All Chapters of Maduku adalah Kakakku Sendiri: Chapter 31 - Chapter 40
41 Chapters
31. Hanya Satu Wanita
`^`Aku hanya ingin dicintai olehnya. Apa itu salah?`^`                                        [Ilona Azura] Asha membuka lemari pakaian untuk menggantung beberapa jas milik Luke. Saat ia hendak menutupnya kembali. Bola matanya tidak sengaja menangkap sebuah kotak ungu di bawahnya. Dengan gerakan pelan, ia meraih kotak itu dan membawanya ke meja rias. Saat kotak itu terbuka, lembaran-lembaran kertas yang telah disentuh oleh pensil membentuk sebuah gambar desain tertangkap oleh indra. Seketika memori di masa lalu berputar dan itu mampu membuat Asha tiba-tiba tersenyum. Asha mengeluarkan kertas itu dari dalam dan menatapnya lebih lekat. Sebuah desain model pakaian yang ia lukis saat kuliah dulu untuk pertama kalinya. Dan orang yang pertama kali melihat karyanya adalah Luke. "Hey, kembalikan itu padaku. Aku tidak memberimu izin u
Read more
32. Hati yang Mulai Terbagi
Asha tersenyum lebar melihat sentuhan pensilnya telah membentuk gambar yang sempurna. Bahkan gambar itu terlihat lebih bagus dari sosok yang asli.    Saat tengah menatap lukisan, suara dering ponselnya membuat ia terpaksa meletakkan kertas itu ke meja dan mengambil benda pipih di atas nakas. Kedua sudut bibirnya semakin mengembang saat bola matanya membaca nama yang tertera.    Tanpa berpikir dua kali, ia langsung menggeser tombol hijau hingga wajah tampan yang sangat ia rindukan terpampang di layar.    "Ada apa, Luke?" tanya Asha membuka obrolan.    Untuk sesaat pria di seberang belum menjawab. Alih-alih menjawab, suaminya itu malah menatap dirinya dengan perasaan lega. Seakan ia baru saja mendapatkan keberuntungan.    Asha mengernyit. Beberapa detik mencerna, ia akhirnya membuka suara. "Ada apa, Luke? Kenapa kau menatapku seperti itu?"  &nb
Read more
33. Gadis Kecil
"Luke, masalah tadi malam ... maafkan aku. Aku terlalu terbawa emosi. Bisakah kau melupakan kejadian semalam?" kata Ilona di tengah sarapan. Matanya tidak lepas dari wajah yang kini sama sekali tidak menampakkan ekspresi. Luke masih diam tidak menyahut. Setelah beberapa menit berpikir. Ia meletakkan sendok dan garpu ke atas piring. "Jangan membicarakan hal itu lagi. Aku sudah kenyang," sahutnya yang hendak pergi. "Eh, tunggu sebentar," cegah Ilona yang membuat Luke berhenti melangkah. Namun, pria itu sama sekali tidak berbalik. "Ada apa?" "Kita sudah empat hari di sini. Mama memintaku untuk mengirim beberapa foto kegiatan kita selama di sini. Jadi ... bisakah hari ini kita keluar?" tanya Ilona hati-hati. Ia menggigit bibir seraya menunggu jawaban. Lama menanti, akhirnya suara bass itu melancarkan pernapasan yang sempat terhenti. "Bersiaplah." *** "Luke, bagaimana. Apakah gaun ini cocok un
Read more
34. Sedikit Berubah
Seminggu akhirnya telah berhasil mereka lewatkan. Selama itu bahkan mereka tidak tidur dalam satu ranjang. Hanya saja yang membuat Ilona merasa senang karena momen di restoran kala itu. Hari itu tidak akan pernah ia lupakan, tangan kekar yang berhasil ia genggam meski sang pemilik sama sekali tidak merespon lebih.  Pesawat yang mereka tumpangi sebentar lagi akan mendarat di bandara ibu kota. Luke menarik napas lebih dalam, akhirnya ia telah kembali ke negara yang sangat ia rindukan. Terlebih karena ada wanita cantik di dalamnya. Wanita yang tidak sabar ia peluk.  Jauh di tempat yang berbeda, Asha dengan senyum sumringah terus menyibukkan diri di dapur sejak pukul tiga sore. Dengan semangat, ia memasakkan beberapa hidangan kesukaan sang suami. Senyumnya semakin lebar saat membayangkan wajah senang Luke saat menikmati masakannya.  "Nyonya, sejak tadi Anda terus memasak. Biarkan saya melakukan sesuatu untuk m
Read more
35. Tidak Memberitahu
Di tengah hati yang tersakiti, Asha memilih untuk menyibukkan diri dan berusaha sekeras mungkin untuk menyembunyikan luka yang bersemayam di hatinya. Ia baru saja keluar dari ruangan pakaian dengan membawa beberapa kemeja Luke yang telah disetrika untuk digantungkan di lemari. Tidak sengaja ia melihat Luke berdiri di balkon utama. Sesaat Asha bergeming di tempat dengan pandangan lurus ke punggung kekar di sana. Rasa rindu semakin menggebu hebat dan segera ingin dilepaskan, ia mengembus napas panjang kemudian melangkahkan kakinya ke balkon setelah memastikan senyuman terbit di wajahnya. "Luke, kau-" Kalimat Asha terpotong saat ponsel Luke tiba-tiba berdering. Ia memperhatikan lelaki itu mengambil ponsel di dalam saku celananya. Sebelum ia menerima panggilan, Luke berbalik menghadap Asha. "Asha, kau ingin mengatakan sesuatu?" Asha hendak melanjutkan kalimatnya. Namun saat sang suami mengalihkan pandangan ke layar ponsel, ia m
