All Chapters of Memulai Kisah Baru: Chapter 31 - Chapter 40
85 Chapters
Bab 31 - Hari Bahagia
~Jonah~ Wajah Bunda sangat bahagia saat kami sarapan bersama pada Minggu pagi itu. Berita mengenai aku dan Celeste berada di halaman utama hampir semua surat kabar cetak dan daring. Bukan hanya itu, berita di televisi juga tidak henti menayangkan mengenai kabar pertunangan kami. Semua karena insiden di mana aku menyelamatkan Celeste dari kecelakaan. Tetapi foto maupun video yang viral adalah saat aku membopongnya dan menciumnya di mobil. Jovita hanya bisa cemberut dan tidak mengatakan sepatah kata pun karena perkataannya tidak terbukti. Yang terjadi justru sebaliknya, orang-orang lupa bahwa Celeste pernah bersama Jason. Mereka hanya memberinya label sebagai kekasih, tunangan, atau calon istri Jonah Diandra Putra. “Celeste cantik sekali, ya, Yah. Mereka benar-benar serasi.” Bunda menunjukkan sesuatu yang ada pada layar ponselnya kepada Ayah. “Aku tidak sabar menunggu hari pernikahan mereka. Aku ingin sekali melihat dia dengan gaunnya dan Jonah dengan tuksedony
Read more
Bab 32 - Bangga
Dengan rasa bangga, aku menggandeng tangan istriku melewati meja demi meja yang telah diisi oleh para tamu. Mereka sedang menikmati makanan, tetapi tidak membiarkan kami lewat tanpa lirikan mata mereka. Tidak ada yang bisa menahan dirinya untuk tidak menatap kagum ke arah Celeste. Kini mereka bisa melihat sendiri mengapa kami memilih dia untuk masuk dalam keluarga kami. Kami ditempatkan pada meja yang sama dengan orang tua kami dan Nevan. Bunda tidak berhenti tersenyum karena Celeste akhirnya menjadi menantunya juga. Kami menerima ucapan selamat dari keluarga, kerabat, sahabat, juga rekan kerja. Tetapi yang ada dalam pikiranku adalah agar semua ini segera selesai dan aku bisa berdua saja dengan istriku. Celeste terlihat semakin gugup ketika kami tiba pada akhir acara. Kami berfoto bersama keluarga besar, lalu dipersilakan untuk meninggalkan tempat resepsi. Drama ritsleting tidak bisa dibuka masih terjadi saat melepaskan gaun pengantinnya. Aku tidak mau meliha
Read more
Bab 33 - Kelemahanku
“Kita tidak akan melibatkan keluarga kita. Dan aku yakin bahwa mereka tidak akan tertarik kepada keluargaku. Lebih masuk akal bila mereka menjadikan kamu sebagai sasaran. Karena kamu adalah kelemahanku,” akuku jujur. Kelemahan terbesarku tetapi aku tidak akan mengatakan itu di depannya. Aku tidak mau membuat dia ketakutan atau terbebani dengan pernyataan itu. Sesuatu terjadi kepadaku pagi ini. Entah apa yang mengganggu kepalaku tetapi aku tidak bisa mengingat siapa yang telah mengakhiri hidupku sehingga aku hidup kembali pada waktu ini. Aku bisa mengingat kecelakaan maut itu. Aku ingat dengan Celeste yang melahirkan bayi kami dalam keadaan koma. Seorang bayi laki-laki yang sehat. Tetapi mengapa aku tidak bisa mengingat apa pun setelah itu? Tidak bisa mengingat siapa yang menjadi musuhku adalah hal yang berbahaya. Jovita sedang berada dalam masa tenang, bukan berarti dia tidak akan melakukan hal yang buruk kepada istriku suatu hari nanti. Untuk mencegah hal bu
