All Chapters of KALI KEDUA: Chapter 41 - Chapter 50
141 Chapters
Ombak Rindu
Benar seperti yang dikatakan bahwa semakin malam, pengunjung pantai Gwangalli semakin ramai. Mentari sudah terbenam dan suara manusia terdengar begitu lantang. Ombak pantai menggelitik kaki telanjang. Hembusan angin menghadirkan rasa ketenangan seketika permasalahan yang bersemayam ikut terbang. Byanca dan Ken masih memiliki energi untuk berlari-lari di sekitaran pantai, sementara Rina dan Dewo duduk berselonjor pada kursi yang tersedia.“Semoga mereka akan selalu bahagia seperti itu di masa depan,” ucap Dewo dengan mata tak pernah lepas menyaksikan canda tawa Ken dan Byanca.“Aamiin. Aku juga berharap demikian.” Rina tak mungkin  mengabaikan perkataan Dewo, apalagi berhubungan dengan putrinya.“Aku menyesal karena dengan mudah menerima Bian di kehidupan Byanca.”Rina juga berdehem. Keduanya turut andil dalam pernikahan Bian dan Byanca. Rina yang tahu bahwa Bian memiliki rasa pada putrinya, tentu senang dan ia sela
Read more
Kasus Viral
Wanita ini mengungkap alasan perceraian antara Bian dan Byanca!Terhembus kabar terbaru tentang Byanca Tanjung, mantan istri Abian.Lama tak terdengar kabarnya, sahabat ungkap isi hati Byanca.Baru-baru seorang pemuda yang tinggal di Busan mengunggah foto yang diduga Byanca beserta anaknya. Terlihat bahwa ia sudah melanjutkan hidup dengan baik. Akankah ia sudah melupakan sosok Abian?Pagi ini berita tentang Bian dan Byanca kembali menjadi buah bibir. Pencarian nama mereka berada di posisi teratas. Seolah sudah lama tidak mendapatkan perhatian dari masyarakat, kini beritanya menjadi konsumsi di seluruh negeri.Clara menangkup wajahnya, gusar. Sejak bangun tidur ponselnya tak berhenti bordering. Ia tahu telah menyalakan api dan ini adalah konsekuensinya. Ia ceroboh. Ia telah membuka aib Byanca. Clara sungguh merasa bersalah. Jika bisa ia ingin menenggelamkan diri.Tok..tok..Suara ketukan pintu diiringi sapaan dari luar mengembalikan ke
Read more
Kerjasama antara Rina dan Dewo
Pergerakan di atas tempat tidur cukup menganggu Byanca. Matanya masih berat untuk terbuka. Tadi malam, ia bergadang untuk mengecek laporan perusahaan. Banyak data yang butuh peninjauan lebih. Ia mengetahui bahwa ia masih baru di perusahaan ritel Mami, tetapi kemampuannya dalam berbisnis tidak perlu diragukan lagi khususnya peningkatan dalam penjualan. Oleh sebab itu, Byanca lebih memokuskan diri dalam marketing.Ken melihat Mami tak terganggu sama sekali. Ia semakin melompat tinggi. Ini sudah pagi bahkan ia sudah rapi menggunakan pakaian sekolah. Ken menduga bahwa ibunya lelah setelah pergi ke pantai semalam. Ia menyerah dan terduduk memperhatikan wajah pulas ibunya. Dagunya ditopang dengan kedua tangan. Ia menghitung waktu hingga ke berapa ibunya akan terjaga.Merasa seperti diawasi, kelopak mata Byanca terbuka secara perlahan. Senyum manis Ken menyambutnya. Byanca terkejut dan langsung duduk. “Kenny, kamu sudah rapi?” Byanca merasa malu, di saat ia baru b
Read more
Akankah Bersama Kembali?
