Tiga tahun pernikahan, namun yang dinanti belum juga hadir. Sang ibu mertua sering kali mengingatkan akan penerus keluarga Watson hingga membuat Asha Rukmani dihantui rasa khawatir. Namun, kehangatan yang selalu ditorehkan sang suami membuat ia sedikit merasa lebih tenang. Siapa sangka jika kekhawatiran yang sempat mereda itu berubah menjadi kesedihan yang amat dalam. Asha terpaksa membelakangi egonya demi sang pewaris keluarga. Dengan gila, ia sendiri yang merekomendasi suaminya untuk menikahi sang kakak yang ternyata sudah lama memendam rasa kepada suaminya. *** "Aku tidak bercanda dan aku sadar dengan ucapanku tadi, Luke. Jadi, kumohon ceraikan aku." "Tidak!"
View MoreSuara ketukan pintu mampu membuyarkan kepokusan yang terjadi selama satu jam lamanya. Dengan kedipan beberapa kali, Luke berdehem dan mengalihkan tatapannya pada dokumen yang sejak tadi ia kerjakan.
"Masuk."Satu kalimat itu telah mampu menghentikan suara berisik, berganti dengan pintu yang mulai terbuka hingga tampaklah seorang wanita yang membawa secangkir kopi kesukaan sang pria.Setelah menutup pintu kembali, wanita itu masih bergeming di tempat dengan pandangan tertuju pada sang suami yang terlihat serius dalam membaca dokumen. Menghembuskan napas sejenak sebelum ia kembali mengayunkan kaki. Dengan langkah pelan, ia tidak ingin membuat suaminya hilang konsentrasi.Setelah memastikan bahwa cangkir kopi itu telah berada di atas meja dengan aman. Si wanita melirik sebentar ke arah si pria yang sepertinya tidak menyadari kedatangannya. Ia mengulas senyum tipis sebelum akhirnya ia berbalik hendak meninggalkan sang suami.Namun, belum sempurna tubuhnya berbalik. Sebuah tangan besar merangkul pinggangnya hingga ia terjatuh ke pangkuan sang pria. Dengan raut yang masih menampakkan keterkejutan, ia menggerakkan netranya ke arah sang suami yang kini menyeringai menatapnya."Luke, apa yang kau lakukan?" tanyanya setelah meredakan debaran pada jantung. Wanita itu masih belum berhenti dalam mengusap dada."Memelukmu," jawab Luke enteng, seakan tidak merasa bersalah terhadap apa yang ia lakukan barusan.Mendengar nada yang begitu ringan, sang wanita mengerucutkan bibir. "Bagaimana jika aku jantungan tadi? Kau membuatku begitu terkejut."Tanpa signal ataupun aba-aba, sang wanita kembali dibuat terkejut ketika pria yang memeluknya itu mengecup bibirnya begitu dalam."Luke! Sudah kubilang jangan suka membuatku terkejut," sungut si wanita seraya memukul dada suaminya pelan. Sang pria malah tertawa melihat wajah kesal sang istri."Itu hukuman karena kau datang ke ruanganku secara mengendap-endap. Memangnya kau mau dituduh sebagai pencuri, hm?" Luke mengangkat satu alisnya ketika melihat wajah sang istri dipenuhi kerutan kebingungan."Aku hanya tidak ingin mengganggumu disaat kau sedang serius bekerja, Luke. Makanya aku tidak bersuara saat masuk tadi," jawab si wanita seraya meletakkan nampan ke atas meja di samping laptop.Tidak suka melihat sang istri mengalihkan pandangan dari tatapannya, Luke langsung menggapai wajah istrinya agar kembali menatapnya. "Asha, aku paling tidak suka saat kau berpaling dariku. Lagi pula, siapa yang mengatakan bahwa kau menggangguku. Malah sebaliknya, saat-saat seperti ini aku butuh energi agar pikiranku bisa lebih jernih."Asha kembali mengerutkan alisnya tanda tidak mengerti akan perkataan suaminya. "Energi? Bukankah tadi kita baru saja selesai sarapan?"
