Semua Bab AKIBAT ORANG KETIGA : Bab 21 - Bab 30
110 Bab
HIDUP BARU
RUMAH BARU     Hesti mengamati rumah barunya. Tidak kecil, hanya memang tidak sebesar rumah Mertuanya. Namun, rumah ini bergaya minimalis yang modern. Hesti tidak banyak berkomentar. Mereka diantar Ammar dan Endang ke rumah baru langsung dari Rumah Sakit."Ini mbok Iyem,  Ti. Ibu sudah membayar gaji Mbok Yem untuk  tiga bulan, selanjutnya  tugasmu untuk mengatur keuangan. Kulkas kalian juga sudah Ibu isi dengan bahan makanan. Kalau habis ya kamu bisa atur ulang. Mbok Yem tidur di kamar belakang. Jadi, kalau ada apa-apa kamu bisa panggil mbok Yem. Ibu tau, kalau kamu tidak bisa beberes rumah, apalagi ada bayi. Itu sebabnya Ibu menyuruh Gilang menggaji asisten rumah tangga,"  ujar Endang.    Gilang hanya mesem mendengar ucapan Ibunya. Kedua anak Gilang sudah dibaringkan di dalam cribnya. Ammar juga yang telah menyiapkan segalanya."Terima kasih Pak. Rumahnya bagus, " ujar Gilang. Ammar menepuk
Baca selengkapnya
BIMBANG
Bersambung            BIMBANG     Fahira tidak kuasa untuk menahan debaran di jantungnya. Akhirnya, ia pun tidak berani bertanya apa pun lagi pada Yoga. Fahira takut, ia takut jika ia hanya mendapatkan harapan palsu. Bagaimanapun juga, ia pernah gagal dalam berumah tangga. Dan, Yoga masih berstatus bujangan. Apa kata keluarga Yoga nantinya jika ia dan Yoga bersama. Terlebih Fahira tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Fahira merasa sangat minder.    Yoga melirik Fahira, ia tau bahwa Fahira saat ini sedang bingung dan resah. Mungkin, ia terlalu cepat mengatakan hal itu pada Fahira. Tapi, ia tidak dapat membohongi dirinya  sendiri, kalau ia sudah lama sekali mencintai dan menanti Fahira.    Seperti biasa, Yoga selalu membukakan pintu untuk Fahira. Kali
Baca selengkapnya
OPERASI KAMANIA
    Fahira tersenyum, dalam hati ia begitu bersyukur. Selama ini, ia selalu berdoa meminta agar Tuhan mempertemukan nya dengan jodoh yang terbaik. Yang mendukung  dan dapat menerima  apa adanya. Mungkin inilah jawaban doanya selama ini."Eh, tapi tunggu dulu, kenapa kau begitu yakin, kalau aku akan menerima dan bersedia menjadi istrimu?"    Yoga menepuk dahinya dan menatap Fahira mengiba. "Ayolah, Fahira apa kau tidak kasihan membuatku menunggu selama ini? Aku setia Fahira, buktinya sejak dulu aku hanya mengidolakan dirimu seorang. Kau ini kejam sekali." Yoga berpura-pura merajuk. Fahira merasa geli melihat tingkah Yoga."Baiklah, baik Pak dokter, aku mau menjadi istrimu. Aku mau kuliah lagi. Tapi, aku punya satu syarat.""Apa itu?""Aku mau menikah asalkan Kamania setuju. Karena bagiku, kebahagiaan Kamania adalah segalanya."    Yoga mengelus rambut Fahira. "Tentu saja, Fahira. Aku aka
Baca selengkapnya
MELAMAR FAHIRA
     Seminggu telah berlalu. Dan, hari ini perban Kamania akan dibuka. Pagi itu Fahira merasa begitu berdebar- debar. Pagi- pagi ia sudah menyuapi Kamania dan membantunya mandi. Ia juga sudah mengabarkan kepada Endang dan Ammar, juga kepada Gilang bahwa hari ini perban Kamania akan dibuka dan mereka akan tahu hasilnya.    "Ma, hari ini perban Kamania jam berapa akan dibuka?" tanya Kamania."Kita tunggu om Yoga dulu ya. Mungkin siang nanti. Nia sabar ya.""Iya, Ma. Nia cuma nggak sabar pengen liat wajah Mama. Pengen baca buku lagi, nggak harus diraba- raba. Nia juga pengen liat kamar Nia. Mainan Nia dan rumah baru kita, Ma. Nia juga pengen bantu Mama. Pengen sekolah lagi juga, Ma. Dan Nia juga pengen bisa liat adik- adik bayi. Juga pengen liat wajah om Yoga.""Astaga, banyak sekali yang kamu inginkan, Nas," komentar Fahira sambil membelai rambut putrinya itu."Iya, Ma. Nia janji, setelah ini, Nia nggak akan menyeb