Ada pribahasa yang mengatakan bahwa sekeras-kerasnya batu ajan retak juga.. artinya sekerasa apapun pendirian seseorang jika terus-menerus dipengaruhi dapat berubah juga. Itulah yang kini mulai dirasakan Rina. Awalnya, ia sangat menolak kehadiran Dewo walau hanya berkunjung. Namun, seiring berjalan waktu Rina menganggap bahwa kehadiran Dewo bisa diuntungkan, buktinya seperti saat ini untuk menangani kasus Byanca.Untuk masalah ke depan akan bagaimana. Ia memasrahkan seutuhnya pada Sang Maha Pencipta yang mengatur takdir manusia. Rina takut kufur bila menolak secara gamblang.[Apakah kamu masih di sekolah Ken?]Ponsel Rina menampilkan sebuah pesan dari Dewo. Lama ia mempertimbangkan akan balasan jujur atau tidak. Dia memang masih di sekolah Ken dan berencana akan menungguinya di taman terdekat.[Iya.]Ia memilih jujur.[Baiklah aku akan ke sana. Tunggu!]Rina hanya melihat pesan tersebut tanpa harus menjawabnya. Dengan begitu artinya i
Read more
Menemukan Ken
Park segera berlari ke dalam. Suara baku hantam terdengar. Ia menyiapkan pistol di tangannya. Tanpa suara, ia berjalan menaiki tangga. “Ahhh…” Suara teriakan Jung menggema kemudian disusul oleh suara orang berlari. Park segera menghampiri Jung dan ia bisa menebak bahwa penculik itu telah pergi. “Sial,” umpatnya ketika melihat Jung tertimbun tumpukan kursi yang terbuat dari kayu.“Park.” Jung mengeluarkan tangannya. Ia berharap Park segera membantunya. Ia telah ditipu oleh penculik tersebut. Awalnya dia mengira bahwa penculik itu telah kabur. Ternyata ia bersmebunyi. Ketika Jung hendak menyelamatkan Ken, ia dihantam dari belakang. Sebuah balok kayu mendarat di kepalanya kemudian secara membabi buta ia ditendang dan dihajar. Ia tak mau kalah, kemudian mencoba bangkit dan melawan. Namun, tenaganya tak seimbang. Lalu ia dilempar oleh kursi-kursi hingga tertimbun di dalamnya. Untung saja ia telah men
Read more
Menenggelamkan Rasa
Dua detik kemudian, Max telah mengirimkan nomor Bian. Rina langsung melakukan panggilan. Ketika dia hendak menyatukan ponsel ke telinga, dari arah belakang merampas ponselnya. Itu adalah Byanca dengan banjir air mata di seluruh wajahnya. “Biar Byanca saja, Mi.” Rina terkesiap. Sejak kapan Byanca mendengarkan obrolannya. Byanca tampak mengatur napasnya sebelum bergumam, “Kenapa kau sangat jahat? Dimana harga diri dan hati nuranimu sebagai seorang ayah?”Byanca buru-buru memotong ucapan Bian, “Mulai detik ini jangan pernah anggap Ken sebagai putramu lagi dan tolong izinkan kami hidup bahagia.”Byanca benar-benar tak memberi Bian kesempatan untuk berbicara, “Bian, aku memang bodoh telah mempercayakan hatiku untukmu, tetapi sekarang kamu tega menculik Ken. Aku tak akan tinggal diam. Ken trauma. Apakah kau menginginkannya terus menderita?” Byanca setengah berteriak. Ia hampir gila. 