Mendengar respon yang begitu polos, Luke malah berdecak kesal. Asha semakin memperdalam kerutan seraya netranya terus bergerak menatap wajah gusar sang suami."Bukan energi itu yang ku maksud. Tapi ...." Selang keheningan sejenak, Luke mulai menurunkan pandangan ke arah bibir merah sang istri dengan tatapan berhasrat.Menyadari ke mana arah tatapan itu. Asha seketika langsung mengurai kerutan karena mulai mengerti maksud dari perkataan suaminya. Sebelum bibir mereka saling menyatu. Asha telah lebih dulu menyela."Hm, Luke. Aku baru ingat jika tadi Mama memintaku untuk memijitinya. Jangan lupa minum kopinya yah, aku akan menemui Mama dulu," seru Asha yang berusaha menjejaki lantai.Hampir saja kakinya menggapai lantai saat sang suami telah lebih dulu mengangkat tubuhnya ke atas meja. Dengan mata telah membulat sempurna, Asha berusaha menggerakkan bibir. "Luke, aku tidak bercanda. Mama sekarang pasti sedang menungguku. Biarkan aku turun, yah."Bukannya menurukan dirinya ke lantai, sang suami malah merapatkan pandangan. Hingga membuat Asha menahan napas seraya memundurkan wajah."Mimijat mertua bukanlah kewajiban. Tapi yang harus lebih diutamakan adalah melayani suaminya. Jadi, sebagai istri yang baik tidak boleh menghindar, hm." Luke memiringkan sudut bibirnya dan terus memperhatikan wajah istrinya yang merengut."Bukankah tadi malam kita sudah melakukannya. Apa malam ini kau masih menginginkannya?" Pertanyaannya langsung dibalas anggukan cepat dengan mata telah berbinar, membuat Asha semakin mengerucutkan bibir. "Dasar mesum," umpat Asha yang hanya direspon kekehan kecil."Aku tidak pernah bosan melakukannya selama itu denganmu." Melihat wajah sang istri yang mulai mengurai kerutan. Luke kembali mendekatkan wajah mereka hingga kehangatan seketika menyapa.Belum puas sampai di situ, Luke langsung mengangkat tubuh istrinya tanpa melepaskan tautan bibir mereka menuju ke kamar. Setelah berjalan beberapa langkah. Dengan semakin liar, si pria menutup pintu kamarnya menggunakan satu kaki. Hingga hanya menyisakan suara dentuman dari pintu yang dibanting sedikit kuat."Kita mau ke mana?" tanya Asha seraya menghentikan tarikan tangan sang suami. Luke menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah sang istri yang masih menampakkan rasa takut. "Ke atas. Jika hanya di sini, kita tidak bisa melihat hal yang lebih menakjubkan lagi," terang Luke dengan senyum lebar. Bukannya berbinar atau antusias atas keterangan suaminya, Asha malah semakin mengerutkan dahi sembari menggigit bibir saat matanya menjelajahi eskalator yang bergerak ke atas membawa beberapa orang yang menaikinya. "Ayo." Luke kembali menarik tangan Asha. Namun kembali berhenti ketika wanita itu menolak ajakannya. Saat Luke menoleh lagi, ia langsung disambut gelengan kepala oleh istrinya. Membuat lelaki itu mengembuskan napas samar. "Bagaimana jika kita menunggu orang-orang itu untuk turun dulu. Baru kita ke atas," usul Asha. Mengetahui jika sang istri masih ditakuti oleh perasaannya akan robohnya bang
"Luke, ke mana kau mau membawaku? Biarkan aku tetap membuka mata dan melihat keindahan di negara ini," protes Asha yang entah sudah ke berapa kali. Ia kecewa karena sejak turun dari mobil sampai sekarang ia masih tidak bisa menikmati pemandangan di sekitarnya."Kenapa kau begitu cerewet Asha? Tidak bisakah kau membiarkan aku melancarkan kejutan?" Luke menahan tangan istrinya yang hendak membuka penutup mata.Di tengah mata tertutup itu, Asha mengerutkan kening. "Kejutan apa? Bukankah kau berjanji tidak akan merencanakan kejutan lagi?"Luke mendesah mendengar sang istri yang belum juga berhenti bicara. Dengan embusan napa kecil, ia mencoba sabar. "Kali ini beda. Kau bersamaku, jadi otomatis keselamatanmu terjamin.""Sudah jangan bicara lagi. Kau akan tau setelah kita sampai di sana," lanjut Luke yang kembali menuntun tubuh sang istri untuk kembali berjalan.