Baca selengkapnya
MEMINTA IZIN
Siang itu, Fahira dan Kamania bertamu ke rumah Ammar dan Endang. Kedatangan Fahira di sambut gembira oleh Ammar dan Endang. Terlebih mereka melihat Kamania sudah bisa melihat kembali."Maafin, Ibu sama Bapak belum bisa menjenguk. Beberapa hari ini Ibu repot dengan bayi." Endang berkata sambil menunjuk box bayi. Fahira mengerutkan dahinya."Anaknya Hesti? Bukannya mereka tinggal di rumah baru ya, Bu?""Hesti sakit, pembantu mereka tidak sanggup merawat kedua bayi secara bersamaan. Jadi, Erlangga dibawa kemari. Hesti hanya mau merawat Kinanti saja.""Sakit apa memangnya,Bu?""Hesti terkadang tidak mau menyusui anak-anaknya. Sehingga dadanya bengkak, lalu keluar seperti nanah gitu. Kemarin baru saja menjalani operasi kecil. Entahlah,terkadang Ibu pusing melihat kelakuannya. Gilang sudah tegas, tapi ujungnya mereka bertengkar hebat. Kemarin hampir Gilang ngucap talak. Ibu halangilah Fahira. Mau jadi apa, kawin cerai melulu. Ibu pusiing sama mereka berd
Baca selengkapnya
SELALU RIBUT
    Hesti sedang menyusui Kinanti saat Endang dan Ammar datang membawa Erlangga. Melihat Erlangga dalam gendongan Endang , Hesti tampak sedikit kesal. Iyem yang melihat ekspresi wajah Hesti bergegas menyambut Endang dan langsung mengambil Erlangga."Mana suamimu?" Tanya Endang."Ada di kamar, Bu," jawab Hesti."Coba panggil sebentar," ujar Endang. Hesti pun segera berlalu ke kamarnya dan tak lama keluar diikuti Gilang.    Gilang menghampiri Endang dan Ammar lalu mencium punggung tangan kedua orang tuanya itu."Tumben kamu ada di rumah jam segini? Ngga kerja?"  tanya Ammar."Tadi sudah, tapi saya nggak enak badan Pak, jadi pulang istirahat."    Ammar menghela napas panjang lalu duduk di sofa."Fahira kemarin datang ke rumah,"  kata Ammar.    Sontak Hesti langsung mendelik kesal. Raut wajahnya langsung tegang. Begitu juga dengan Gilang. Entah kenapa a
Baca selengkapnya
YOGYAKARTA
Fahira, Yoga dan Kamania tiba di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta tepat pukul 4 sore. Ayah dan Kakak Yoga tinggal di kabupaten Bantul. Kakak Ipar Yoga memiliki sebuah restoran  yang dikelola bersama Anna, kakak Yoga. Danu memang jago memasak, begitu juga dengan Anna. Mereka membuka restoran yang menyediakan makanan- makanan khas Yogya dan ada juga menu seafood dan lainnya.    Yoga sudah memesan taksi online yang akan membawa mereka ke rumah kakak Yoga. Sementara Fahira merasa dadanya berdebar makin kencang.    Sejak pagi , Fahira sudah merasa takut. Ya, Fahira takut untuk bertemu dengan keluarga Yoga. Bagaimana jika Yoga waktu itu hanya mengada- ada.  Bagaimana jika sebenarnya ia belum bercerita kepada Ayah dan kakaknya. Seribu pertanyaan mampir di otak Fahira, membuat Fahira merasa cemas. Yoga yang sedang memangku Kamania yang asyik melihat pemandangan sepanjang jalan menangkap kekhawatiran di wajah Fahira."Kamu kenapa?
Baca selengkapnya
NIAT BAIK
NIAT YANG BAIK     Malam itu, sehabis makan malam, anak-anak bermain di pendopo belakang. Sementara ,Arya, Yoga, Fahira, Anna dan Danu berbincang di sofa ruang keluarga. Fahira nampak sedikit resah dan cemas. Ia melihat Arya nampak tegas dan berwibawa. Fahira, membandingkan dengan sosok Ammar. Ammar juga tegas dan bijaksana. Tapi, Arya memiliki aura pemimpin yang begitu kuat. Mungkin karena beliau adalah pensiunan TNI sehingga membuat beliau memiliki aura tegas, berwibawa dan aura seorang pemimpin.    Sementara Danu dan Anna nampak santai. Mereka sesekali tersenyum dan menggoda Yoga. Sampai akhirnya ..."Jadi, bagaimana Yoga?"  tanya Arya sambi menatap Yoga.Yoga langsung mengalihkan pandangannya. Ia menatap sang ayah dengan tenang."Seperti yang sudah saya sampaikan, Yah. Kemungkinan, tahun depan saya dan Fahira akan menikah. Saya ajak Fahira kemari, supaya Ayah, mas Danu dan mbak Anna bisa mengena
Baca selengkapnya
HIDUP BARU
    Sepulang dari Yogya, Fahira dengan semangat menjalani kuliahnya. Fahira ingin mendapatkan nilai yang baik supaya ia tidak kesulitan juga saat meneruskan kuliah di London nanti. Seminggu 2 kali Fahira selalu membawa Kamania berkunjung ke rumah Ammar dan Endang untuk menjenguk kakek dan neneknya itu. Terkadang, Yoga ikut mengantar jika tidak sedang bertugas di rumah sakit.     Fahira juga baru tau jika ternyata Yoga adalah pengusaha muda. Ia menjadi dokter karena ingin mengabdikan diri.     Fahira masih tetap bekerja pada ceu Inayah. Sejak dulu Fahira memang tipe pekerja keras. Sekali pun nanti ia sudah menikah, Fahira akan meminta izin pada Yoga untuk tetap bisa bekerja, apa saja. Yang penting tidak melalaikan tugasnya sebagai istri.     Dan, hari itu, Fahira mengunjungi Ammar dan Endang seperti biasanya. Namun, saat Fahira datang ada seorang lelaki dengan pakaian rapi sedang berbincang serius den
Baca selengkapnya
PEREMPUAN TIDAK TAU DIRI
Ammar dan Endang berangkat ke tanah suci diiringi isak tangis Gilang.  Hari itu, Fahira memang sengaja datang bersama Yoga untuk mengantarkan kepergian Ammar dan Endang. Mereka berangkat bersama beberapa calon jemaah haji lainnya dijemput oleh pihak travel.    Beberapa kali Fahira memergoki Hesti sedang mengamatinya dan Yoga. Tapi Fahira tidak peduli,ia pura- pura tidak tau. Fahira memilih berbincang dengan bik Atun dan anak- anak kos yang sedang berkumpul termasuk Tania.    Setelah Ammar dan Endang berangkat, Fahira dan Yoga pun segera bersiap untuk pulang. Fahira pun menghampiri Kamania yang sedang bermain bersama Tania dan bik Atun."Yuk, Nia kita pulang. Eyang dan eyang uti kan sudah berangkat. Kita pulang sekarang, yuk," ajak Fahira."Kok buru-buru sih  Fahira? Sini aja dulu. Kayaknya pak dokter juga nggak apa-apa,"  jawab Tania."Ngga enak sama Hesti. Nanti dikira teteh mau deket- deket sama suam
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status