All Chapters of DILAMAR ANAKNYA DINIKAHI AYAHNYA: Chapter 21 - Chapter 30
101 Chapters
21. Benar-benar Malam Pertama
Angkasa merasa hatinya mengembang karena bahagia, pikirannya melayang atas kekagumannya, dan fakta yang tidak dapat diganggu gugat, bahwa semua perasaan luar biasa sore ini disebabkan oleh seorang Rumi.Sebuah kesempurnaan rasa yang diberikan Tuhan lewat kecerobohan seorang Bari. Yah, Angkasa amat bersyukur atas perbuatan anaknya yang terlalu nekat untuk menghancurkan rumah tangganya.Pria dewasa itu tak hentinya bersyukur karena Tuhan menjaga Rumi untuknya dan menuntun dirinya berada di tempat yang hampir sama dengan Rumi. Angkasa merasa yakin dalam hatinya, bahwa Rumi memang Tuhan takdirkan untuknya.Sebuah kepuasan yang belum lama mereka lalui bersama, membuat Rumi kelelahan dan tertidur, namun Angkasa masih terus memandangi wajah istrinya dengan senang hati dan sesekali tersenyum. Angkasa mengusap rambutnya yang panjang dan sedikit berombak, menikmati napasnya yang hangat dan lembut, walau sedikit tercium aroma ikan te
Read more
22. Percakapan Telepon
Tiara menyentuh pipinya yang terasa panas. Tidak ada air mata kesedihan yang ada hanyalah sebuah kekesalan dan amarah yang menumpuk menjadi satu. Bari berjalan ke arah pintu, membuka pintu itu dengan lebar."Keluar! Gue bilang keluar!" bentaknya dengan amarah yang sama besarnya. Tiara berjalan menuju pintu, lalu berhenti tepat di depan lelaki itu; mantan calon adik iparnya."Harusnya otak kamu dipakai dengan benar. Semua ini terjadi karena kamu, bukan karena saya. Saya juga tidak mau hamil anak dari lelaki baji*gan seperti kamu, tapi saya juga gak mungkin menggugurkannya. Heh, syukurlah, Rumi selamat. Kamu memang tidak pantas mendapatkan cinta dari perempuan manapun!" Tiara berlalu keluar dari kamar Baru, lalu berjalan menuju lift.Brak!Bari membanting pintu dengan kasar."Sial! Sial! Kenapa harus dia yang hamil anakku Tuhan? Kenapa bukan Rumi?!"Bugh!Bugh!
Read more
23. Malam Ternoda Tiara
Tiara sudah berada di dalam bus menuju Bali. Titisan air hujan yang membasahi jendela membuatnya tidak bisa menatap dengan jelas pemandangan di luar sana. Air turun dengan sangat deras dan pendingin bus yang ditumpanginya membuat seluruh tubuhnya menggigil.  Tiara mengaitkan kembali risleting jaketnya, berusaha mengusir dingin yang menusuk tulangnya. Telapak tangannya ia letakkan di atas perut yang di dalamnya sudah ada janin yang berusia tiga bulan.  Bayi yang ada karena kesalahannya dan juga seorang lelaki yang bernama Bari. Tidak seharusnya ia terpedaya dan tunduk pada lelaki yang sudah menjadi pacar adiknya itu. Perasaan yang semakin ia usir, maka semakin kuat.  Malam itu, selepas salat magrib, Rumi mengetuk pintu kamarnya. Adiknya sudah berpakaian rapi seperti malam Minggu biasanya. Tentu saja akan berkencan dengan Bari.  "Ada apa?" tanya Tia
Read more
24. Haruskah Berpisah
Hujan di luar semakin deras. Diselingi kilat dan guntur yang menggelegar. Lampu rumah padam dan Rumi merasa sangat was-was karena suaminya belum juga pulang. Ini sudah pukul sebelas malam dan suaminya tidak pernah pulang selarut ini tanpa memberi tahu.  Lampu emergency besar hanya terpasang di tengah rumah, sedangkan untuk penerangan kamar, Rumi menggunakan lampu emergency kecil yang kini mulai redup. Mati lampu sudah sejak jam delapan tadi, sehingga sudah tiga jam lampu itu dipakai. Tentulah kelamaan dia akan redup. Untunglah bibik memberikan dua buah lilin berikut korek api, untuk berjaga-jaga saja jika lampu tak kunjung nyala. Rumi menghubungi suaminya, tetapi nomor itu tidak aktif. Ia semakin cemas dan khawatir. Rumi mengirimkan pesan pada mertuanya, menanyakan apakah ada Angkasa meneleponnya atau mungkin sedang berkunjung ke sana, tetapi mertuanya menjawab tidak ada.  Angkasa masi
Read more
25. Pesan Rumi
     Dokter perusahaan tengah memeriksa keadaan Rumi yang masih berbaring lemas di sofa. Walau Angkasa masih dalam keadaan sangat marah pada istrinya, tetapi raut kekhawatirannya tidak bisa ditutupi. Tak sedetik pun pandangan itu beralih ke tempat lain, sebelum dokter selesai memeriksa istrinya.    “Tekanan darahnya sangat rendah. Apa istri Pak Angkasa begadang beberapa hari ini? Atau melakukan pekerjaan berat?” tanya Dokter Husni.     “Yah, sepertinya begadang, Dok,” jawab Angkasa menerka-nerka.     “Saya berikan vitamin penambah darah ya dan usahakan jangan begadang lagi. Istri Pak Angkasa seperti orang tertekan. Lihatlah raut wajahnya. Semoga tidak ada masalah yang cukup serius ya, Pak,” kata Dokter Husni pada Angkasa. Lelaki setengah baya itu memberikan secarik kertas berisikan resep pada Angkasa, k
Read more
26. Mencari Rumi
Angkasa mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju kantor Bari. Lelaki itu pasti tahu kemana Rumi pergi atau bisa saja Rumi tengah kabur bersama anak lelakinya itu. Jika benar apa yang ada di prasangkaannya, maka dia benar-benar tidak akan memaafkan Rumi dan juga Bari.Sebuah kantor arsitek berlantai enam adalah kantor Bari. Tepatnya di lantai tiga ruangan anaknya. Angkasa berjalan dengan tergesa setelah memarkirkan mobilnya di area parkir, lalu naik lift langsung ke lantai ruangan Bari. "Mbak, apa Pak Bari ada?" tanya Angkasa pada sekretaris yang berjaga di depan ruangan anaknya. "Pak Bari sedang rapat dari pagi di dalam ruangannya, Pak," jawab wanita itu membuat Angkasa menghela napas lega. Berarti Rumi sedang tidak bersama Bari. Lalu ke mana Rumi? "Baik kalau begitu, terima kasih. Ah, iya ... Apa Bari ada agenda keluar kota dalam beberapa hari ini? Atau ada wanita yang datang kemari?" "Tidak ada, Pak. Jadwal Pak
Read more
27. Kemarahan Bari
Dilamar 27     “Kenapa sarapannya belum diambil ya? Ini sudah jam sebelas siang,” gumam petugas resepsionis pada temannya.     “Ada apa, Mbak Ela?”    ‘”Itu, lihat! Tamu kamar 20 sarapannya belum diambil juga, padahal udah dua kali saya ketuk pintunya. Masa tidur lama sekali.”    “Bukan tidur kali, bisa aja pingsan.” Wanita yang bernama Ela tiba-tiba saja melotot dan seketika ingat pesan temannya yang subuh tadi mengatakan bahwa tamu di kamar 20 sedang sakit.    “Ya ampun, saya baru ingat! Pak, Pak Yudi! Bantu saya sini!” teriak wanita yang bernama Ela pada satpam penginapan yang sedang berjaga di depan pintu masuk. Lelaki tinggi tega
Read more
28. Kehamilan Rumi
Sore ini, Rumi sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Ia kembali ke penginapan karena memang tidak tahu mau kemana lagi. Untunglah biaya menginap tidak terlalu mahal dan biaya yang ia habiskan saat dirawat di klinik juga tidak besar, sehingga Rumi merasa uang tabungannya cukup untuk satu bulan sambil mencari pekerjaan. Rumi membuka pintu kamarnya, membiarkan udara sore sehabis hujan rintik-rintik yang cukup lama, membawa aroma sedap ke dalam rongga hidungnya. Penginapannya ini memang banyak tanaman dan ada juga beberapa pohon besar, sehingga walau berada di pusat kota, tetapi udara sekitar masih terasa sejuk."Sore, Mbak," sapa Ela saat berkunjung ke kamar Rumi. "Eh, Mbak Ela, mari masuk," jawab Rumi mempersilakan. "Kata Mas Yudi, Mbak cari saya?" "Iya, Mbak Ela, saya mau tanya soal kos-kosan di sini yang murah, tetapi gak kumuh. Saya tidak bisa selamanya tinggal di penginapan, apalagi dalam keadaan tidak bekerja," kat
Read more
29. Dibalik Kebaikan Ela
Dua hari berlalu dan kondisi kesehatan Rumi semakin baik. Kakinya yang keseleo juga sudah membaik walau untuk berjalan masih sedikit pincang. Kini Rumi tengah berada di dalam taksi online bersama Ela yang akan menunjukkanya rumah kos. Wanita itu sangat baik karena mau membantu Rumi yang tengah dalam keadaan sulit. "Nah, ini dia." Ela tersenyum pada Rumi sambil menunjuk gerbang tinggi berwarna biru yang ada di samping kiri mereka. Rumi tersenyum sambil mengangguk, lalu mengeluarkan uang dari dompetnya. "Biar saya saja, Mbak," kata Ela sambil mendorong tangan Rumi yang akan membayar ongkos taksi."Gak papa, saya saja," balas Rumi sungkan."Simpan saja uangnya untuk bekal Mbak dan dedek bayinya selama belum mendapat pekerjaan di sini," kata Ela lagi dengan senyuman hangatnya. Tangan Rumi bergerak pelan dengan kaku. Ia sebenarnya tidak masalah jika harus membayar ongkos taksi yang hanya tiga puluh lima ribu rupiah, tetapi ucapan Ela juga ada benar
Read more
30. Menyusul Rumi
Angkasa tersentak dari tidurnya. Tubuhnya yang masih lemas membuat Angkasa masih memilih istirahat di rumah hari ini. Tidur siang yang belum pernah ia lakukan, sekarang menjadi hobinya setelah lebih sepekan berdiam diri di rumah. Pria dewasa itu bernapas dengan terengah-engah setelah bermimpi Rumi yang tengah berteriak minta tolong. Angkasa bergerak duduk, lalu menyambar gelas air mineral yang ada di meja samping tempat tidur. Ia meneguknya hingga tandas. "Rumi," gumamnya sambil mengusap kasar wajahnya yang berkeringat. Kepalanya masih sedikit pusing saat ia merasakan getar yang berasal dari sisi kanan tempat ia berbaring.Drt! Drt!"Halo, Josep, bagaimana?""Pak Angkasa, saya mendapat informasi dari salah satu teman di terminal, bahwa istri Bapak kurang lebih sepekan yang lalu pergi naik bus tujuan Malang.""Apa? Malang? Ya Tuhan, kamu bisa bantu saya melacaknya sampai ke sana? Tolong cek semua hotel, bukan ... Penginapan, karen
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status