All Chapters of AKIBAT ORANG KETIGA : Chapter 11 - Chapter 20
110 Chapters
PERMINTAAN ISTRI
    Hesti pun segera masuk kamar dengan kesal. Ia menghentakkan kakinya ke lantai."Wanita nggak berpendidikan kayak dia ... berani nyicil rumah. Gaji dia berapa sih? Pasti dia sebenarnya jadi perempuan simpanan orang. Emang aku nggak tau apa, kalau gaji dia itu kecil. Seminggu paling hanya tiga ratus ribu. Masah ... bapak mertuaku itu juga! Ngapain sih, pake bayarin biaya operasi si Kamania itu! Biarin aja dia buta!" Hesti yang sedang kesal mulai bicara sendiri.    Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Gilang masuk dengan wajah lesu."Eh, Mas udah pulang," Sapa Hesti manja."Capek Mas, tolong buatkan  minuman! " Gilang menepis tangan Hesti yang hendak menggelayut manja. Membuat Hesti kembali cemberut kesal."Ih, kan ada bi Atun," tolak Hesti sambil mengempaskan tubuhnya ke atas kasur."Dulu, Fahira selalu membuatkan mas minuman, meski ada bik Atun. Apa salahnya sih!"  gerutu Gilang."Eh, Mas jangan s
Read more
PERTENGKARAN MENANTU DAN MERTUA
    Siang itu Endang tampak kesal. Ia terlihat cemberut. Pagi- pagi sekali Gilang dan Hesti pergi. Dan mereka pulang dengan membawa perabotan baru. Springbed dengan merk yang mahal, lemari, meja rias, nakas. Beberapa set sprei dan bedcover yang juga merk terkenal. Semua barang-barang lama dari kamar Gilang dipindahkan ke kamar kos yang memang belum sempat Endang isi dengan perabotan karena memang belum akan disewakan..    Dan Endang lebih kesal lagi, saat ia mengintip ternyata Hesti juga membeli satu set perhiasan. Dan perhiasan yang dibeli itu bukan perhiasan murah. Paling tidak Gilang menghabiskan 100 juta untuk membeli semuanya.    Setelah para tukang yang membantu mengangkat lemari dan lainnya sudah pergi dan sudah mendapatkan upah dari Gilang, Endang segera menghampiri Gilang yang sedang duduk di sofa."Beli barang baru, kenapa nggak minta pendapat Ibu dulu?" Endang mulai mengintrogasi Gilang. Gilang menghela n
Read more
KALAU DI DEPAN DAFTAR NAMANYA
."Kamu ini ... sudah diberi kode jangan melawan, eeh malah kamu sengaja berteriak pada ibu. Ibu itu kalau sudah marah pasti begitu. Kamu diam saja,nanti juga reda sendiri."Gilang mulai menegur istrinya itu. Namun, Hesti hanya mencebikkan bibirnya."Ya ... habis aku emosi. Ibu membandingkan aku dengan Fahira. Jelas aku dan dia itu berbeda. Lagi pula yang aku minta bukan rumah mewah atau mobil yang harganya ratusan juta.""Ya sudah, lain kali kalau ibu marah, jangan dijawab seperti tadi. Untung bapak tadi cepat masuk, kalau bukan bapak mana mau ibu dengar," kata Gilang.    Hesti hanya terdiam mendengar kan perkataan suaminya. Tunggu saja sampai aku bisa menguasai rumah ini nanti, ucap Hesti dalam hati.       Sementara itu , Endang duduk terpekur di teras depan rumahnya. Ia memandangi deretan kamar- kamar kos. Halaman rumahnya begitu luas. Jika ia ingin menambah 5 atau 6 kamar kos lagi pa
Read more
PERMINTAAN MAAF
    Fahira sedang menemani Kamania belajar, saat pintu terdengar diketuk dari luar. Fahira segera membukanya dan ia hanya bisa menatap tak percaya saat melihat siapa yang datang."Bapak, Ibu? Ayo silakan masuk. Maaf kalau berantakan ... saya sekarang bekerja di rumah sambil menjaga Kamania,"  kata Fahira sedikit canggung"Tidak apa-apa, Fahira. Bapak kemari mengantarkan Ibu. Sejak kemarin, Ibu ingin bertemu kamu katanya."Endang dengan sedikit canggung melangkah masuk dan duduk di sofa. Ia menatap cucunya yang sedang duduk memegang buku bacaan dengan huruf braille."Nia, ini eyang uti," sapa Endang. Kamania tersenyum manis. Endang langsung memeluk cucunya itu."Maafkan Eyang Uti, selama ini eyang  yang egois dan bersalah."      Kali ini Endang tak kuasa menahan tangisnya. Runtuh sudah semua tembok kesombongan yang selama ini ia bangun dengan kokoh.    Fahira yang terha
Read more
BELAJAR MENJADI LELAKI
   *    Hesti dan Gilang  pulang, sesaat setelah Ammar, Endang selesai makan malam."Dari mana kalian? Kok sampai malam begini baru pulang?Hesti kan sedang hamil besar, tidak baik keluar malam, "  kata Ammar sambil melirik belanjaan di tangan Hesti."Belanja keperluan bayi , Pak. Hesti  sebentar lagi sudah mau lahira," jawab Gilang.“Kalian duduk dulu, Bapak sama Ibu mau bicara,"  kata Ammar.    Endang sebenarnya sudah ingin menyemprot Hesti dengan makiannya. Tapi, ia ingat pembicaraan dengan suaminya siang tadi. Ia tidak ingin membuat suaminya kecewa. Sehingga ia memilih diam dan menahan sedikit emosinya."Menurut perkiraan dokter, kapan Hesti lahiran?"  tanya Ammar."Kami baru saja periksa juga, Pak. Masih dua bulan lagi. Minggu depan kan, tujuh bulanan. Oiya, anaknya ternyata kembar , Pak." Gilang menjawab dengan bersemangat."Hmmm, Bapak d
Read more
PERTENGKARAN
    Seperti janjinya, Ammar membelikan Gilang sebuah rumah. Sebuah rumah di perumahan elite yang cukup besar. Lengkap dengan furniture dan barang-barang lain.    Ammar merasa tidak rugi mengeluarkan uang agak banyak untuk Gilang dan Hesti.  Tidak mengapa,  ini adalah bantuan terakhir yang bisa dia berikan kepada putra tunggalnya itu. Sebab, jika mereka sudah pindah nanti, Gilang benar-benar harus mandiri.    Sementara itu, sejak Ammar memutuskan untuk mereka pindah, Hesti jarang keluar kamar. Makan pun ia mau delivery lewat aplikasi. Sama sekali tidak mau makan masakan yang ada. Endang sebetulnya kesal dengan tingkah Hesti, dalam hati ia sudah geregetan ingin mengomel. Namun ia tahan. Jika sudah begitu, Endang akan mengobrol dengan anak- anak kos atau bik Atun.    Ammar pun tidak mau menegur kelakuan menantunya itu. "Biarkan saja mereka menikmati. Sebentar lagi, mereka baru akan menjalani h
Read more
KELAHIRAN SI KEMBAR
Hesti sudah berada di ruang operasi saat Iman dan Masayu datang bersama Gillang  Ammar dan Endang terlihat sedang duduk di depan ruang operasi sambil mengobrol.    Iman dan Masayu segera menyapa dan mencium tangan Ammar dan Endang. Iman dan Masayu memang sangat menghargai Ammar dan Endang. Karena jika dilihat usia mereka hampir sama dengan almarhum kedua orang tua mereka."Kenapa Hesti harus operasi segala, Pak, Bu? Apa dia yang meminta?"  tanya Iman.Endang dan Ammar saling pandang. Gilang sudah tampak ketakutan." Begini, nak Iman. Sebelumnya, Bapak minta maaf. Hesti dan Gilang bertengkar, entah apa masalahnya. Sehingga, Gilang kelepasan menampar Hesti. Maaf sebelumnya, mungkin dipicu dari pertengkaran dengan Ibunya. "    Iman mengerutkan dahinya tak mengerti."Bertengkar dengan Ibu? Saya tidak mengerti Pak, Bu," kata Iman sambil mengerutkan dahinya.    Ammar pun menjelaskan