Read more
Kepergian Jung
Rina melakukan proses penghormatan terakhir pada jasad Jung. Di sisi kanan ruang pemakaman, keluarga Jung berdiri. Mata mereka sembab dengan suara isak yang terdengar. Rina menundukkan kepalanya, hormat.  Setelah ia keluar, salah satu anak Jung kehilangan kendali. Ia mendorong Rina hingga terjatuh ke lantai. Sontak beberapa anak buah Rina langsung membantunya untuk berdiri sementara yang lain membawa anak Jung untuk menjauh. Anak itu adalah laki-laki, kira-kira berusia 17 tahun. Ia memberontak dalam cengkeraman anak buah Rina.“Lepaskan aku! Aku ingin menghajar wanita itu. Karena dialah ayahku wafat,” teriaknya dengan kaki menendang angin seolah itu adalah tubuh Rina.Rata-rata yang berada di sana langsung mengerumuni mereka. Beberapa diantaranya menatap jijik pada Rina, tetapi yang lainnya bersimpati padanya. Rina tidak terlalu mengambil pusing hal tersebut. Yang ada dalam pikirannya adalah anak itu. Bagaimana ia menjelaskan bahwa wafatnya Jun
Read more
Identitas Asli Archi
“Apa maksudmu?” Mellisa menatap Dewo dengan keraguan.Dewo duduk di sebuah sofa. Kakinya ia silangkan. Sebuah rokok dikeluarkan dari sakunya. Ia bukan pecandu tembakau tersebut tetapi ia sengaja melakukannya ketika dalam suasana hati buruk. Mata Dewo terus menatap Mellisa sementara mulutnya sibuk mengisap rokok tersebut. Segera asap menggumpal memenuhi wajah Mellisa. Ia terbatuk-terbatuk.“Aku rasa kau yang paling paham maksudku.” Ekspresi yang ditampilkan Dewo seakan menegaskan bahwa ia adalah makhluk yang telah sembuh dari kebutaan.Bulu mata Mellisa bergetar. Jujur ia khawatir. “Dewo apakah kau ke sini hanya untuk mengatakan hal yang tidak penting?” Mellisa berpura-pura seolah tak ada sesuatu yang disembunyikan. Ia terlihat sedikit genit dengan berjalan kea rah Dewo. Bajunya yang ketat menampilkan lekuk tubuh seksinya.Di mata orang lain, Mellisa mungkin wanita yang cantik dengan rupa dan tubuhnya yang menawan. Namun
Read more
Archi Kabur
Pada malam harinya, Dewo memutuskan kembali ke Busan. Ia merasa tugasnya sudah selesai di tempat ini dan ia yakin bahwa Mellisa tidak akan mengganggunya lagi. Adapun Archi yang tak diizinkan Mellisa untuk dirawatnya, maka secara diam-diam ia meminta anak buahnya menjaga Archi dari jarak jauh. Ia juga akan memantau tumbuh kembang Archi. Bagaimana pun rasa sayang masih melekat pada putranya ituDewo menyandarkan punggungnya ketika menduduki kursi jet pribadinya. Ia cukup lelah. Selama dua hari ini, ia belum tidur dan makannya juga sangat sedikit. Dewo teringat bagaimana lahapnya ia makan ketika bersama Rina di restoran waktu itu. “Berikan ponselku!” Dewo mengulurkan tangannya pada sang asisten. Sejak keberangkatannya ke Singapore, ia menitipkan ponselnya kepada asistennya. Ia juga meminta agar ponselnya dimatikan. Itu dikarenakan ia ingin fokus menyelesaikan permasalahan dengan Mellisa. Nama Rina dan Byanca langsung memenuhi tampilan layar
Read more
Virus yang Menempel
“Rams, bantu aku!” Mellisa menjelaskan semuanya termasuk Dewo yang sudah mengetahui kebohongan mereka.  “Dasar ceroboh!”  Emosi Mellisa memuncak. Pria ini sangat lancang mengatainya. Jika bukan karena ia maka Mellisa tak akan jatuh ke titik ini. Mellisa menendang kursi dengan keras hingga suaranya terdengar oleh Rams.  “Aku akan ke sana membantumu tetapi jangan beri tahu Rentina.”  Meski Mellisa tak mengerti arti peringatan tersebut. Ia tak terlalu memikirkan. Baginya, kini sudah saatnya Rams mengambil tanggung jawab untuk Archi. Rams belum pernah sekali pun melihat Archi. Wajah mereka mirip. Tak akan ada yang tak percaya bila dikatakan mereka sepasang ayah dan anak.***  Dewo menggulir layar ponselnya dengan malas. Sudah lebih dari 5 jam pesannya tak kunjung dibalas oleh Byanca. Apakah anaknya itu terlalu sibuk
Read more
PREV
1
...
34567
...
15
DMCA.com Protection Status