Read more
36. Pencarian
"Kenapa kita berhenti di sini? Bukankah kita harus pergi ke hotel Admaja?" ujar Asha di tengah sesenggukan akibat terlalu khawatir akan kabar yang begitu mengejutkan.  Asha celingak-celinguk menatap ke sekeliling dengan kerutan tebal di dahi. Karena mobil itu kini berhenti di pinggir jalan yang di kelilingi oleh hutan belantara.  Tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke depan, tepat ke kaca spion tengah saat ia mendengar suara tawa menggema dari sang supir.  "Apakah kau sangat berharap jika suamimu celaka?"  Mencium bau mencurigakan, barulah Asha mulai berpikir di otaknya. "Siapa sebenarnya kau? Di mana Luke?" teriak Asha yang tidak sabaran.  "Tenanglah Nyonya. Siapa yang bisa mencelakai suamimu itu, hah? Seharusnya sekarang kau pikirkan keselamatanmu sendiri." Setelah menyelesaikan kalimatnya, pria bertopi hitam itu turun dari mobil dan membuka pintu belaka
Read more
37. Rasa Bersalah
"Asha, kau tidak apa-apa?" Luke membantu istrinya duduk dengan hati-hati.  Suara ringisan berhasil membuat kekhawatiran Luke semakin memuncak. "Ada apa? Apa yang sakit?"  Bukannya menjawab, Asha malah menatap sang suami begitu dalam, bola matanya bergerak menjelajah setiap inci tubuh suaminya.  "Kau tidak terluka?" tanyanya seraya menyentuh wajah suaminya dengan penuh keharuan. Air matanya kembali merembes keluar, ia lega karena masih bisa melihat sang suami.  Luke memegangi tangan yang terasa dingin di wajahnya lalu kemudian mengecup telapak tangan itu. Setelah itu ia langsung memeluk erat tubuh istrinya.  "Maafkan aku Asha. Maafkan aku, jika aku tidak merencanakan kejutan konyol itu. Mungkin sekarang kau tidak terluka seperti ini. Aku benar-benar payah karena telah membawamu ke lubang bahaya," ungkap Luke seraya membaui aroma sang istri. Ia semakin meme
Read more
38. Pertolongan Pertama
"Asal kau tau, butuh usaha keras untuk tidak memelukmu saat itu, Asha. Bagaimana bisa kau mengatakan jika aku tidak merindukanmu lagi?" ujar Luke setelah melepaskan tautan bibir mereka.    "Lalu kenapa kau mengacuhkanku?"    Pertanyaan itu membuat Luke merubah ekspresi, otaknya mengingat saat ia berada di pesawat ketika hendak pulang dari hanymoon. Entah ide dari mana ia ingin membuat kejutan yang benar-benar tidak terduga kepada sang istri.    "Untuk memberimu kejutan di hari ulang tahunmu," sahut Luke setelah beberapa saat.    "Ulang tahunku?" ulang Asha sebelum menggerakkan bola matanya ke sudut, setelah beberapa saat mengingat, ia tersenyum dan kembali menatap sang suami.    "Aku bahkan tidak ingat jika hari ini adalah ulang tahunku. Sikapmu yang tiba-tiba berubah membuat pikiranku teralih, Luke." Asha memajukan bibir tanda protes.   
Read more
39. Menghangatkan Ranjang
Luke membuka pintu kamar, tepat pada saat itu ia melihat Asha tengah merapikan kasur yang sepertinya tidak menyadari kedatangan dirinya.  Dengan senyum yang telah terpasang, Luke menutup pintu dengan pelan tanpa memberi suara. Dengan langkah pelan juga ia menghampiri sang istri dan langsung memeluknya dari belakang.  Asha yang tengah pokus dengan pekerjaannya, otomatis terkejut ketika sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ia baru bisa bernapas lega setelah melihat siapa pelakunya.  "Luke, kenapa kau begitu suka mengejutkanku? Kau bahkan masuk tanpa bersuara," sungut Asha yang kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan sang suami yang semakin mengeratkan pelukan.  "Aku tidak mengejutkanmu. Kau sendiri yang terlalu pokus dengan pekerjaanmu sampai kau tidak menyadari kepulanganku," timpal Luke dengan nada tidak terima.  Mendengar pernyataan dari sa
Read more
40. In Belgium
"Luke, ke mana kau mau membawaku? Biarkan aku tetap membuka mata dan melihat keindahan di negara ini," protes Asha yang entah sudah ke berapa kali. Ia kecewa karena sejak turun dari mobil sampai sekarang ia masih tidak bisa menikmati pemandangan di sekitarnya.  "Kenapa kau begitu cerewet Asha? Tidak bisakah kau membiarkan aku melancarkan kejutan?" Luke menahan tangan istrinya yang hendak membuka penutup mata.  Di tengah mata tertutup itu, Asha mengerutkan kening. "Kejutan apa? Bukankah kau berjanji tidak akan merencanakan kejutan lagi?"  Luke mendesah mendengar sang istri yang belum juga berhenti bicara. Dengan embusan napa kecil, ia mencoba sabar. "Kali ini beda. Kau bersamaku, jadi otomatis keselamatanmu terjamin."  "Sudah jangan bicara lagi. Kau akan tau setelah kita sampai di sana," lanjut Luke yang kembali menuntun tubuh sang istri untuk kembali berjalan.  
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status