine kini sudah banyak berubah. Nadine menceritakan semua yang dia alami sejak di usir oleh Leonard dari apartemen, hingga kini bisa bertemu dengan Leonard lagi disini."Ini ada lauk buat kalia
Read more
Chapter 67
Hari pertama Priscilla pindah ke perkampungan ini semua warga menyambutnya dengan ramah, bahkan sampai ada yang memberikan baju dan perlengkapan bayi untuknya. Karena semua barang bayi ada pada Jay, jadi Priscilla tidak memegang satupun barang untuk calon anaknya. Tidak hanya warga sekitar yang datang, Nani dan Abimana juga datang untuk melihat rumah baru Priscilla. Sebagai hadiah pindahan, Nani memberikan beberapa makanan buah dan juga stok susu hamil yang sangat banyak, sedangkan Abimana hanya memberikan lima baju daster dengan model modern juga sepasang sepatu dan sendal untuk Priscilla karena Abimana lihat Priscilla tidak memiliki alas kaki yang layak. "Maaf aku cuma kasih ini, tapi hadiah selanjutnya aku bakal kasih kamu lahiran di rumah sakit tanpa biaya sepeserpun. Gimana?" tanya Abimana seraya menaik turunkan alisnya."Bener ya dok? jangan bokis loh." "Bener dong, kalo perlu saya kasih ruangan VIP buat kamu." Di tengah obrolan yang sedang berlangsung h
Read more
Chapter 68
Kehamilan Priscilla sudah memasuki trimester ketiga, kini ia mulai berjalan-jalan pagi karena katanya bagus untuk ibu hamil yang akan melahirkan. Meski rasanya sangat lelah, tapi Priscilla tetap senang berjalan di taman pagi ini. Berhubung sekarang hari minggu, jadi banyak yang mengunjungi taman hari ini. Lima belas menit berjalan, Priscilla akhirnya menyerah dan duduk di kursi panjang yang ada di dekat kolam air mancur. Saat sedang mengayunkan kakinya, Priscilla baru menyadari kalau tali sepatunya lepas."Ya ampun, untung gak tersandung." gumamnya.Sepatu yang Abimana berikan memang bukan sepatu untuk berolahraga, tapi karena solenya empuk dan membuat nyaman Priscilla jadi memakainya pagi ini untuk berjalan. Perutnya yang semakin membesar membuatnya kesulitan menggapai kakinya, tadi saat berada di rumah Leonard lah yang membantunya memakai sepatu. Ia terus berusaha mencapai tali sepatu yang terurai, sampai akhirnya seseorang me
Read more
Chapter 69
Mulai hari ini Priscilla akan membantu Nadine berjualan meskipun hanya membantu seadanya, sebenarnya Nadine melarangnya tapi Priscilla tidak ingin makan secara gratisan dari Nadine setiap harinya. Semenjak ada Priscilla di warung makan Nadine, warung makannya jadi ramai pengunjung terutama pengunjung laki-laki. Beberapa tertarik saat melihat wajah Priscilla, tapi saat melihat perut buncitnya mereka langsung mundur teratur.Setelah tau Priscilla membantu Nadine berjualan lauk pauk, Abimana dan Nani juga mulai mendaftar jadi pelanggan tetap di warung Nadine. Setelah jam makan siang selesai, warung Nadine mulai beranjak sepi dan akan ramai kembali nanti saat jam pulang kerja. Priscilla duduk di kursi depan warung Nadine, menikmati angin mendung yang menerpa siang hari ini. Cuaca hari ini terasa dingin, tapi karena kehamilan tuanya Priscilla tidak merasakan sejuk sama sekali. Peluh masih bercucuran dari keningnya meski sudah berada di luar, kalau saja s
Read more
Chapter 70
"Lagi nunggu siapa Sil?" tegur Nadine, membuat Priscilla terkejut."Eh, enggak mah. Gak nunggu siapa-siapa kok,""Masa? nungguin Jay ya?" tebak Nadine tepat sasaran.Sudah beberapa hari ini, Jay memang tidak pernah datang lagi untuk mengunjunginya. Satu sisi hati Priscilla merasa bersyukur karena Jay mungkin sudah menyerah untuk mengejarnya, tapi satu sisi lagi Priscilla sangat merindukan kehadiran lelakinya itu."Jangan galau Sil, ini kan yang kamu mau." gumamnya, lalu kembali lagi ke warung untuk membantu Nadine.Nadine dapat melihat jelas kegundahan hati Priscilla, apa yang sedang dikerjakannya seakan terasa serba salah. Nadine sudah menasihati dan membujuknya berkali-kali agar mau menerima Jay lagi, tapi Priscilla tetap saja pada pendiriannya dan sekarang ketika Jay tidak ada akhirnya ia malah uring-uringan sendiri.*****
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status