Luke membuka pintu kamar, tepat pada saat itu ia melihat Asha tengah merapikan kasur yang sepertinya tidak menyadari kedatangan dirinya.Dengan senyum yang telah terpasang, Luke menutup pintu dengan pelan tanpa memberi suara. Dengan langkah pelan juga ia menghampiri sang istri dan langsung memeluknya dari belakang.Asha yang tengah pokus dengan pekerjaannya, otomatis terkejut ketika sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Ia baru bisa bernapas lega setelah melihat siapa pelakunya."Luke, kenapa kau begitu suka mengejutkanku? Kau bahkan masuk tanpa bersuara," sungut Asha yang kembali melanjutkan kegiatannya tanpa mempedulikan sang suami yang semakin mengeratkan pelukan."Aku tidak mengejutkanmu. Kau sendiri yang terlalu pokus dengan pekerjaanmu sampai kau tidak menyadari kepulanganku," timpal Luke dengan nada tidak terima.Mendengar pernyataan dari sa
"Asal kau tau, butuh usaha keras untuk tidak memelukmu saat itu, Asha. Bagaimana bisa kau mengatakan jika aku tidak merindukanmu lagi?" ujar Luke setelah melepaskan tautan bibir mereka. "Lalu kenapa kau mengacuhkanku?" Pertanyaan itu membuat Luke merubah ekspresi, otaknya mengingat saat ia berada di pesawat ketika hendak pulang dari hanymoon. Entah ide dari mana ia ingin membuat kejutan yang benar-benar tidak terduga kepada sang istri. "Untuk memberimu kejutan di hari ulang tahunmu," sahut Luke setelah beberapa saat. "Ulang tahunku?" ulang Asha sebelum menggerakkan bola matanya ke sudut, setelah beberapa saat mengingat, ia tersenyum dan kembali menatap sang suami. "Aku bahkan tidak ingat jika hari ini adalah ulang tahunku. Sikapmu yang tiba-tiba berubah membuat pikiranku teralih, Luke." Asha memajukan bibir tanda protes.  
"Asha, kau tidak apa-apa?" Luke membantu istrinya duduk dengan hati-hati.Suara ringisan berhasil membuat kekhawatiran Luke semakin memuncak. "Ada apa? Apa yang sakit?"Bukannya menjawab, Asha malah menatap sang suami begitu dalam, bola matanya bergerak menjelajah setiap inci tubuh suaminya."Kau tidak terluka?" tanyanya seraya menyentuh wajah suaminya dengan penuh keharuan. Air matanya kembali merembes keluar, ia lega karena masih bisa melihat sang suami.Luke memegangi tangan yang terasa dingin di wajahnya lalu kemudian mengecup telapak tangan itu. Setelah itu ia langsung memeluk erat tubuh istrinya."Maafkan aku Asha. Maafkan aku, jika aku tidak merencanakan kejutan konyol itu. Mungkin sekarang kau tidak terluka seperti ini. Aku benar-benar payah karena telah membawamu ke lubang bahaya," ungkap Luke seraya membaui aroma sang istri. Ia semakin meme
"Kenapa kita berhenti di sini? Bukankah kita harus pergi ke hotel Admaja?" ujar Asha di tengah sesenggukan akibat terlalu khawatir akan kabar yang begitu mengejutkan.Asha celingak-celinguk menatap ke sekeliling dengan kerutan tebal di dahi. Karena mobil itu kini berhenti di pinggir jalan yang di kelilingi oleh hutan belantara.Tiba-tiba ia mengalihkan pandangan ke depan, tepat ke kaca spion tengah saat ia mendengar suara tawa menggema dari sang supir."Apakah kau sangat berharap jika suamimu celaka?"Mencium bau mencurigakan, barulah Asha mulai berpikir di otaknya. "Siapa sebenarnya kau? Di mana Luke?" teriak Asha yang tidak sabaran."Tenanglah Nyonya. Siapa yang bisa mencelakai suamimu itu, hah? Seharusnya sekarang kau pikirkan keselamatanmu sendiri." Setelah menyelesaikan kalimatnya, pria bertopi hitam itu turun dari mobil dan membuka pintu belaka
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments