All Chapters of KALI KEDUA: Chapter 61 - Chapter 70
141 Chapters
Mencoba Ikhlas
Tak ada suara selain suara helaan napas berat diantara keduanya. Sebagai ibu dan anak mereka saling jatuh bersama dan bangkit juga bersama. “Kita yang memilih seperti ini, Bi.” Meski sulit dipahami bahwa Bian lah yang membuat lubang itu sendiri dan tentunya andil dari Rentina yang juga ikut menyembunyikan kebenaran. Jika ditanya apakah Rentina menginginkan Indira sebagai menantunya? Maka jawabannya, tidak sepenuhnya. Pertama ia ingin menyelamatkan nama baik Indira. Lalu, yang kedua karena ia ingin membuktikan pada Rina bahwa Bian juga bisa bahagia dengan keputusannya dan terlebih ia ingin Bian terlihat sudah melupakan Byanca. Ia hanya ingin menyelamatkan nama baik anaknya. Tak ingin terjadi sesuatu hal di masa depan dan mereka menyalahkan Bian lagi. Itu tidak adil.“Bian memilih meninggalkan Byanca, Bun, bukan untuk menggantikannya dengan wanita lain.”Bian memegangi dadanya. “Sampai kapanpun hanya By
Read more
Anak adalah obat yang sesungguhnya
“Udah ikhlasin aja!” Seseorang yang tak pernah masuk ke dalam kubangan kecewa yang sama denganmu akan mudah mengatakan demikian. Nyatanya untuk menopang satu kaki saja memerlukan tenaga ekstra. Meski gemetar bahkan hampir tumbang, hidup tetap berjalan. Tidak ada yang benar-benar bisa membantumu selain kayu yang dijadikan sandaran atau kursi roda sebagai topangan. Itu benda mati yang tak memiliki perasaan. Mungkin sesekali kita juga bisa menjadi manusia tak memiliki perasaan.Titik tertinggi rasa kecewa adalah ketika yang seharusnya menjadi kebahagiaan atau kesedihan akan terasa biasa saja bahkan hampir lupa mana yang seharusnya membuat tertawa atau menangis.  Jangan berharap pada manusia bila tak ingin mendapatkan kecewa. Itu benar tetapi kita adalah makhluk sosial, dimana setiap harinya membutuhkan orang lain baik secara sengaja maupun tidak untuk melangsungkan kehidupan. Pernah berpikir bahwa hari ini kita tidak akan menyulitkan orang lain? Tet
Read more
Semua Manusia Memiliki Dosa
Hari ini Rentina memaksa Bian untuk menemani Indira memilih gaun pengantin. Ia telah mengatur jadwal dengan desainer terkenal di negeri ini. Kebetulan desainer tersebut adalah teman Rentina. Ia adalah seorang musisi, jadi untuk mendapatkan teman di lingkungan yang sama adalah hal yang mudah. Desainer ini adalah desainer yang sama juga membuatkan gaun pengantin untuk Byanca dulu.Tak ada yang benar mengerti apa yang dipikirkan Bian. Ia tak menolak perintah Bunda tetapi ia juga tak memperlakukan Indira jauh lebih baik. Ia lebih mirip seperti kerbau yang dicucuk hidungnya. Indira tak merasa masalah pula, justru dengan kerelaan Bian menemaninya sudah merupakan kemajuan dalam hubungan mereka.Terkadang Indira mengidamkan sebuah acara lamaran layaknya sepasang kekasih yang ingin menikah. Mungkin lamaran tersebut akan dibalut dengan keterkejutan. Di tepi pantai, dikelilingi lilin kecil di sepanjang lantai, bertabur mawar dan sebuah cincin yang mengkilau. Ia hanya wanita biasa
Read more
Mari Akhiri Semuanya!
Ketika sampai di dalam mobil, Bian membukakan tutup botol air mineral untuk Indira yang kemudian ia serahkan.“Terima kasih.”Indira tak langsung meminumnya karena ia masih mengatur napasnya. Negara ini memang sangat membenci yang namanya perselingkuhan. Tak jarang wanita lah yang sering disalahkan, meski terkadang dalam kenyataan wanita hanya dijadikan kambing hitam. Namun, tak ada yang peduli. Sekali perselingkuhan maka mereka akan tetap dianggap pengkhianat.Ia hanya wanita biasa yang tak pernah menginginkan berada di posisi seperti ini bahkan ia sendiri tidak tahu tindakan apa yang harus dilakukan. Semuanya seperti aliran air dari pegunungan. Tak bisa dihentikan di tengah jalan kecuali batu besar yang menyumbat.“Sebaiknya kamu membuat klarifikasi saja!” ucap Bian. Meski ia tak melihat ke depan tetapi ia tahu bahwa Indira terperangah mendengar kalimatnya.Tatapan Indira memindai Bian. Membuat klarifikasi seperti apa yang
Read more
Menutupi Kesalahan
Menjalani sebuah takdir yang tidak disukai mengajarkan bahwa banyak peluang untuk bersikap ikhlas. Setiap manusia memiliki hak untuk menjalankan kehidupan dengan metode masing-masing, tetapi juga setiap kita acap kali bingung harus memulai dari mana. Hari kian berganti. Waktu yang telah ditentukan kian mendekat. Kini, semua orang yang berada di rumah Rentina disibukkan dengan menyambut hari pernikahan Bian dan Indira. Meski pesta ini digelar tak semeriah pernikahan Bian pertama, tetapi tetap saja akan menjadi pusat perhatian banyak orang. Terutama Indira, ia selalu gugup ketika melihat gaun pengantin sudah diletakkan di kamarnya.  Lama ia memandangi gaun itu, cantik dan anggun. Namun, juga memancarkan aura terang. Seperti karakternya terlihat tenang tetapi sebenarnya menggebu-gebu. Tak pernah satu hari pun Indira lewatkan tanpa berbagi pesan dengan Bian, seperti saat ini ia sedang mengetikkan pesan. [Happy lunch, Bi] 
Read more
Masih tentang Bema dan Permasalahannya
“Bema minta maaf, Bun. Bema tahu ini salah tetapi hanya dengan begitu Bema merasa lega.” Bema menundukkan kepalanya. Jujur untuk terlihat baik-baik saja di hadapan keluarga, terlebih sudah terlanjur basah seperti ini sangatlah susah.Perasaan tak ingin merepotkan orang lain atas masalahnya sendiri seakan menjadi benteng untuk ia bersuara. Siapa yang tak mau mengeluh atas permasalahan yang terus mengikat? Siapa yang mau terus-terusan dilanda frustrasi, kebingungan serta tak berdaya dalam menghadapi masalah? Sejujurnya tidak ada.Lumrahnya setiap manusia ingin didengar meski tak harus dituntun jalan keluar. Mereka hanya butuh teman. Terkadang hanya mendengar atau merasakan seseorang berada dekat kita saja sudah cukup untuk mengelabui rasa sakit.“Bema bukankah kita keluarga?” Suara itu bukan Rentina, melainkan Bian. Dari suaranya ia terlihat lebih tenang. Tidak ada nada marah melainkan kekhawatiran seorang saudara untuk melindungi adiknya.
Read more
Kekelaman Bema
Mereka bertiga terdiam. Saling menatap meski bibir tak berucap. Bian melihat mata Bema penuh dengan luka, tetapi ia tak tahu sejenis luka apa yang membekas di sana. Rentina berjalan mendekati Bema. Namun, Bema memberikan isyarat agar tidak mendekatinya. Itu akan membuatnya cengeng bila didekap oleh Bunda.“Sejujurnya sejak kecil, akulah yang paling tidak beruntung diantara kita.” Bian seperti menelan kepahitan dari ucapan Bema tersebut. Ia belum jelas tidak beruntung akan hal seperti apa yang dimaksud oleh Bema. “Ketika Bunda dan Ayah bercerai, kamu memilih bersama Ayah sementara Brian bersama Bunda. Aku? Hidup penuh dengan terombang-ambing. Setiap tiga hari sekali, aku akan pindah dari rumah ini lalu ke rumah ayah.”Bema teringat ketika ia pulang sekolah dan ia hendak masuk rumah tetapi ia samar-samar mendengar bahwa Bunda membelikan mainan secara khusus untuk Brian. Hari itu adalah jadwalnya
Read more
Si Bayi Kecil
Bema sangat menjunjung perasaan cinta. Baginya, jatuh cinta tak perlu berulang kali jika hanya dengan satu orang saja bisa membuat bahagia. Bema telah banyak melalui permasalahan bersama pacarnya. Ia juga berhasil mempertahankan hubungan mereka selama 5 tahun.“Aku mabuk-mabukan bukan karena aku ingin terlihat jago. Bukan. Aku hanya merasa alkohol yang siap menerima ceritaku. Jika bukan aku mabuk-mabukan kalian juga tidak akan memerhatikan ku, bukan?” Bema tertawa. Lebih tepatnya mentertawakan nasibnya yang begitu buruk. Memiliki keluarga tapi tak pernah merasa disayang. Ia berniat meninggalkan mereka dan segera naik ke lantai atas. Baru beberapa tangga, ia menemukan Brian berdiri di sana. Wajah Brian yang biasanya penuh dengan keusilan kini menampilkan kedamaian dan kasih sayang. “Mas,” lirih Brian ketika Bema hendak melewatinya. Bema menoleh. Sebuah dekapan ia dapatkan dari Brian. Brian memeluknya begitu erat. S
Read more
Hari Bucin Sedunia
Tidak ada momen yang paling mendebarkan selain saat ini bagi Bema. Ia sudah lelah mengatur ritme napasnya. Tangannya pun ikut serta berkeringat. Ini lebih mendebarkan daripada pengumuman kelulusan.Film yang dijadwalkan akan tayang lima menit lagi. Bema berdiri di depan studio dengan perasaan bingung. Akankah ia menunggu Angel di dalam saja atau di luar? Angel tak membalas pesannya, juga tak mengangkat panggilannya.‘Awas saja jika Brian berbohong!’ lirihnya.Bema mengingat bahwa Angel tidak suka terlambat, ia meyakinkan hatinya bahwa Angel sudah berada di dalam. Oleh sebab itulah, ia segera bergegas masuk ke dalam bioskop dan memilih bangku sesuai angka pesanan.Bioskop ini cukup ramai, mengingat ini adalah malam minggu. Banyak pasangan muda-mudi yang bergandengan. Jantung Bema tak bisa dideskripsikan seperti apa detaknya. Bema melihat deretan bangkunya kosong. Di sebelahnya juga kosong. Artinya, Angel belum datang. Perasaan rumit menghampiri
Read more
Kecerdikan Brian
Setelah mengantarkan Angel pulang, Bema juga pulang ke rumah bunda. Tadi, ia sudah sempat bertanya mengenai kelanjutan hubungan mereka dan Angel mengatakan bahwa orang tuanya memberi Bema kesempatan. Hati Bema tak bisa terbilang seberapa bahagianya. Jika bisa terbang, maka ia akan terbang malam ini juga. Ia akan berjanji tidak akan pernah menyiakan kesempatan yang diberikan oleh Angel dan orang tuanya.Bian, Brian dan Bunda sedang berada di ruang keluarga. Ketiganya fokus menonton televisi hingga deru mesin mobil di perkarangan pun tak mereka hiraukan. Sebenarnya mereka tidak terlalu mengikuti alur film tersebut, yang ada semua sibuk dengan pemikiran masing-masing.“Assalamu’alaikum.”Mereka menjawab dengan serentak, “Wa’alaikumussalam.”Bunda langsung menghampiri dengan wajah berbinar, “Bagaimana kencannya? Apakah berhasil?”Bema tercenung. Ini seperti mimpinya, mendapatkan perhatian dari Bunda. Hamp
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status