Read more
Bab 34 - Segan
“Selamat datang!” sapa Bunda yang segera mendekati pintu mobil. Aku membuka pintu dan keluar, tetapi dia hanya memelukku sesaat. Bunda segera melewatiku dan membantu istriku keluar dari mobil. “Aku senang kalian akhirnya pulang juga.” Bunda memeluk Celeste dengan erat.“Terima kasih atas sambutan Bunda.” Celeste menatapku dengan bingung. Aku hanya mengangkat kedua bahuku.“Ayo, kalian pasti sudah lapar. Aku meminta Endra untuk memasak makanan yang sangat enak. Semoga kamu menyukainya.” Bunda menggandeng tangan istriku dan membawanya masuk ke rumah, meninggalkan aku berdiri sendiri di sisi mobilku. Ayah hanya tertawa melihat kami.Aku adalah putra Bunda tetapi dia lebih antusias menyambut kepulangan menantunya. Dia bahkan memonopoli istriku sehingga aku tidak bisa berjalan bersamanya memasuki rumah. Untung saja aku masih bisa duduk di sampingnya di ruang makan.Jason dan Jovita juga sedang berada di rumah. Ha
Read more
Bab 35 - Kabar Baik
“Jonah!” Celeste mengangkat tangannya sehingga aku tahu di meja mana dia dan sahabatnya berada. Dia terlihat begitu bahagia. Aku mendekat dan duduk di kursi di sisinya. Dia segera menyodorkan ponselnya kepadaku. “Lihat! Aku mendapat panggilan psikotes!”“Selamat, sayang.” Aku mengusap kepalanya, lalu membaca isi surel pada layar ponselnya tersebut. “Psikotesnya besok, apa kamu sudah siap?”“Apa ada hal khusus yang perlu aku persiapkan?” Dia balik bertanya.“Bagaimana dengan pakaian?”“Aku akan memakai baju yang aku kenakan saat sidang skripsi,” jawabnya cepat. Aku mengangguk pelan. Itu juga boleh. “Apa ada hal lain yang perlu aku persiapkan lagi?”“Kamu perlu istirahat yang cukup agar bisa konsentrasi selama mengikuti tes.” Aku mengembalikan ponselnya kepadanya. “Apakah kalian sudah selesai atau ada hal lain lagi yang ingin kalian lakuk
Read more
Bab 36 - Berlatih
“Naura,” sapaku yang melihatnya segera duduk di depanku tanpa meminta izin. “Baik. Silakan duduk walaupun aku tidak mau melihatmu ada di sini.”“Masih seperti Jonah yang aku kenal.” Dia melihat ke sekeliling kami. “Kamu tidak bekerja di sini juga tidak punya hubungan dengan direktur. Apa yang kamu lakukan di sini?”“Menunggu istriku yang sedang mengikuti psikotes.”“Ah, wanita muda cantik yang kamu nikahi itu. Kamu benar-benar beruntung. Aku pikir kamu akan sendiri selamanya karena lidahmu yang tajam itu.” Dia tertawa geli.“Kalau kamu duduk di sini hanya untuk menghina aku, sebaiknya kamu pergi.”“Gedung ini milik keluargaku, kamu yang seharusnya pergi dari sini.” Dia menyilangkan kedua tangan di depan dadanya lalu duduk bersandar. Aku hanya menatapnya tanpa kata. “Ada apa dengan perusahaan keluargamu? Mengapa dia malah melamar ke sini?”
Read more
Bab 37 - Misteri
Jovita dan Felix? Sejak kapan mereka punya hubungan asmara? Aku tidak pernah tahu bahwa mereka pernah dekat sebelumnya. Bahkan dalam kehidupanku yang sebelumnya pun, mereka tidak pernah terdengar dekat atau saling mengenal.Lalu apa yang baru saja aku saksikan? Sepupuku berciuman dengan wanita itu. Dan dia membawa istri Jason ke kamar tidurnya. Gila. Membiarkan rasa penasaranku menang, aku mendekati kamar itu dengan langkah sesenyap mungkin. Sebuah bunyi antukan pada kayu pintu terdengar. Tidak ada suara dari dalam. Kayu ini terlalu tebal untuk bisa menguping.Aku harus meminta Theo untuk mulai menyelidiki sepupuku itu. Ada hubungan apa antara dia dengan Jovita. Apa aku yang salah menduga selama ini? Mungkinkah masalahnya bukan pada Jovita tetapi Felix? Tetapi bagaimana mungkin? Jovita mengandung anak Yosef, lalu mengapa dia justru terlihat dekat dengan kakaknya?“Pergi! Aku tidak mau bertemu dengan siapa pun!” pekik Yosef dari dalam kamarnya setelah
Read more
Bab 38 - Sepupu
“Badanku rasanya remuk semua.” Celeste telentang tak bertenaga di atas tempat tidur. “Berlatih denganmu jauh lebih keras daripada Raven.”“Kamu berlatih memperkuat otot dan menambah keterampilanmu bersama Raven. Denganku, kamu berlatih menghadapi orang jahat secara langsung. Jadi, Raven tidak akan memberimu latihan yang berat. Kamu menjalani itu bersamaku.” Aku memasuki ruang pakaian, lalu mengambil salah satu kaus berlengan panjang dan celana jins.“Aku ingin membatalkan rencanaku dengan Bunda. Tetapi aku merasa tidak enak melihat wajah kecewanya nanti.” Dia mendesah pelan.“Kamu akan baik-baik saja. Bunda hanya akan mengajakmu berkeliling mencari pakaian baru, makan, atau menonton. Bukankah kalian perempuan menyukai semua itu?” sindirku. Dia menatapku sesaat.“Kamu mau ke mana? Kamu tidak pernah pakai celana jins saat di rumah saja,” katanya.“Kamu akan berkencan dengan
Read more
Bab 39 - Seandainya
Aku menghindari bertemu dengan wanita karenanya aku tidak ikut dengan Jason dan Yosef ke bar. Aku justru bertemu wanita juga saat mengikuti Jovita dan Felix ke hotel ini. Sapphira mengaduk teh melati yang ditambahi satu sendok teh gula, lalu meminumnya.“Kamu pertama kali tahu semalam? Lalu mengapa kamu bisa tahu kebiasaan pertemuan mereka di hotel ini?” tanyanya curiga. Jadi, mereka sering bertemu di hotel ini. Kalau begitu, dia sudah lama tahu mengenai hubungan mereka. Mengapa dia hanya diam saja? Mengapa dia tidak melakukan sesuatu untuk memperjuangkan suami dan pernikahannya?“Aku bukan suamimu, mengapa aku yang diinterogasi?” balasku. Dia tersenyum.“Jonah, kamu belum lupa siapa orang yang berada di balik kesuksesan keluarga kami sehingga bisa menjadi pengusaha yang disegani, ‘kan?” Dia memajukan tubuhnya. “Kamu tidak akan suka bila aku mengadu kepada ayahku mengenai sikapmu kepadaku.”Bukan hanya
Read more
Bab 40 - Tidak Mau Kamu Terluka
~Celeste~ “Tolong, jangan manjakan aku, Raven.” Aku berusaha untuk mengatur napasku yang memburu. “Aku mau kamu menyerang aku dengan benar supaya aku tahu bagaimana menghadapi musuh dalam situasi yang sebenarnya.” “Itu tugas Pak Jonah. Saya hanya melatih Anda, Bu. Saya tidak diizinkan untuk memukul Anda sedikit pun.” Dia masih berdiri dengan sikap siaga sambil memegang bantalan untuk menjadi sasaranku. “Anda masih tidak fokus pada latihan hari ini. Apa ada yang bisa saya bantu?” “Tidak.” Aku menggeleng pelan. Aku mendekati konter dan mengambil botol minumanku. Aku meminum beberapa teguk sebelum kembali berlatih. “Oke. Aku sudah siap. Kita mulai lagi.” Aku berlatih untuk menambah kecepatanku dalam bergerak pada jam pertama latihan, lalu memperkuat otot-ototku pada jam berikutnya. Tetapi tubuhku tidak akan terasa sakit pada akhir hari. Berbeda dengan latihan Jonah. Dia sengaja membanting tubuhku beberapa kali di matras. Aku memang masih kurang cepat unt
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status