All Chapters of Maduku adalah Kakakku Sendiri: Chapter 21 - Chapter 30
41 Chapters
21. Permohonan yang Tertolak
"Jadi, kau benar-benar akan menikah dengan Luke. Luke Watson, teman kuliah kita?" tanya Julian yang masih belum mempercayai cerita Ilona yang kini terlihat begitu santai dengan sesekali meneguk bir di tangannya. Wanita itu hanya mengangguk singkat seraya memutar-mutar gelas di tangannya. Namun, belum membuat si empu mengurai kerutan. "Ilona, Asha adalah adikmu sendiri. Kau tega ingin merebut Luke darinya?" Kalimat itu menghentikan pergerakan pada tangan Ilona. Sejenak bergeming, kemudian ia meletakkan gelas itu ke meja kaca sedikit kasar. "Perhatikan ucapanmu itu! Aku tidak pernah merebut siapapun dari siapapun. Dialah merebutnya dariku, aku yang lebih dulu mengenal dan mencintai Luke. Jika dia tidak ada, mungkin saja sekarang kami telah bersama dengan bahagia," ketus Ilona dengan mata yang mulai memerah. Napasnya mulai memburu bersamaan dengan gejolak dalam dada yang semakin meningkat. "Tidak ada yang namanya mungkin, Il. Ini semua su
Read more
22. Memory
Sudah hampir satu jam, Sean duduk di meja bar dengan tatapan menerawang ke depan. Percakapan dengan Ilona tadi terus terngiang di telinganya, semakin jelas memori tersebut semakin terasa nyeri di dada. Ia melampiaskan rasa sakit itu dengan kembali menegak bir di tangannya hingga tandas. Suara dentuman terdengar saat pria itu meletakkan gelas dengan kasar ke meja. "Jika aku tau bahwa jatuh cinta bisa memberikan rasa sakit yang teramat. Lebih baik aku tidak memiliki hati sama sekali," gumam Sean dengan mata telah memerah, satu tangannya telah mencengkram kuat bagian dada kirinya. "... ini adalah terakhir kalinya kita bertemu." Sean meringis tanpa sengaja saat kalimat terakhir Ilona muncul di benaknya begitu saja. Tangannya telah beranjak ke gelas yang telah kosong dengan genggaman yang begitu kuat seiring luka dalam hati menganga lebar. Bahkan ia begitu sulit walau sekedar menelan ludah, mengetahui kenyataan bahwa sang pujaan benar-benar tidak menginginkan keha
Read more
23. Memory II
Ilona membuka pintu kamar dengan kasar dan menutupnya kembali menggunakan kaki dengan gerakan malas. Ia langsung melempar tas kerjanya ke kasur dan menghempaskan diri di kursi meja rias. Dengan wajah kusut langsung terpantul di dalam cermin di hadapannya.  "Aakkhh ... dasar Sean sialan," gerutunya seraya menghentakkan kaki.  Pembicaraannya tadi dengan Sean tidak pernah berhenti berputar dalam otaknya. Berulang kali ia menggeleng kuat, namun pikiran itu tak kunjung hilang dalam kepala. Kekesalan semakin bertambah saat debaran aneh pada jantungnya tidak pernah berhenti.  "Kenapa semuanya jadi begini sih? Ada apa denganku?" Ilona mengacak rambutnya dengan frustrasi. Bayangan wajah sendu Sean sangat jelas terlihat.  Sesaat ia memaku, netranya menatap lurus ke dalam cermin. Menatap lebih dalam bayangannya di sana. Bukan, bukan wajahnya yang membuat ia mematung. Namun, sekelebat memori
Read more
24. Pernikahan
Semua benda di semesta alam terus melakukan tugasnya. Begitu juga dengan waktu, yang tidak pernah mengenal kata lelah untuk berputar. Hingga tanpa sadar bila hari yang dinantikan tiba, hari penyatuan dua insan dalam sebuah ikatan pernikahan.  Sebuah dekorasi yang telah dirancang sesuai keinginan, kini telah dipenuhi oleh tamu yang mulai berdatangan untuk menyaksikan pernikahan konyol. Bagaimana tidak, yang akan menjadi pengantin wanitanya adalah kakak dari istri pengantin lelaki. Bukankah itu terdengar aneh.  Para tamu mulai bisik-bisik antar telinga teman-temannya ketika apa yang mereka dengar selama ini memang benar. Bahkan wanita yang telah lama berstatus sebagai istri, kini tanpa beban ataupun air mata telah berdiri cantik di samping pengantin lelaki di atas altar. Tersenyum lebar ke arah sang pengantin wanita yang kini tengah berjalan menuju altar.  Bukan kecantikan pengantin wanita yang menjadi topik
Read more
25. Tidak Kuat Lagi
"Asha, kau sudah bangun?" Pertanyaan yang terdengar begitu khawatir langsung tertangkap di indra pendengaran, membuat Asha yang baru saja mengerjap spontan menoleh. Dengan kepala yang terasa sakit, ia berusaha duduk. "Ada apa? Di mana ini?" tanyanya seraya memeriksa sekeliling. "Tadi tiba-tiba saja kau pingsan, jadi aku membawamu ke kamar. Aku baru saja hendak memanggil dokter kemari. Apa kau merasa baik sekarang?" Asha bergeming, berusaha mencerna setiap kalimat yang ia dengar. Beberapa detik kemudian, barulah ia sadar kejadian yang sebenarnya. Dengan mata telah membulat sempurna, ia kembali menoleh ke arah lawan bicara. "Apa Luke tau aku pingsan?" tanya Asha dengan nada panik. Membuat pria di hadapannya spontan menggeleng cepat. Melihat hal itu, Asha langsung berembus lega sembari mengusap dada. "Syukurlah." Julian mengernyitkan dahi melihat tingkah Asha yang membingungkan. "Kenapa?" Se