Read more
AKU TIDAK MAU BAYI CACAT
Dokter terlihat agak sedikit bingung untuk menyampaikan. Ammar dan Endang saling berpandangan. Bagitu juga dengan Iman dan Masayu."Begini saja, kedua bayi Bapak sedang dimandikan. Bapak bisa melihatnya sebentar lagi. Saya akan antar ke ruang bayi," kata dokter.  Gilang semakin merasa tidak enak. Firasatnya sebagai seorang ayah mengatakan jika telah terjadi sesuatu dengan anaknya."Bagaimana dengan putri saya?" tanyanya."Putri Bapak sehat dan sempurna."    Gilang merasa sebagian dunianya runtuh. Ammar menepuk pundak anaknya itu seolah ingin mentransfer kekuatan. Tak lama kemudian Gilang melihat Hesti dipindahkan ke ruang perawatan.    Ia pun segera menuju ruang bayi untuk melihat putra dan putrinya terlebih dahulu ditemani oleh Ammar.  Sementara Ibunya, Iman dan Masayu langsung ke kamar perawatan Hesti."Ada apa dengan putra saya, Dokter?"  tanya Gilang dengan jantung berdebar kencang.&
Read more
FAHIRA VS HESTI
FAHIRA VS HESTI     Pagi itu, Fahira dan Kamania sudah bersiap-siap untuk ke rumah sakit. Pagi itu, untuk pertama kalinya, Fahira memakai make up tipis. Wajahnya terlihat segar. Rambut Fahira yang biasa hanya digulung ke atas, kali ini digerai. Lalu diberi curly di bawahnya. Fahira mengambil sebuah jumsuit yang ia beli beberapa hari lalu dari situs belanja online. ”Barangkali, yang dikatakan Ibu Endang benar, aku ini sebenarnya cantik. Hanya saja selama ini aku tidak pernah menyadari,”  gumam Fahira.Postur tubuh Fahira yang memang tinggi kelihatan cantik dengan jumsuit yang dikenakannya.   Fahira melihat bayangan dirinya sendiri di cermin . Ia merasa pangling dengan apa yang ia lihat.  Merasa dirinya cantik, Fahira mulai senyum senyum sendiri.Akhirnya setelah merasa puas dengan penampilannya Fahira pun segera berangkat. Kamania pun terlihat cantik memakai jumsuit yang sama dengan yang Fahira
Read more
PERTEMUAN
PERTEMUAN      Sedikit tergesa Fahira meninggalkan Rumah Sakit. Supaya cepat, ia menggendong Kamania dalam pelukannya.  Fahira benar-benar merasa emosi sekali.dengan sikap Hesti. Seharusnya aku yang marah, kenapa.jadi dia yang marah- marah. Fahira hanya bisa menggerutu dalam hati. Untung saja, ia masih bisa mengendalikan emosinya. Sehingga tidak sampai memaki. Bahkan saat pamit pada Endang, Ammar dan Gilang pun Fahira masih bisa bersikap sopan..    Karena tidak memperhatikan jalan, Fahira kurang hati- hati. Tak sengaja ia menabrak seseorang lelaki."Aduh, hati- hati atuh Teh. Yaa, barang- barang saya jatuh semua.""Eh, aduh... aduh maaf ya, saya lagi buru- buru." Fahira berkata  sambil membantu lelaki itu membereskan barang-barangnya."Iya, tidak apa, lain kali hati- hati. Apalagi sambil bawa anak. Loh, kamu Fahira kan?""I-iya saya Fahira. Kamu...?""Ya ampun Fahira, saya Yo
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status