Read more
26. Melewatkan Malam Pertama
Di kamar lain, tampak Luke yang telah pokus dengan layar laptopnya. Bahkan ia tidak sadar jika pintu kamar mandi telah terbuka dan Ilona baru saja selesai dengan ritual mandinya. Wanita itu keluar dengan dress mini berwarna putih berbahan kain tipis hingga sedikit transparan. Selina yang memberikan pakaian itu padanya.  Saat melangkah ke meja rias, Ilona sempat menoleh ke arah Luke yang masih bergeming dengan urusannya. Ia duduk dan menatap dirinya di cermin, ia bahkan tidak bisa berhenti tersenyum mengingat bahwa sekarang dirinya telah resmi menjadi istri dari pria yang sudah lama ia cintai. Tanpa sadar pipi itu merona merah.  Dengan jantung berdegup kencang, Ilona melepaskan handuk di atas kepalanya dan membiarkan rambut pendeknya tergerai begitu saja. Malam ini ia ingin memberi penampilan yang sempurna untuk suaminya, penampilan yang akan menggoda iman.  Saat tengah mempersiapkan, ia tidak tahu bahwa pr
Read more
27. Mengobati Rasa Rindu
Cahaya menerobos masuk melewati tirai putih hingga mengenai wajah cantik yang masih nyaman memejamkan mata. Sedetik kemudian kelopak itu mulai berdenyut bersamaan dengan kerutan di antara alis. Ia merenggangkan tangan lalu mulai mengerjap-ngerjap.  Dari kelopak mata yang terbuka sedikit, ia bisa melihat bayangan wajah tampan di dekatnya. Wanita itu tersenyum, kembali mengerjap berusaha melawan cahaya yang menusuk mata. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya timbul, Asha menatap wajah yang lebih mirip suaminya. Ia berpikir bahwa yang ia lihat itu adalah ilusi semata karena ia terlalu merindukan suaminya.  Akan tetapi, ia langsung membulatkan mata ketika suara bass melewati gendang telinga.  "Apa aku terlalu tampan hingga kau tidak bisa berkedip menatapku?"  Asha langsung bangkit dan mengucek kedua matanya, memastikan bahwa ia tidak salah lihat. "Luke! Apa itu kau?" &nb
Read more
28. Mengaku Pacar
"Apalagi yang harus dibicarakan? Semuanya udah jelas bahwa kau adalah pria brengsek yang pernah kutemui!" bentak seorang wanita dengan emosi yang membeludak. Ia menghempaskan tangannya dari cekalan sang pria yang tampaknya belum menyerah. "Dee, kumohon beri aku-" "Berhenti memanggilku dengan nama itu. Sejak kemarin sore, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Jadi, kau jangan bertingkah sok akrab denganku," sela wanita itu dengan napas yang semakin memburu. Saat ia melihat wajah pria di hadapannya, perselingkuhan kemarin semakin berputar jelas di memorinya. Pria yang sudah habis kesabaran itu pun mengeraskan rahangnya dengan tangan mulai mengepal. Ia bukanlah tipe pria lembut yang bisa terus memohon saat dirinya terus ditolak. "Hey, kau memang wanita yang tidak tau diri. Bersyukur aku mau meminta maaf dan bahkan memohon padamu. Tapi, kau malah bersikap sombong seperti itu. Memangnya siapa kau? Dasar wanita gila," umpat pria di
Read more
29. Berusaha Menolak
"Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Sean setelah selesai membalut pergelangan tangan Denada setelah memberi salap di dalamnya. Wanita itu hanya mengangguk sebagai respon. Membuat Sean hanya mengembus napas kasar. Ia tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana menghadapi sifat keras kepala wanita. Denada bersikeras untuk tidak ke rumah sakit. "Baiklah. Jika terjadi sesuatu yang lebih serius. Segera beritahu aku, hm?" Lagi-lagi Denada hanya mengangguk sebagai respon. Ia menarik tangannya dan menaruhnya di atas paha, sedang Sean sibuk membereskan kotak P3K. Setelah selesai, keheningan menyelimuti beberapa saat. Dua orang itu saling diam dengan perasaan kaku, hingga suara Sean mengakhiri semuanya. "Hm, masalah tadi. Aku terpaksa mengatakan jika kau adalah pacarku. Aku paling tidak tahan melihat pria bersikap kasar pada wanita, apalagi merendahkannya seperti tadi. Aku hanya ingin membuat ia mengerti bahwa masih ada pria yang lebih baik yang bisa
Read more
30. Menemukan Kebenaran
`^`Tidak ada rumus dalam romansa untuk mencintai dua atau lebih wanita. Syarat untuk bisa dikatakan pasangan adalah dua orang yang saling mencintai. Selebih itu adalah keegoisan.`^`                                     [Luke Watson]"Mama mengirimmu susu lagi," ujar Luke seraya memberikan segelas susu hangat di tangannya. Ilona bergeming dengan tatapan lurus ke arah susu. Ia sedikit ragu mengambil susu itu. Dengan gerakan kaku, ia mendongak menatap wajah yang tampak tak berdosa. "Kenapa Mama tidak memberinya langsung padaku?" tanya Ilona yang seketika langsung membuat Luke mematung. Lama keheningan menyapa, selama itu Luke berusaha mencari jawaban yang masuk akal. "Mama males ke atas, jadi ia nitip ke aku. Sekalian katanya," jawab Luke kemudian yang membuat Ilona berkedip. "Oh." Dengan ragu, Ilona mengambil
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status